Temperatur Uji Kenormalan Data dengan Chi Kuadrat

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Temperatur

Temperatur adalah ukuran panas-dinginnya dari suatu benda. Panas- dinginnya suatu benda berkaitan dengan energi termis yang terkandung dalam benda tersebut. Makin besar energi termisnya, makin besar temperaturnya.

3.2. Karet

1 Dibalik peluang yang sangat besar tersebut, tuntutan terhadap bahan baku yang bermutu merupakan suatu tantangan yang besar bagi Indonesia. Mutu bahan baku karet yang diekspor ke luar negeri sangat ditentukan oleh penanganan bahan olah karet di tingkat petani. Semenjak Indonesia dikenalkan dengan produk crumb Indonesia merupakan negara penghasil dan pengekspor karet alam urutan ke 2 dua di dunia setelah Thailand. Meskipun produksi karet Indonesia masih dibawah Thailand namun dari sisi luasan Indonesia menduduki areal karet terluas di dunia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas karet Indonesia per satuan luas masih dibawah tingkat produktivitas di negara lain Thailand dan Malaysia. Namun demikian peluang ekspor karet alam Indonesia ke depan masih tetap cerah bahkan Indonesia dapat menjadi negara pemasok karet utama mengingat 2 pemasok utama lainnya Thailand dan Malaysia sudah tidak mampu lagi meningkatkan produksinya karena keterbatasan lahan pengembangan. 1 Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Pedoman Penanganan Pasca Panen. Universitas Sumatera Utara rubber dengan SIR Standar Indonesian Rubber, mutu bahan olah karet yang dipersiapkan oleh petani semakin merosot. Bentuk sit angin yang pada mulanya dikenal masyarakat dan menjadi produk utama yang dihasilkan petani karet sedikit demi sedikit berubah dan diganti dengan bentuk slab terutama di sentra karet di wilayah Sumatera. Dalam bentuk slab tersebut sering terjadi manipulasi bobot bahan olah karet dengan cara mencampur bokar dengan bahan ikutan lainnya yang mengakibatkan mutu slab menjadi rendah dan inefisiensi dalam proses serta transportasi. Pencampuran ini untuk mendapatkan tambahan berat timbangan dengan cara yang tidak wajar. Kondisi mutu bokar yang buruk ini dimanfaatkan oleh pedagang perantara untuk mendapatkan keuntungan melalui tekanan harga kepada petani. Akhir-akhir ini dibeberapa propinsi di Sumatera ditemukan pencampuran bokar dengan bahan karet mati vulkanisat, antara lain di propinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Dampak dari pencemaran karet vulkanisat adalah ditolaknya ekspor karet Sumatera oleh konsumen luar negeri yang pada akhirnya dapat merusak struktur perekonomian rakyat khususnya petani karet. Agar kasus ini tidak terulang, perlu ada upaya berupa pembinaan kepada petani untuk menghasilkan bahan olah karet yang baik. Untuk itulah maka perlu disusun Pedoman Pasca Panen Karet yang baik dan benar. Lateks adalah hasilproduk tanaman karet yang diambil melalui penyadapan untuk diolah selanjutnya menjadi bahan olah karet. Penyadapan adalah suatu tindakan pembukaan pembuluh lateks, agar lateks yang terdapat di Universitas Sumatera Utara dalam tanaman karet dapat keluar. Bahan Olah Karet Bokar adalah lateks kebun dan koagulum lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea Brasiliensis M. Koagulum adalah lateks yang menggumpal baik secara alami ataupun digumpalkan dengan zat penggumpal seperti asam formatsemut dll. Lump adalah gumpalan karet dari dalam mangkok sadap atau penampung lain yang diproses dengan cara penggumpalan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain atau penggumpalan alami. Slab adalah gumpalan yang berasal dari lateks kebun yang sengaja digumpalkan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain atau dari lump mangkok segar yang direkatkan dengan atau tanpa lateks. Sit angin adalah lembaran sit tipis yang berasal dari gumpalan lateks kebun yang digumpalkan dengan menggunakan asam semut atau bahan penggumpal lain, dikeluarkan serumnya dengan cara penggilingan dan dikeringkan dengan penganginan. Sit asap adalah lembaran sit tipis yang berasal dari gumpalan lateks kebun yang digumpalkan dengan menggunakan asam semut atau bahan penggumpal lain, dikeluarkan serumnya dengan cara penggilingan dan dikeringkan dengan cara pengasapan. Kadar Karet Kering KKK adalah kandungan padatan karet per satuan berat . Kadar Jumlah Padatan KJP adalah kandungan padatan karet dan bukan karet selain air. Plastisitas Nol Po adalah plastisitas awal, yaitu nilai plastisitas karet sebelum dipanaskan, Plasticity Retention Index PRI adalah indeks ketahanan plastisitas, Viscosity of Rubber V R adalah viscositas dari karet Universitas Sumatera Utara

3.2.1. Lateks Kebun

Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Untuk dapat mencapai hasil karet yang bermutu tinggi, maka kebersihan dalam bekerja merupakan syarat paling utama yang harus diperhatikan seperti seperti kebersihan peralatan-peralatan yang digunakan dan kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran-kotoran. Penurunan mutu biasanya terjadi disebabkan oleh proses prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah dalam proses pengolahan sit asap atau sit angin dan krep crepe, sedangkan dalam pengolahan karet remah tidak menjadi masalah. Prakoagulasi pada lateks dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim, iklim, budidaya tanaman dan jenis klon, pengangkutan, serta adanya kontaminasi kotoran dari luar. Untuk mencegah terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat, lateks harus segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak goncangan, lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung,dan dapat menggunakan anti koagulan seperti amonia NH 3 atau natrium sulfit Na 2 SO 3 . Dalam Penanganan lateks kebun agar melakukan hal-hal sebagai berikut : Pembersihan Bidang Sadap Sebelum penyadapan dimulai, bagian kulit pohon yang akan disadap hendaknya dibersihkan dahulu. Jika penyadapan dilakukan tiap dua hari sekali pekerjaan membersihkan ini dapat dilakukan seperlunya saja. Universitas Sumatera Utara Pengumpulan lateks Pengumpulan lateks di kebun pada umumnya dilakukan 4-5 jam setelah penyadapan pertama. Lateks dalam mangkuk sadap dituangkan ke dalam ember atau bedeng dan sisa lateks dibersihkan dengan menggunakan sudip. Sudip terbuat dari kayu yang dibungkus dengan selembar karet ban dalam. Bentuk sudip dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sekali gerak sisa lateks dalam mangkuk tersapu bersih. Sudip harus dibersihkan dan diperiksa secara teratur serta harus diperbaharui pada waktu tertentu. Ember-ember pengumpul lateks yang terbaik ialah ember-ember yang dibuat dari aluminium atau bejana-bejana yang dilapisi timah putih dan memakai tutup. Ember-ember dari email lebih murah tapi lebih cepat aus. Untuk mencegah bergoncangnya lateks dalam ember kadang-kadang para penyadap meletakkan daun-daun di atas permukaan lateks. Hal ini tidak diperbolehkan karena lateks akan tercemar. Penggunaan drum besi bekas untuk pengumpulan lateks tidak diperkenankan. meskipun drum tersebut setiap pemakaiannya selalu dicuci. Emberwadah pengumpul lateks agar dihindarkan dari sinar matahari, karena suhu yang tinggi mempercepat terjadinya prakoagulasi. Pengawetan lateks Salah satu bentuk bahan olah karet adalah lateks cair, yang akan diproduksi menjadi bentuk lateks pekat sebagai bahan baku industri. Untuk mendapatkan lateks tetap cair sampai di tempat pengolahan lateks pekat, lateks kebun perlu diawetkan karena lateks kebun akan menggumpal dalam beberapa jam setelah dikumpulkan. Waktu yang diperlukan untuk pengumpalan alami ini Universitas Sumatera Utara bergantung pada suhu sekitarnya dan kemantapan lateks itu sendiri. Penggumpalan alami atau spontan disebabkan oleh timbulnya asam-asam akibat terurainya bahan bukan karet yang ada dalam lateks oleh mikroorganisme. Selain itu juga timbulnya anion dari asam lemak hasil hidrolisis lipid yang ada dalam lateks. Anion asam lemak ini sebagian akan bereaksi dengan ion magnesium dan kalsium yang ada di dalam lateks membentuk sabun yang tidak larut, keduanya menghasilkan penggumpalan. Secara ideal bahan pengawet lateks mempunyai persyaratan sebagai berikut : Dapat membunuh mikroorganisme atau setidaknya dapat menekan keaktifan dan perkembangannya, menaikkan pH lateks atau bereaksi alkali, dapat menjadikan logam dalam lateks khususnya ion logam berat tidak aktif, tidak beracun bagi manusia dan lateks yang diperoleh, tidak memberikan warna pada lateks atau film dari lateks tersebut, tidak memberikan bau, tidak mengganggu proses lateks selanjutnya, harga relatif murah serta mudah penanganannya. Sampai saat ini amoniak merupakan pengawet lateks yang masih digunakan dan dipilih sebagai pengawet baku. Amoniak dapat diperoleh dalam dua bentuk, yaitu gas atau larutan 20. Untuk kebutuhan dalam jumlah sedikit, umumnya digunakan larutan amonia 2,5 per liter lateks. Kelemahan penggunaan amoniak adalah mudah menguap, sehingga bila dibiarkan terbuka akan cepat menurun kadarnya dan pada proses penggumpalan diperlukan asam format semut yang lebih banyak. Selain itu, untuk pengawetan lateks dapat juga digunakan Natrium sulfit. Natrium sulfit diperdagangkan dalam bentuk serbuk putih berkadar 90 - 98. Universitas Sumatera Utara Natrium sulfit bersifat higroskopis dan mudah teroksidasi oleh udara. Oleh karena itu bahan ini harus disimpan dalam botol tertutup rapat serta diletakkan di tempat kering dan dingin. Dosis pemakaiannya adalah 5 ml - 10 ml larutan Na 2 S0 3 10 untuk setiap liter lateks. Amonia atau natrium sulfit sedapat mungkin ditambahkan ke dalam mangkuk lateks, semakin cepat akan semakin baik. \ Pengangkutan lateks Pada umumnya ember-ember atau wadah lateks diangkut ke tempat penerimaan lateks dengan jalan dipikul kemudian ember-ember tersebut diangkut ke tempat pembekuan dengan menggunakan truk. Cara ini tidak cukup ekonomis dan dapat mempercepat terjadinya prakoagulasi. Cara yang lebih ekonomis adalah lateks kebun yang sudah dibubuhi amoniak dituangkan melalui tabung atau pipa ke dalam tangki pengangkut. Tangki dilengkapi dengan penyaring 40 mesh yang ukurannya sesuai lubang masuk. Tangki pengangkut diletakkan dalam truk. Selain tangki pengangkut lateks, prakoagulump dan skrep yang telah terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam suatu tempat lalu diangkut menuju pabrik. Lateks yang telah dibubuhi amoniak bereaksi alkalis tidak diperbolehkan kontak dengan benda yang terbuat dari tembaga, kuningan, seng dan sebagainya karena latek beramoniak akan bereaksi dengan logam tersebut. Penyaring lateks juga sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. Tangki lateks terbuat dari besi lunak mild steel dan dianjurkan dilapisi dengan lilin untuk mengurangi melekatnya lateks pada sisi-sisi dan alas tangki. Dengan pelapisan lilin juga memudahkan pembersihkan karena film karet yang melekat dapat dikuliti dengan mudah Universitas Sumatera Utara Lump mangkuk adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk. Pada musim penghujan, untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam formatsemut atau pembeku asap cair ke dalam mangkuk. Keuntungan pembuatan lump mangkuk : 1 Tenaga kerja relatif lebih sedikit; 2 Tidak ada resiko prakoagulasi; 3 Penanganannya mudah dan praktis. Kerugian pembuatan lump mangkuk, diantaranya: Masih ada kemungkinan terjadi manipulasi berat yang dilakukan dengan jalan menambahkan bahan-bahan non-karet. Teknik pengukuran KKK yang akurat tidak mudah, karena tingkat kebersihan dan pemeraman lump mangkuk yang beraneka ragam. 1 Terjadi penurunan mutu terutama nilai PRI dan laju vulkanisasi akibat penyimpanan yang tidak memenuhi syarat. 2 Tidak dapat dihasilkan karet remah dengan mutu prima. Lump Bambu Salah satu alternatif perbaikan mutu bokar yang dapat dikembangkan di tingkat petani adalah sistim pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam formatsemut secara simultan. Bekuan yang dihasilkan disebut lump bambu. Keunggulan Lump bambu : 1 Bermutu tinggi nilai Po, PRI, VR tinggi, 2 Resiko terkontaminasi lebih kecil Universitas Sumatera Utara 3 Penanganannya lebih praktis dan hemat waktu. SlabLump Asap Cair Slablump asap cair adalah slablump yang menggunakan pembeku asap cair. Pembeku asap cair ini ditemukan oleh Balai Penelitian Sembawa. Selain berfungsi sebagai pembeku lateks, asap cair ini dapat berfungsi mencegah dan menutup bau busuk bekuan, mempertahankan nilai Po dan PRI, memberikan bau asap khas dan warna cokelat. Karet remah yang dihasilkan mempunyai mutu spesifikasi teknis, sifat fisik vulkanisat dan karakteristik vulkanisasi setara dengan pembeku asam format semut dan bahkan lebih baik. Tahapan pembekuan dengan menggunakan asap cair adalah sebagai berikut: 1 Pengenceran larutan murni asap cair sesuai dengan aturan yang disarankan. 2 Siapkan tempat wadah kosong yang bersih untuk tempat pembekuan dan kemudian diisi lateks. 3 Kedalam lateks tersebut ditambahkan pembeku asap cair yang telah diencerkan sesuai dengan yang disarankan 4 Campuran lateks tersebut diaduk dan dibiarkan membeku menjadi slablump 5 Hasil yang diperoleh disimpan ditempat kering dan bersih. Slab Tipis Slab tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lump mangkuk yang dibekukan dengan asam formatsemut di dalam bak pembeku yang berukuran 60 cm x 40 cm x 6 cm, tanpa perlakuan penggilingan. Universitas Sumatera Utara Proses pembuatan slab tipis dengan menggunakan bahan lump mangkok sebagai berikut: 1 Masukkan dan susun lump mangkuk secara merata di dalam bak pembeku. 2 Tambahkan larutan asam formatsemut 1 ke dalam lateks kebun, dengan dosis 100 - 110 ml per liter lateks, kemudian diaduk. 3 Tuangkan campuran lateks dan pembeku tersebut ke dalam bak pembeku yang telah diisi lump mangkuk. 4 Biarkan sekitar 1-2 jam, lalu bekuan diangkat dan disimpan di atas rak di dalam tempat yang teduh. Masalah yang dihadapi dalam pengolahan karet Ribbed Smoked SheetRSS secara konvensional saat ini adalah: pembekuan memerlukan asam formiat semut yang harganya cukup mahal; proses pengasapan dan pengeringan menggunakan kayu yang dibakar dalam jumlah banyak yaitu 4 m3 per ton karet kering; dan memerlukan waktu pengolahan selama 5-6 hari. Proses pengasapan dan pengeringan dengan membakar kayu akan menimbulkan pencemaran udara di sekelilinglingkungan dan bahaya kebakaran. Hal ini akan menimbulkan polusi udara yang banyak dengan terbentuknya asap dan gas CO, CO2, dan lain-lain, yang dilepas ke udara bebas dan dapat merusak ozon. Balai Penelitian Sembawa - Pusat Penelitian Karet bekerjasama dengan pabrik karet remah PT Badja Baru Palembang telah menghasilkan asap cair yang dibuat dari limbah cangkang sawit yang dapat mengatasi masalah tersebut di atas. Asap cair tersebut mengandung senyawa-senyawa yang dapat membekukan lateks, mengawetkan sit dan mempercepat pengeringan. Kelebihan pengolahan Universitas Sumatera Utara RSS dengan asap cair dibandingkan dengan cara konvensional adalah tidak diperlukan asam formiat semut sebagai pembeku, konsentrasi asap cair sebagai pembeku dan pengawet dapat dikendalikan, dan waktu pengolahan hanya 2 hari. Aplikasi asap cair dalam pengolahan RSS dengan skala pabrik dapat berfungsi sebagai pembeku dan pengawet dalam pengolahan RSS. Pembekuan sempurna terjadi dalam waktu 5 menit, dan pengeringan sit hanya memerlukan waktu selama 36 jam dan menghemat kayu bakar sebanyak 2,45 m3 per ton karet kering dibandingkan dengan pengolahan RSS secara normal. Hal ini akan banyak mengurangi pencemaran udara akibat pembakaran kayu, biaya pengolahan lebih efisien dan proses pengolahan lebih cepat dari 5-6 hari menjadi 2 hari. Mutu spesifikasi teknis, karakteristik vulkanisasi dan sifat fisik vulkanisat dari karet RSS yang dibekukan dan diawetkan dengan asap cair adalah setara dengan yang diproses secara konvensional. Pertumbuhan konsumsi karet alam dunia pada tahun 2000 menunjukkan trend yang melambat, demikian pula untuk tahun 2001 dan 2002. Pergerakan konsumsi karet alam di negara-negara konsumen utama bervariasi. Pada tahun 2000 di Amerika Serikat dan Inggris mengalami pertumbuhan negatif, masing- masing sebesar 1,3 dan 0,8 per bulan. Sementara itu, konsumsi di Jerman dan Jepang pada tahun yang sama meningkat sebesar 2,9 dan 5,5 per bulan. Sedangkan pertumbuhan konsumsi di Perancis mengalami penurunan sebesar 2,9 per bulan. Universitas Sumatera Utara

3.3. Defenisi Disain Eksperimen

2 2 Disain dan analisis eksperimen, edisi kedua, Sudjana halaman 7 Disain eksperimen yaitu suatu rancangan percobaan dengan tiap langkah tindakan y betul-betul terdefenisikan sedemikian sehingga informasi yang berhubungan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diteliti dapat dikumpulkan. Atau dengan kata lain desain eksperimen merupakan langkah- langkah lengkap yang perlu diamati jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisa objektif dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas. Untuk memahami desain eksperimen yang akan diuraikan selanjutnya, maka perlu dimengerti prinsip-prinsip dasar yang lazim digunakan dan dikenal. Prinsip-prinsip tersebut ialah : replikasi, pengacakan, kontrol lokal, dan efek interaksi.

3.3.1. Replikasi.

Dengan replikasi disini diartikan sebagai pengulangan eksperimen dasar. Dalam kenyataannya replikasi ini diperlukan oleh karena dapat : Memberikan taksiran kekeliruan eksperimen yang dapat dipakai untuk menentukan panjang interval konfidens selang kepercayaan atau dapat digunakan sebagai ‘satuan dasar pengukuran’ untuk menetapkan taraf signifikan dari perbedaan-perbedan yang diamati. Menghasilkan taksiran yang lebih akurat untuk kekeliruan eksperimen. Universitas Sumatera Utara Memungkinkan untuk memperoleh taksiran yang lebih baik mengenai efek rata- rata daripada sesuatu faktor. 3 Keragaman bahan, alat, media dan lingkungan percobaan. Jika bahan, alat, media dan lingkungan percobaan makin heterogen, maka jumlah r yang diperlukan makin besar dan sebaliknya jika bahan, alat, media dan lingkungan percobaan makin homogen. Sebagai contoh, jika bahan-bahan yang digunakan telah terdeskripsi secara jelas seperti pupuk buatan, petisida dan benih-benih varietas unggul, maka tidak diperlukan r yang besar, tetapi jika bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan-bahan alami, seperti pupuk kandang, pupuk alami dan benih-benih local, maka perlu r yang cukup besar agar galat yang diperoleh tidak terlalu besar. Biaya penelitian yang tersedia, karena bagaimanapun juga, biaya merupakan faktor penentu dalam peneltian, jika biaya yang diperlukan Sebagai suatu patokan, jumlah ulangan dianggap telah cukup baik bila memenuhi persamaan berikut : t-1 r-1 ≥ 15 Dimana t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan Persamaan ini bukanlah suatu patokan yang baku, karena jumlah r yang diperlukan dalam suatu percobaan dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu: Derajat ketelitian , makin tinggi derajat ketelitian yang diinginkan dari percobaan akan makin besar pula jumlah r yang diperlukan , dan sebaliknya jika derajat ketelitian yang diperlukan makin rendah. 3 Rancangan percobaan teori dan aplikasi, edisi revisi, Kemas Ali Hanafiah halaman 6 Universitas Sumatera Utara untuk suatu percobaan cukup besar, maka jumlah r dapat diperkecil dan sebaliknya jika biaya percobaan tidak terlalu besar. Meskipun tergantung pada 3 hal diatas, secara umum dapat dikemukakan bahwa jumlah r ulangan dapat dibuat sekecil mungkin selagi hasil percobaan yang dilakukan masih dapat dipertanggung jawabkannkebenarannya. Atas dasar hal ini, umumnya jumlah ulangan r = 4 empat di lapangan dan r = 3 tiga di rumah kacalaboratorium dianggap dapat mewakili ketiga hal di atas. Ulangan ini berfungsi untuk menghasilkan suatu estimasi tentang galat dan menghasilkan ukuran pengaruh perlakuan-perlakuan yang lebih tepat terhadap hasil percobaan.

3.3.2. Pengacakan.

4 4 Disain dan analisis eksperimen, edisi kedua, Sudjana halaman 10 Adanya asumsi bahwa pengamatan berdistribusi secara independen, akan sukar dipenuhi, akan tetapi dengan jalan berpedoman pada prinsip sampel acak yang diambil dari sebuah populasi atau berpedoman pada perlakuan acak terhadap unit eksperimen, maka pengujian dapat dijalankan seolah-olah asumsi yang diambil telah terpenuhi. Dengan kata lain, pengacakan menyebabkan pengujian menjadi berlaku yang menyebabkan pula memungkinkannya data dianalisis, dengan anggapan seolah-olah asumsi tentang independen dipenuhi. Pengacakan juga memperkecil korelasi antar pengamatan dan antar kekeliruan, selain itu juga sebagai suatu cara untuk menghilangkan bias. Universitas Sumatera Utara Seorang analisis akan menentukan persentase adanya zat gula di dalam macam-macam kentang. Untuk ini ia mengambil sebuah sampel dari setiap macam kentang dan lalu ditentukan adanya zat tersebut dengan menggunakan metode A, Kemudian ia melakukan penentuan zat itu dengan metode B. urutan penggunaan metode A dan lalu metode B dalam penentuan zat tersebut dilakukan beberapa kali terhadap sampel yang berbeda-beda. Dalam hal ini, setiap perbandingan yang dilakukan antara metode A dan B akan bias ke arah B karena bisa terjadi adanya pengaruh A terhadap B dalam penggunaannya: jadi b telah “belajar” daripada A bias ini akan diperkecil jika dilakukan pengacakan mengenai penggunaan metode terhadap obyek sampel. Jadi, secara acak ditentukan metode mana yang hars digunakan lebih dahulu terhadap unit eksperimen dan tidak secara berurutan A lalu B. Pengacakan dalam hal ini, misalnya dapat melakukan undian dengan sebuah mata uang. Di samping kedua alasan penting yang dikemukakan diatas tentang faedah melakukan pengacakan, masih ada lagi sebuah, sehubungan dengan pengambilan sampel. Kita tahu bahwa derajat atau tingkat dapat dipercayanya mengenai kebenaran kesimpulan sangatlah penting dan ini diukur dengan peluang. Pengukuran ini dimungkinkan oleh adanya pengacakan. Dengan kata-kata lain, jika pengacakan tidak digunakan, maka setiap kesimpulan yang disebut bersifat bias dan tidak dapat didukung oleh pengertian peluang sebagaimana mestinya. Universitas Sumatera Utara

3.3.3. Kontrol Lokal.

Kontrol lokal merupakan sebagian daripada keseluruhan prinsip desain yang harus dilaksanakan. Biasanya merupakan langkah-langkah yang berbentuk penyeimbangan, pemblokan, dan pengelompokan unit-unit eksperimen yang digunakan dalam desain. Kontrol lokal menyebabkan desain lebih efisien, yaitu menghasilkan prosedur pengujian dengan kuasa yang lebih tinggi. Pengelompokan dapat diartikan sebagai penempatan sekelompok unit eksperimen yang homogen ke dalam kelompok-kelompok agar kelompok yang berbeda memungkinkan untuk mendapatkan perlakuan yang berbeda pula. Pemblokan berarti pengalokasian unit-unit eksperimen ke dalam blok sedemikian sehingga unit-unit dalam blok secara relatif bersifat homogen sedangkan sebagian besar dari variasi yang dapat diperkirakan di antara unit-unit telah baur dengan blok. Penyeimbangan diartikan usaha memperoleh unit-unit eksperimen, usaha pengelompokan, pemblokan, dan penggunaan perlakuan terhadap unit-unit eksperimen sedemikian sehingga dihasilkan suatu konfigurasi atau formasi yang seimbang.

3.3.4. Efek dan Interaksi

Dalam banyak penelitian, kita sering terlihat dengan lebih dari satu macam variabel bebas yang memberikan efek, pengaruh atau akibat pada variabel tak bebas atau variabel respon yang hasilnya ingin diketahui. Bias juga kita berhadapan dengan variabel respon yang nilainya berubah-ubah dikarenakan efek variabel bebas dengan nilai yang berubah-ubah pula. Untuk keperluan disain, Universitas Sumatera Utara variabel bebas akan dinamakan factor dan nilai-nilai atau klasifikasi-klasifikasi daripada sebuah factor dinamakan taraf faktor. Faktor-faktor biasanya dinyatakan dengan bilangan 1, 2, 3, dan seterusnya yang dituliskan sebagai indeks untuk faktor yang bersangkutan. Beberapa hal yang penting dalam disain eksperimen, yaitu: Perlakuan adalah semua tindakan coba-coba yang dilakukan terhadap suatu proyek, yang pengaruhnya akan diselidiki untuk menguji hipotesis. Perlakuan ini dapat berasal dari factor kualitas, yaitu perlakuan yang hanya memperhitungkan mutu perlakuan X, misalnya : mutu macam pupuk, mutu macam pestisida, mutu macam alat, mutu macam tanah. Perlakuan juga dapat berasal dari factor kuantitas, yaitu perlakuan yang memperhitungkan takaran perlakuan X, misalnya : takaran kapur, takaran pupuk, takaran pestisida konsentrasi, takaran air. Disini diartikan sebagai skumpulan kondisi eksperimen yang akan digunakan terhadap unit eksperimen dalam ruang lingkup disain yang dipilih. Perlakuan ini bisa berbentuk tunggal maupun kombinasi. Unit eksperimen, dapat dimaksudkan unit yang dikenai perlakuan tunggal mungkin merupakan gabungan beberapa faktor dalam sebuah replikasi eksperimen dasar. Kekeliruan eksperimen menyatakan kegagalan dari dua unit eksperimen identik yang dikenai perlakuan untuk memberikan hasil yang sama. Ini bias terjadi karena, misalnya kekeliruan waktu menjalankan eksperimen, kekeliruan pengamatan, variasi bahan eksperimen, variasi antara unit ekperimen, dan Universitas Sumatera Utara pengaruh gabungan semua factor tambahan yang mempengaruhi karakteristik yang sedang dipelajari.

3.4. Uji Kenormalan Data dengan Chi Kuadrat

Chi Kuadrat X2 satu sampel, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas, data berbentuk nominal dan sampelnya besar. Yang dimaksud hipotesis deskriptif di sini bisa merupakan estimasi terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi antara kategori satu dan kategori lain dalam sebuah sampel tentang sesuatu hal. Tujuannya yaitu untuk memeriksa apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Sebaran peluang kontinu yang paling penting dalam bidang statistika adalah sebaran normal. Grafik yang disebut kurva normal adalah kurva yang berbentuk genta yang dapat digunakan dalam banyak sekali gugusan data. Persamaan matematik bagi sebaran peluang peubah acak normal ini bergantung pada tiga parameter yaitu nilai tengah dan simpangan bakunya serta jumlah data. Adapun langkah-langkah dalam uji kenormalan data yaitu 1. Mengurutkan data dari data terkecil hingga terbesar, dan disajikan dalam bentuk Tabel 3.1. Tabel 3.1. Penyajian Data Setelah Diurutkan No Data No Data 1 X1 4 X4 2 X2 …. …. 3 X3 n Xn Universitas Sumatera Utara 2. Menentukan rentang R dengan menghitung selisih antara data terbesar dengan data terkecil : R = Xn- X1 3. Tentukan banyaknya kelas K dengan rumus : 1 + 3,3 log N dimana N adalah banyaknya data 4. Hitung panjang kelas interval I yang digunakan dengan rumus : I =RK 5. Susun tabel penyajian sebaran data sebagai berikut : Tabel 3.2. Penyajian Sebaran Data Interval Batas kelas Fi Xi Fi.Xi Xi- X 2 Fi.Xi- X 2 1 a1 - a2 a1 X1 a1 x X1 ….. ….. …. …. …. …. …. …. …. N an - aa An Xn an x Xn …. …. Jumlah …. …. …. …. …. …. Dimana : Fi = banyaknya frekuensi data yang muncul dalam range Xi = rata-rata tiap kelas X = Rata-rata seluruh data, = ∑ ∑ Fi Xi Fi. 6. Perhiungan Standar Deviasi Standar Deviasi = σ = 1 2 − − ∑ n X Xi Fi 7. Penentuan luas wilayah untuk masing-masing batas kelas dengan menghitung : Universitas Sumatera Utara P a ≤ Z ≤ b = P b – P a = P     − σ X Xb - P     − σ X Xa Dimana : a = Xa = batas bawah kelas b = Xb = batas atas kelas 8. Uji hipotesis Pengujian kenormalan datadengan uji hipotesis yaitu dengan membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel yang ada pada tabel distribusi Chi Kuadrat, dimana derajat kebebasan dk = k – 2 - 1, dengan α = 0,05 9. Penarikan kesimpulan Setelah dilakukan pengujian hipotesis di atas maka dilakukan penarikan kesimpulan yaitu : Jika Chi Kuadrat hitung Chi Kuadrat tabel, maka kesimpulan terima Ho jika Chi Kuadrat hitung Chi kuadrat tabel, maka kesimpulan tolak hipoteasa Ho.

3.5. Eksperimen Faktorial

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Cangkang Kelapa Sawit Untuk Mengurangi Penggunaan Bahan Bakar Kayu Karet Pada Proses Pengasapan Sebagai Produk Ribbed Smoke Sheet (RSS) Di PT. Perkebuanan Nusantara III

5 69 60

Usulan Perbaikan Kualitas Dengan Metode Six Sigma Dan Failure Mode And Effect (FMEA) Pada Produk Ribbed Smoke Sheet Di Pabrik Karet PTPN. II Kebun Batang Serangan.

5 49 181

Usulan Perbaikan Mutu Produk Rubber Smoke Sheet (RSS) Berdasarkan Metode Kaizen Di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para

3 56 144

Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

0 65 126

Klasifikasi Karet RSS (Ribbed Smoked Sheet) Menggunakan Metode LVQ (Learning Vector Quantization)

3 44 84

Pengaruh Inejeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Rubber Smoke Sheet Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok Merawan

1 46 45

Pengembangan Metoda Evaluasi Mutu Ribbed Smoked Sheet (RSS) Menggunakan Pengolahan Citra

0 14 132

Pengaruh Inejeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Rubber Smoke Sheet Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok Merawan

0 9 45

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Penggunaan Cangkang Kelapa Sawit Untuk Mengurangi Penggunaan Bahan Bakar Kayu Karet Pada Proses Pengasapan Sebagai Produk Ribbed Smoke Sheet (RSS) Di PT. Perkebuanan Nusantara III

0 0 22

Pengaruh Penggunaan Cangkang Kelapa Sawit Untuk Mengurangi Penggunaan Bahan Bakar Kayu Karet Pada Proses Pengasapan Sebagai Produk Ribbed Smoke Sheet (RSS) Di PT. Perkebuanan Nusantara III

0 2 14