2. Metode Pembakaran Balik : yaitu membuat jalur mekanik yang tidak lebar terlebih dahulu, kemudian
dilebarkan dengan pembakaran ke arah berlawanan datangnya api. 3. Metode Pemadaman Api Secara Langsung :
yaitu dengan memadamkan bahan bakar yang telah terbakar atau memisahkan bahan bakar tersebut dari bahan bakar yang belum terbakar. Kegiatan
dilaksanakan pada tepi api di areal kebakaran. Metode ini dapat dilakukan bila nyala api masih kecil dan tenaga pemadam berjumlah besar.
2.5. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat PHBM
Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat PHBM sudah ditetapkan menjadi satu-satunya sistem pengelolaan hutan di wilayah kerja Perum
Perhutani, sehingga sudah menjadi “iconbrand” di Perhutani untuk seluruh lini pekerjaan pada seluruh strata.
Namun, PHBM bukanlah kegiatan pertama yang diadakan oleh Perum Perhutani untuk membina hubungan sinergi antara kegiatan masyarakat dengan
hutan, juga antara masyarakat dengan pihak Perhutani sebagai pengelola hutan. Tercatat telah diterapkan program-program sejenis, diantaranya pada tahun 1974
diluncurkan program Ma-Lu Mantri-Lurah dan Ma-Ma Malang-Magelang yang berlanjut dengan program Inmas Tumpangsari. Namun karena penerapan di
lapangan kurang berhasil, maka diupayakan kegiatan lain seperti penerapan PMDH Pembangunan Masyarakat Desa Hutan tahun 1982, yang lalu
ditindaklanjuti tahun 1986 dengan diadakannya program Perhutanan Sosial serta PMDH terpadu di tahun 1994 Yuwono 2007.
Penerapan PHBM di Perum Perhutani dilandasi dan didukung oleh aturan- aturan, yaitu :
a. Surat Keputusan Nomor : 136KptsDir2001 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat b.
Surat Keputusan Nomor : 001KptsDir2002 tentang Pedoman Berbagi Hasil Hutan Kayu
c. Peraturan-peraturan lainnya yang dibuat di tingkat PropinsiUnit serta
KabupatenKPH
Azas yang melandasi program ini adalah “bersama dan berbagi” care and share
, yaitu kesediaan pihak-pihak terkait untuk berbagi dalam pengelolaan sumberdaya hutan sesuai kaidah keseimbangan, keberlanjutan, keserasian dan
keselarasan. Adapun prinsip-prinsip dasar PHBM adalah sebagai berikut : a.
Keadilan dan demokratis b.
Keterbukaan dan kebersamaan c.
Pembelajaran bersama dan saling memahami d.
Kejelasan hak dan kewajiban e.
Pemberdayaan ekonomi kerakyatan f.
Kerjasama kelembagaan g.
Perencanaan Partisipatif h.
Kesederhanaan sistem dan prosedur i.
Perusahaan sebagai fasilitator j.
Kesesuaian pengelolaan dengan karakteristik wilayah Dalam sistem ini, masyarakat sekitar hutan tidak lagi menjadi sebatas
pelaksana semata, melainkan posisinya sebagai mitra yang sejajar yang mampu bekerja sama membangun, melindungi, dan memanfaatkan sumberdaya hutan,
bersama-sama dengan stakeholder lain untuk menumbuhkembangkan budaya dan tradisi pengelolaan sumberdaya hutan di lahan-lahan desa yang berada di sekitar
kawasan hutan. Sehingga budaya “memiliki” dan “bertanggungjawab” terhadap pengelolaan hutan dan pelestarian sumberdaya hutan oleh masyarakat dapat
terbangun dan pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri. Adapun implementasi PHBM semakin kuat karena berlandaskan hukum
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri No.P.01Menhut-II2004 tanggal 12 Juli 2004 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat di Dalam atau di Sekitar
Hutan dalam rangka Social Forestry di Pulau Jawa oleh Menteri Kehutanan RI. Secara umum, pola kerjasama dalam PHBM melibatkan 3 unsur yang
berdasar pada “kemitraan sejajar” yaitu : PT. Perhutani Persero dulu, kini Perum Perhutani, Lembaga Masyarakat Desa Hutan LMDH, dan pihak lain
yang berkepentingan seperti pemerintah, LSM, Lembaga Ekonomi Masyarakat, Lembaga Sosial Masyarakat, Swasta, Lembaga pendidikan dan lembaga donor.