Pengertian Akhlak Pendidikan Agama Islam

13 Dalam kamus bahasa Indonesia akhlak diartikan sebagai ”budi pekerti, watak, kesopanan” 22 . Adapun akhlak dari segi terminologi istilah sebagaimana dijelaskan oleh pakar ahlinya sebagai berikut : Prof. Dr. Ahmad Amin mengemukakan pendapat bahwa akhlak ialah ”ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil” 23 . Ibn Atsir dalam bukunya An-nihayah menerangkan ”hakekat makna khuluq itu ialah gambaran batin manusia yang tepat yaitu jiwa dsb sifat sifatnya, sedangkan kholqun merupakan gambaran bentuk luarnya raut muka, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya 24 . a. Selanjutnya Imam Ghozali mengatakan, sebagai mana dikutip oleh Yunahar Ilyas, bahwa : ”Akhlak ialah sifat tertanam jiwa yang menimbulkan perbuatan – perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan” 25 . Berdasarkan definisi di atas, Yunahar menyimpulkan bahwa akhlak atau khuluq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan bilaman diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Jadi intinya akhlak merupakan suatu kondisi atau sifat-sifat yang telah mersesap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian sehingga dari situlah timbul berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat 26 . Dari definisi-definisi akhlak yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya akhlak merupakan sifat atau budi pekerti seseorang yang ada dalam dirinya dalam perilaku kesehariannya. 22 Ahmad Amin, Ilmu Akhlak Terjemahan, Jakarta : Bulan Bintang, 1991, cet-6, h.1 23 H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997, cet-1, h.11 24 Yuhanar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta : LPPI, 1991 cet-1, h.2 25 Yuhanar Ilyas, Kuliah Akhlak, h.3 26 Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, Bandung : Mizan, 1996 cet-3, h.190 14

2. Sumber-sumber akhlak

Yang dimaksud dengan sumber akhlak ialah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia atau tercelanya akhlak. Sebagaimana sumber akhlak adalah Al-Qur’an dan sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Seperti dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dimulai baik atau buruk terpuji atau tercela, berdasarkan karena syara Al-Qur’an dan sunnah 27 . Di dalam agama Islam baik akhlak terhadap khalik, sesama manusia maupun terhadap alam telah dijelaskan oleh Al-Qur’an dan sunnag. Sehingga manusia dapat menjadikan kedua sumber tersebut sebagai pedoman dalam berakahlak. Yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup baik dan mana yang buruk ialah al-Qur’an dan sunnah. Firman Allah swt yang terdapat pada QS Al- Ahzab ayat : 21.                   Artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Q.S. Al-Ahzab : 21. 28

3. Macam-macam Akhlak

1 Akhlak al-Karimah Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Akhlak yang mulia dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, akhlak mulia kepada Allah. Kedua, akhlak mulia terhadap diri sendiri dan ketiga, akhlak mulia terhadap sesama manusia. Ketiga akhlak tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut : 27 . Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, cet-2, h.49-57 28 al-Qur’an dan terjemah, Surabaya : Pustaka Karya 15 a Akhlak terhadap Allah Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa Tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat – sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya 29 . Adapun yang harus dilakukan untuk mendapatkan akhlak mulia itu adalah : 1 Menjaga kebersihan dan kesucian Allah adalah Maha Suci. Oleh karena itu Dia hanya bisa didekati oleh orang yang suci. Untuk berhubungan dengan Allah diri kita harus bersuci. Ada dua kesucian yang harus selalu dijaga oleh kita, yaitu kesucian jasmani atau sarana fisik dan kesucian jiwa Islam menekankan betapa pentingnya kebersihan, sehingga kebersihan disebut-sebut sebagai salah satu tujuan keimanan 30 . 2 Menjaga kesucian badan atau sarana peribadatan Bila kita hendak mengerjakan shalat, kita diwajibkan untuk berwudhu dengan menggunakan air yang suci dan diperoleh secara legal 31 . 3 Menjaga kesucian jiwa Untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah, jiwa kita pun harus suci. Firman Allah mengungkapkan secara singkat tentang persoalan ini yaitu dalam surat Asy-Syams : 9-10           “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. 29 Moh. Ardani, Akhlak, Tasawuf Nilai-nilai Akhlak, h.49 30 Drs. K.H. Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h.221 31 Drs. K.H. Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h.225