18 2 Dimensi menghafal rote learning dan belajar bermakna
meaningfull learning”.
20
Adanya berbagai macam teori belajar tersebut merupakan akibat dari banyaknya perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Zikri Neni Iska dalam
bukunya mengatakan, “belajar merupakan suatu yang asosiatif, yaitu asosiasi atau koneksi antara suatu rangsangan tertentu denga reaksi
tertentu”.
21
6. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam kegiatan mengajar, tentunya harus menggunakan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bertindak secara tepat. Dalam perencanaan pembelajaran,
prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip belajar, seorang guru
akan dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan efektivitas belajar siswa. Prinsip-prinsip itu adalah :
a. Perhatian dan motivasi
b. Keaktifan
c. Ketertiban langsungberpengalaman
d. Pengulangan
e. Tantangan
f. Balikan dan penguatan
g. Perbedaan individual.
22
Siswa maupun guru, tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsi- prinsip belajar tersebut, karena hal tersebut berpengaruh pada keberhasilan
pembelajaran siswa.
7. Masalah-Masalah Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal.
20
Slameto, Belajar dan Faktor ..., Hal. 23
21
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s, 2006, cet. 1, Hal. 78
22
Dimyati, Belajar dan ... Hal. 42-49
19 a. Faktor internal siswa
Faktor internal yang dialami oleh para siswa yang berpengaruh pada proses belajar, yaitu sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi
belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya
diri siswa, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. b. Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial
siswa disekolah serta kurikulum sekolah.
23
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial IPS dalam dunia pendidikan di Indonesia telah lama di kenal secara luas oleh masyarakat. Namun dalam kajian IPS
tersebut terdapat beberapa istilah yang kadang-kadang sering diartikan secara tumpang tindih antara yang satu dengan yang lainnya. Istilah tersebut adalah
studi sosial IPS. Meskipun pada masing-masing istilah tersebut sama-sama terdapat kata sosial tetapi dalam pengertian dan maknanya ada perbedaan.
Menurut Syarifuddin Nurdin, studi sosial merupakan “suatu studi yang mengkaji dan menelaah gejala-gejala serta masalah-masalah sosial yang
berhubungan dengan perkembangan dan struktur manusia”.
24
Studi sosial juga lebih menekankan pada pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, keahlian, nilai serta partisipasi sosial. Selain itu, studi sosial merupakan studi atau kajian terpadu tentang ilmu-ilmu sosial dan
kemanusiaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dasar warga negara.
Berdasarkan pengertian studi di atas, maka pada dasarnya studi sosial merupakan program pendidikan yang dikembangkan oleh ilmu-ilmu sosial,
23
Dimyati, Belajar dan ... Hal. 236-253
24
Syarifudin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat : Quantum Teaching, 2005, Cet. I, Hal. 19
20 yang dalam mengkaji gejala-gejala dan masalah-masalah sosial yang
bersangkut paut dengan kehidupan manusia. Studi sosial biasanya menggunakan bidang keilmuan yang termasuk kedalam lingkup disiplin ilmu-
ilmu sosial. Selanjutnya tentang ilmu sosial, Ahmad Sanusi mendefinisikan bahwa “
Ilmu sosial terdiri atas disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya di pelajari pada tingkat perguruan tinggi”.
25
Sedangkan Calhoun yang dikutip oleh Hasan mendefinisikan ilmu sosial sebagai “Studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia”.
26
Dari pengertian ini terkandung makna bahwa semua disiplin ilmu yang mengkaji
tentang tingkah laku kelompok umat manusia tergolong kedalam kelompok ilmu sosial.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu yang mempelajari tingkah laku kelompok umat manusia dapat
dimasukkan kedalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Kemudian menurut Syarifuddin Nurdin. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
adalah “Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah”.
27
Pada jenjang pendidikan dasar, pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa
dengan pengetahuan dan kemampuan praktis, agar mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena masalah sosial yang ada di
sekitar mereka. Dalam mengkaji dan membahas persoalan-persoalan tersebut. IPS mendapat sumber materi dari berbagai bidang ilmu sosial seperti: ekonomi,
geografi, sosiologi, antropologi, ilmu politik dan sejarah. Sedangkan menurut Udin S. Winataputra Ilmu Pengetahuan Sosial IPS
dirtikan sebagai “Suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan
25
Syarifudin Nurdin, Model Pembelajaran….., Hal. 21
26
Hasan, Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, Bandung : IKIP Bandung, 1996, Hal. 9
27
Syarifudin Nurdin, Model Pembelajaran….., Hal. 22
21 dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan
agar masalah-masalah sosial itu daat di pahami siswa”.
28
Adapun Somantri menjelaskan IPS adalah “Suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi Negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-
masalah sosial yang terkait, yang diorganisasikan dan di sajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan dasar dan menengah”.
29
Dalam pengertian lain menurut Abu Ahmadi, IPS adalah “ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi pengguna program pendidikan di sekolah
atau bagi kelompok belajar lainnya yang sederajat”.
30
Jadi pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum, dan budaya. Dengan kata lain ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dari ilmu pengetahuan sosial. Akan tetapi perlu di ingat bahwa tidak
semua ilmu-ilmu sosial secara otomatis dapat menjadi bahan atau pokok bahasan dalam IPS. Tingkat usia, jenjang pendidikan, dan perkembangan
pengetahuan anak didik sangat menentukan materi ilmu-ilmu sosial yang mana yang telah menjadi bahan atau pokok bahasan dalam IPS.
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Menengah Pertama SMP, meliputi bahan kajian, sosiologi,
sejarah, geografi dan ekonomi, bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagian dari kurikulum sekolah
yang diturunkan dari cabang-cabang ilmu sosial, mempunyai beberapa karakteristik, antara lain :
a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografis, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari stuktur
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tema
tertentu
28
Udin. S. Winata Putra, Materi Pokok dan Pembelajaran IPS SD, Jakarta : Universitas Terbuka, 2002, Cet. I, Hal. 128
29
Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2001, Cet. I, Hal. 74
30
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991, Cet.2, Hal. 3
22 c. Standar Kopentensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliener dan multidislipiner.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan Kehidupan masyarakat dengan prinsip
sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan
hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.
e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
kehidupan manusia secara keseluruhan.
31
Menurut Daldjoeni melalui IPS para siswa diajarkan mengerti kenyataan masyarakat dengan berbagai masalahnya, yang pemecahan
tidak mungkin dilakukan dengan satu ilmu pengetahuan saja, tetapi masalah sosial harus dilihatnya sebagi suatu kekomplekan yang
memerlukan pembahasan dari berbagai seni sehingga melibatkan berbagai ilmu pengetahuan sosial yang lainnya.
32
Dengan demikian para siswa melalui pengajar IPS yang terdiri dari sosiologi, sejarah, geografi, dan ekonomi. Para siswa diajak oleh guru untuk
menelaah masyarakat manusia, baik yang terdapat di sekelilingnya maupun yang ada di Negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa
lampau. Pada lingkungan yang dekat dengan wilayah.
2. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial