Al-Mau’izhah al-Hasanah Pemikiran dakwah Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Manar

158 Sebagai dâ i pemikir, Muhammad Abduh telah memberikan gambaran implementasi munâzharah yang dapat dikategorikan pada jidâl mahmûd dalam karya tulisnya al-Islâm wa al-Nashrâni fi al-„Ilm wa al-Madaniyyah. 264 Dari paparan dan analisis metodologis perumusan hakikat, dasar hukum, tujuan, dan unsur dakwah menurut Muhammad Abduh yang telah dikemukakan, dapat dikonseptualisasikan rumusan kesimpulannya secara taksonomis kepada aspek epistimologis, ontologis dan aksiologis bagi pengembangan disiplin ilmu dakwah yaitu: aspek epistimologis dakwah bersumber pada al-Quran, sunnah Rasul, realitas empiris aktivitas dakwah dalam rentang sejarah dan produk ijtihad ilmuwan dakwah yang dirumuskan dengan menggunakan kaidah manthiqiyah sebagai kaidah kerja akal dalam memahami dan mengkonseptualisasikan dakwah sebagai objek kajiannya. Aspek ontologis, hakikat dakwah adalah perilaku rasional berupa internalisasi, transmisi, transformasi, dan difusi Islam sebagai proses ishlâh dan tajdîd kehidupan umat guna memperoleh kehidupan yang hasanah di dunia dan di akhirat serta terbebas dari siksa neraka kehidupan. Kemudian secara taksonomis, hakikat dakwah sebagai bagian dari sesuatu yang ada terdiri dari: a dakwah menurut martabatnya levelnya: level pertama, dakwah universal da wah hâdzihi al-ummah yang dilakukan oleh para nabi dan umatnya yang ditujukan kepada mad u non-Muslim; dan level kedua, dakwah yang berlangsung di lingkungan umat Muslim al-da wah al-„âmmah al- kulliyyah dalam upaya meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, dan b dakwah menurut fungsinya: 1 dakwah sebagai proses implementasi tathbîq ajaran Islam dalam memperbaiki dan mencari solusi problem kehidupan umat; dan 2 dakwah sebagai proses ishlâh reformasi yaitu tajdid pembaruan, dan taghyir perubahan kehidupan ummah, yang sasarannya meliputi: a memperbaiki tata hubungan hidup manusia dengan Allah SWT.; b memperbaiki tata hubungan hidup individu dengan dirinya sendiri; dan c 264 Syekh Muhammad Abduh, Ilmu dan Peradaban Menurut Islam dan Kristen, Penerj. Mahyuddin Shaf dan A. Bakar usman, Bandung: CV. Diponegoro, 1992. 159 memperbaiki hubungan hidup individu dengan individu lain dalam kelompok atau masyarakat dan memberikan solusi atas segala problem yang dihadapinya. Kemudian bentuk dakwah menurut jalur atau bentuk pelaksanaannya kuantitas dâ i dan mad u ketika berinteraksi dalam proses dakwah dari martabat kedua: 1 Da wah „Âmmah Kulliyyah, yaitu interaksi dâ i dengan mad u yang berupa kelompok besar dakwah lewat saluran media massa dan massa, baik secara tatap muka maupun bermedia; yang menurut cara pelaksanaannya, terdiri dari: a Tablîgh Islam bayân thuruq al-khayr, penyiaran dan penerangan Islam yang ditujukan kepada non-Muslim dan Muslim; b Amr ma rûf nahy munkar sebagai upaya transformasi tadbîr dan pemberdayaan tamkîn Islam ke dalam kehidupan nyata individu, kelompok, dan masyarakat sebagai dakwah ummah; dan 2 Da wah juziyyah khâshshah dakwah lewat saluran intra dan interpersonal, disebut pula sebagai al-dâ iyah fi nafsih, yaitu interaksi dâ i dengan mad u dalam dirinya sendiri, dan da wah fardiyah, yaitu interaksi dâ i dengan mad u seorang, dua orang, tiga orang, dan kelompok kecil. Cara pelaksanaannya ini ditempuh dengan: a Al-dilâlah „alâ al-khayr, yaitu memberi petunjuk dan bimbingan pemahaman dan pelaksanaan Islam; b Al-hatstsu „alâ al-khayr , yaitu memberikan motivasi kepada mad u untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan Islam; c Al-nahy „an al-syar, yaitu saling mencegah dari perbuatan yang bertentangan atau dilarang Islam al-khayr; d Al- tahdzîr „an al-syar , yaitu saling memperingatkan dalam menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang Islam; e Al-tawâshî bî al-haq, saling berwasiat dengan kebenaran ajaran; dan f Al-tawâshî bî al-shabr, saling berwasiat dengan kesabaran dalam menjalankan keataatan, meninggalkan larangan, dan mengatasi berbagai ujian kehidupan. Dasar Hukum Dakwah adalah Fardu „ain bagi masing-masing individu muslim sesuai kemampuannya, dan fardu kifayah bagi komunitas muslim terdidik atau khawâsh al-ummah. Sedangkan Tujuan Dakwah terdiri dari tujuan ideal, yaitu memperoleh ridha Allah dan ia selamat hidup duniawi dan ukhrawi; tujuan individual, yaitu menjadi pribadi muslim paripurna; dan tujuan sosial, yaitu terbentuknya khayru ummah dan ummah wasatha. 160 Hakikat dan karakteristik Islam sebagai pesan dakwah Islam, yang merupakan agama Allah yang universal memiliki karakteristik sebagai: 1 agama al-fithrah ; 2 agama ummah wasatha; 3 agama al-„adalah; 4 agama anti kezaliman; 5 agama tawâzun; 6 agama al-huriyah; 7 agama al-salâm; 8 agama al-ukhuwah; dan 9 agama al-yusr. Hakikat dan karakteristik manusia sebagai da i dan mad u, bahwa manusia adalah bagian dari makhluk Allah, yang memiliki jasad dan ruh. Di dalam ruhaniahnya oleh Allah diberikan potensi akal, syahwat atau hawâ. Selain itu, diberikan pula hidayah gharizah, hawâsi, dîn, dan tawfiq kemampuan mencocokkan diri dengan ajaran Islam menurut daya ikhtiarnya. Ketika ruh menyatu dengan jasad disebut nafs, dan nafs ini terdiri dari nafs muthmainnah, nafs lawwâmah, dan nafs amârah. Penampakkan nafs dalam prilaku lahir oleh pemiliknya berbeda-beda, tergantung pada penggunaan daya ikhtiar masing-masing. Bagi yang memfungsikan nafs muthmainnah berposisi sebagai da i dan ia akan kredible dihadapan mad unya, sedangkan yang memfungsikan nafs lawwâmah, dan nafs amârah berfungsi sebagai mad u. Da i terdiri dari da i „profesional dan da i „konvensional , bagi da i mesti memiliki sifat nafsiyah, jasadiyah, dan ijtimaiyah, sedangkan macam-macam mad u adalah al-dhâlûn, al-kâfirûn, al-musyrikûn, Yahudi dan Nasrani, al- mujrimûn, al-„uqalâ, al-awwâm dan al-matawashithûn. Karakteristik Ummah, bahwa Ummah merupakan da i komunitas, khoiro ummah dan ummatan wasatha, berfungsi pula sebagai medan berlangsungnya dakwah dan tujuan sosial dakwah. Ummah dari semantiknya adalah al-millah, al- „aqâid, dan ushûl al-syarî ah agama, keyakinan, dan pokok agama, kemudian al-jama ah komunitas terorganisir, al-sinîn waktu, al-imâm pemimpin, dan ummah al-ma rûfah komunitas tertentu. Media dan prinsip Metode Dakwah, bahwa Media dakwah, selain bahasa lisan dan bahasa perbuatan, mengacu pada sarananya, yaitu masâjid, ma âbid, manâzil, masâkin, dan ma âhid. Prinsip metode dakwah mengacu pada Al- Qur ân, yaitu al-hikmah, al-maw izhah al-hasanah, dan mujâdalah yang ahsan. Bagi tiga prinsip metode ini, masing-masing memiliki perangkat dan teknik