b. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang
membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan
dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun, demikian, satu hal sudah pasti bahwa belajar
yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu. Berbeda halnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh binatang yang sering juga
dikatakan sebagai belajar.
18
Belajar juga dapat diartikan, bahwa belajar adalah mengalami artinya belajar terjadi di dalam interkasi antara individu dengan
lingkunga, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik, contohnya: buku, media, perpustakaan, alam sekitar. Lingkungan sosial
contohnya: guru, siswa, pustakawan, kepala sekolah.
19
Selain definisi-definisi yang telah disebutkan diatas, beberapa para ahli telah memebrikan definisi sebagai berikut:
20
menurut Morgan “Belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relative menetap yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman” M. Ngalim Purwanto, 1993:84. Sejalan dengan definisi itu Cronbach menyatakan bahwa:
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. Belajar ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman Sadirman A.M, 1986:22. Adapun Witherington mendefiniskan belajar sebagai perubahan didalam
keperibadian sebagaimana dimanifestasikan dalam pola-pola respons atau tingkah laku yang baru berupa kecaapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pemahaman. Berbeda dengan definisi atau pernyataan diatas, Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology: A Realistic Approach menjelaskan
bahwa belajar merupakan suatu proses yang bersifat internal, yang terjadi pada diri individu yang sedang mengalami belajar, dalam usahanya memperoleh
hubungan-hubungan baru new associations. Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa hubungan antara perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara
18
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. VIII, h. 154.
19
Masitoh Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, Cet I, h. 5.
20
Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, Cet I, h. 86-87.
perangsang dengan reaksi. Good dan Brophy menyatakan: “Learning is
development of new associations as a result experience”. M. Ngalim Purwanto, 1983:85.
Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun
oleh Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan. Secara garis besar, bloom dan kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada tiga tingkatan: 1
Kategori tingkah laku yang masih verbal, 2 Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan, dan 3 Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas taks dalam
pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.
21
Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.
22
Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya.
Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah ia menekankan segi tertentu atau tidak.
Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud
dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara
tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir kognitif, bagaimana mereka bersikap dan mereka merasakan sesuatu afektif, dan bagaimana mereka berbuat
psikomotorik. Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru harus memperhatikan ketiga ranah tersebut.
Menurut Suharsimi Arikunto: Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai evaluasi.
23
1 Menghapal recognition
Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih salah satu dari dua atau lebih jawaban.
21
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2002, Cet. X, h.117.
22
Ibid, h. 115.
23
Arikunto, op.cit, h. 117-120.