b.2. Menentukan tahun-tahun dengan luas kebakaran hutan yang ekstrem, tahun dengan luas kebakaran terbesar dan terkecil.
c. Analisa kejadian kebakaran hutan tiap-tiap BKPH, yang meliputi luas maupun frekuensi
kebakaran. c.1. Penilaian berdasar luas kebakaran :
c.1.1. Menghitung rata-rata dari luas total areal terbakar selama 10 tahun dari setiap BKPH.
c.1.2. Menentukan BKPH dengan areal terbakar terluas dan terkecil. c.1.3.
Melakukan klasifikasi
luas areal terbakar berdasarkan klasifikasi
Chandler et al
1983 untuk setiap kasus kebakaran. c.2. Penilaian frekuensi kejadian kebakaran hutan:
c.2.1. Menghitung berapa kali atau berapa tahun kebakaran hutan terjadi di BKPH tersebut selama tahun 1996 hingga 2006.
c.2.2. Menentukan BKPH dengan frekuensi kasus kebakaran hutan paling banyak sering dan paling sedikit jarang.
Frekuensi kebakaran di sini tidak menyatakan jumlah kebakaran selama setahun, melainkan jumlah tahun kebakaran selama jangka
waktu data dalam pengamatan 10 tahun.
3.5.2. Keefektifan PHBM terhadap Pengendalian Kebakaran Hutan
a. Menghitung rata-rata luas kejadian kebakaran per BKPH dari tahun
sebelum pelaksanaan PHBM tahun 1996-2001, dan dengan metode yang sama juga dilakukan untuk tahun setelah penerapan PHBM tahun 2002- 2006
menggunakan Microsoft Excel. b. Nilai rata-rata ini kemudian menjadi data baru: Data Rata-rata Luas Sebelum
PHBM dan Sesudah PHBM Lampiran 12. c. Mengolah data b menggunakan SPSS 13.0. menggunakan uji statistik
berupa Paired Sample T Test
, atau Uji T Untuk Dua Sampel yang Berpasangan
paired. Dua sample yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran
yang berbeda.
e. Di dalam pengujian digunakan hipotesisasumsi sebagai berikut : H
: adanya PHBM tidak berpengaruh nyata terhadap upaya
pengendalian kebakaran hutan di KPH Cepu H
1
: adanya PHBM berpengaruh nyata terhadap upaya pengendalian kebakaran di KPH Cepu.
f. Melakukan pengambilan keputusan hasil pengujian : Bila
nilai p-value
0,05, maka H diterima
Bila nilai
p-value 0,05, maka H
ditolak g. Dilakukan pembahasan pengkajian mengenai kondisi atau faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil pengujian tersebut setelah diperoleh hasil uji.
3.5.3. Pengaruh PHBM terhadap Kejadian Kebakaran Hutan KPH Cepu
Menurut standar evaluasi PHBM dari Perhutani Pusat Direksi Perum Perhutani 2003 penilaian pengaruh PHBM untuk kebakaran hutan dilakukan
terhadap laju penurunan gangguan keamanan hutan, dalam hal ini yaitu luas area yang terbakar dalam satuan Ha.
Penghitungan hanya dilakukan untuk data kebakaran pada tahun setelah penerapan PHBM yaitu mulai tahun 2002. Karena tahun 2006 luas kebakaran
kembali meningkat maka penghitungan hanya dilakukan selama 3 tahun, mulai dari 2002 hingga 2005.
Penghitungan laju penurunan luas area terbakar dilakukan dengan mengurangi luas tahun terukur dengan luas tahun sebelumnya lalu hasil diubah
dalam bentuk persen untuk discoring dengan acuan sebagai berikut: penurunan 50 , score 1
penurunan 50 - 60 , score 3 penurunan 60 , score 5
3.5.4. Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian Kebakaran Hutan di Lapangan
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara, dilakukan pembahasan mengenai pelaksanaan upaya pengendalian kebakaran hutan oleh Perhutani,
sebagai pengelola hutan utama dari tegakan di kawasan tersebut, serta kegiatan- kegiatan LMDH, sebagai pelaksana PHBM, yang terkait dengan upaya
pengendalian kebakaran hutan di wilayah KPH Cepu. Kegiatan dapat berupa hal- hal yang telah, sedang, maupun akan berlangsung, dimana dapat menjadi salah
satu model kegiatan perlindungan hutan yang melibatkan masyarakat secara aktif.