Sebagai Dasar Hukum Islam
Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadis sebagai sumber ajaran Islam, dapat dilihat beberapa dalil dari al-Qur’an dan hadis seperti di bawah
ini: a.
Dalil al-Qur’an
⌧ .
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya
serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya. QS: an-Nisa: 36 Pada surat di atas Allah menyeru kaum muslimin agar beriman
kepada Allah, Rasul-Nya Muhammad SAW, al-Qur’an, dan kitab yang diturunkan sebelumnya. Kemudian pada akhir ayat Allah SWT
mengancam orang-orang yang mengingkari seruan-Nya. Selain memerintahkan umat Islam agar percaya kepada Rasulullah
SAW, Allah juga menyerukan agar umat-Nya mentaati segala bentuk perundang-undangan dan peraturan yang dibawanya baik berupa perintah
maupun larangan. Tuntutan taat dan patuh pada Rasululah ini sama halnya dengan tuntutan taat dan patuh pada Allah SWT.
b. Dalil hadis
Selain berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an di atas, kedudukan hadis ini juga dapat dilihat melalui hadis-hadis Rasul sendiri. Banyak hadis yang
menggambarkan hal ini dan menunjukkan perlunya ketaatan kepada perintah-Nya. Dalam salah satu pesannya berkenaan dengan keharusan
menjadikan hadis sebagai pedoman hidup di samping al-Qur’an Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut:
ﺮ آ
ﻜ ا
ﺮ ﻮ
أ ا ﺪ
ا إ ﺎ
ن ﻜ
ﻬ آ ﺎ
بﺎ ﷲا
و ﺔ
ر ﻮ
. ر
و ﻩا
ﺎ ﻚ
6
Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian, jika kalian berpegang pada keduanya niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah al-Qur’an
dan sunnah Rasul-Nya. HR. Mâlik.
Dalam salah satu taqrir ketetapan Rasul juga memberikan petunjuk kepada umat Islam, bahwa dalam menghadapi berbagai persoalan
hukum dan kemasyarakatan, ke dua sumber ajaran yakni al-Qur’an dan hadis merupakan sumber asasi, sebagaimana dialog antara Rasul SAW
dengan Muadz bin Jabal menjelang keberangkatannya ke Yaman. Rasulullah bertanya”bagaimana kamu akan menetapkan hukum bila kamu
dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan penetapan hukum? Muadz menjawab” saya akan menetapkannya dengan kitab Allah”. Lalu
Rasul bertanya lagi “bagaimana seandainya kamu tidak mendapatkannya dalam kitab Allah”, Muadz menjawab” dengan sunnah Rasulullah, lalu
Rasulllah bertanya lagi “seandainya kamu tidak mendapatkannya dalam kitab allah dan sunnah Rasul? Muadz menjawab “saya akan berijtihad
dengan pendapat saya sendiri. Kemudian Rasulullah menepuk pundak Muadz seraya berkata “ segala puji bagi Allah yang telah menyelaraskan
utusan seorang Rasul dengan sesuatu yang Rasul kehendaki.HR. Abi Daud.
7
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Islam hadis memiliki kedudukan yang begitu penting, selain al-
6
Man şũr Alî Nâşif, al-Jâmi’ lil Uşũl, Kitâb al-Islâm wal îman, Juz I, Beirut: Dar
al-Jâih, t.t., h. 47.
7
Abî Dâud Sulaiman bin al-Asy’at as-Sijistânî, Sunân Abî Dâud
,
Kitab al- Aqdhiyah, Juz 5, Suriyah: Dar al-Hadis, t.t., h. 18.
Qur’an hadis juga dapat dijadikan sumber asasi dalam menghadapi berbagai persoalan hukum dan kemasyarakatan. Jika dalam menyelesaikan
suatu perkara tidak didapati penjelasannya dari al-Qur’an, maka langkah selanjutnya adalah merujuk pada hadis Nabi. Kemudian, jika tidak
ditemukan penjelasannya, maka seseorang boleh mengambil langkah ijtihad. Mengikuti hadis merupakan kewajiban bagi umat Islam
sebagaimana halnya mengikuti al-Qur’an baik dalam bentuk larangan maupun perintahnya. Al-Qur’an dan hadis mempunyai kaitan yang sangat
erat, hal ini karena hadis merupakan penafsiran dari al-Qur’an. Oleh karena itu dalam mengamalkannya tidak bisa dipisahkan atau
berjalan sendiri-sendiri.