Pandangan petugas Perhutani mengenai kebakaran hutan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data beserta pengamatan di lapangan dapat disimpulkan bahwa : 1. Kondisi kebakaran hutan di wilayah KPH Cepu setiap tahunnya cukup fluktuatif baik menurut luas maupun frekuensinya. Kebakaran hutan mulai marak terjadi memasuki pertengahan tahun, dengan faktor penyebab yaitu aktivitas manusia dengan berbagai latar belakangnya, dan juga dipicu kondisi lingkungan berupa iklim yang kering. Rata- rata luas areal yang terbakar pada tahun-tahun sebelum pelaksanaan PHBM lebih kecil 43,186 Ha dibandingkan rata-rata luas areal terbakar setelah PHBM berlangsung 46,522 Ha. 2. Bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengendalian kebakaran hutan di KPH Cepu melalui kegiatan PHBM antara lain ikut serta dalam patroli hutan, deteksi dini dan pelaporan, penyuluhan kebakaran, serta terlibat lansung dalam pemadaman bila terjadi kebakaran hutan. 3. Penerapan PHBM di KPH Cepu telah berperan dalam upaya pengendalian kebakaran hutan, terlihat dari adanya penurunan luas kebakaran hutan setelah tahun 2002, walaupun belum optimal. Melalui PHBM antara aparat Perhutani dan masyarakat sekitar hutan mulai terjalin kerjasama yang baik dalam upaya mengelola dan menjaga hutan di wilayahnya.

6.2. Saran

Untuk lebih meningkatkan keberhasilan dari pelaksanaan berbagai upaya pengendalian kebakaran hutan antara Perhutani dan masyarakat maupun pengembangan kegiatan PHBM, maka disarankan beberapa hal : 1. Perlunya disusun rencana kerja kolaboratif pembagian tugas secara bersama antara pihak Perhutani dengan LMDH terkait kegiatan pengamanan hutan khususnya untuk pengendalian kebakaran hutan. Patroli dilakukan bersama berdasarkan penjadwalan bersama antara petugas RPH tersebut dan seksi keamanan LMDH, sehingga masalah keterbatasan personil dalam patroli dapat diatasi. 2. Pengadaan papan-papan peringatan waspada kebakaran hutan yang lebih menarik, edukatif, dan jelas bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar hutan khususnya menjelang bulan-bulan rawan kebakaran hutan, sebagai salah satu bentuk penyuluhan kebakaran hutan. 3. Perlunya kerjasama yang lebih terpadu antar LMDH, agar peningkatan kesejahteraan dapat lebih merata. Kerjasama ini tidak hanya sebatas tukar-menukar informasi kegiatan saja melainkan juga kerjasama di bidang usaha sesuai dengan potensi dan keunggulan dari masing-masing desa dan LMDH. 4. Publikasi kegiatan PHBM semakin diperluas sehingga dapat sebagai sarana untuk menggali input positif oleh pihak lain dalam pengembangan PHBM oleh Perum Perhutani. DAFTAR PUSTAKA Aprillia, Y. 2006. Evaluasi pengelolaan hutan jati di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Brown AA, Davis KP. 1973. Forest Fire Control and Use:Second edition. United States of America : McGraw-Hill Book Company. Chandler C, P Cheney, P Thomas, L Traubaud, and D Williams. 1983. Fire in Forestry Volume II : Forest Fire Management and Organization . New York: John Wiley Sons, Inc. Hasibuan, H. 1990. Program Perhutanan Sosial dan Hubungannya Dengan Keamanan Hutan Studi Kasus di RPH Wangun, BKPH Sundulan, KPH Tuban. Di dalam : Kartasubrata,J. Editor. Prosiding Seminar III Hasil Penelitian Perhutanan Sosial di Jawa dan Di Luar Jawa . Jakarta, 25-26 Juni 1991. Bogor : PSP-IPB. Hlm 131-137. Husaeni, EA. 1994. Hasil-Hasil Penelitian Kebakaran Hutan yang Dilaksanakan oleh Fakultas Kehutanan IPB. Makalah. Di dalam : Prosiding Diskusi Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia . Jakarta, 27 Desember 1993. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. hlm 33-48. ------- 2003. Prinsip Pengendalian Kebakaran Hutan. Pengetahuan Dasar Pengendalian Kebakaran Hutan . Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanaian Bogor. hlm 167-172. [KPH Cepu]. 2005. Mengenal KPH Cepu. Jawa Tengah : KPH Cepu, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. [Pemda Jateng] Gubernur Jawa Tengah. 2001. Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.24 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat di Propinsi Jawa Tengah. Semarang : Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. [Perum Perhutani] Direksi Perum Perhutani. 2007. Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 268KPTSDIR2007 tentang Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus PHBM PLUS. Jakarta : Perum Perhutani.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN (Studi Di Wilayah Perum Perhutani KPH Malang)

1 8 17

Implementasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Unit II Di Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember

0 5 7

Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui pendekatan kelompok kasus pengelolaan hutan bersama masyarakat pada areal hutan produksi Perum Perhutani Unit I Provinsi Jawa Tengah

3 81 325

Tinjauan Penyelenggaran Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) : Studi Kasus di RPH Leuwiliang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat

0 2 113

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 14 132

Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 9 114

Evaluasi Pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) LMDH Wana Bumi Tirta Makmur, Desa Banjaranyar, BKPH Margasari, KPH Balapulang, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 11 68

Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 6 40

PEMBERIAN HAK KELOLA LAHAN OLEH PERHUTANI KEPADA MASYARAKAT DESA HUTAN MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI PERUM PERHUTANI KPH BLORA.

0 0 1