Sebab-Sebab Kebakaran Hutan TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan kaji ulang penelitian mengenai kasus kebakaran hutan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam diketahui bahwa beberapa aktifitas manusia yang menjadi penyebab kebakaran hutan di beberapa daerah Indonesia diantaranya sebagai berikut Wibowo 2003 : a. Sumatera Selatan : kegiatan perladangan dan usaha mendapatkan rumput untuk ternak. b. Kalimantan Selatan Riam Kanan : terjadinya kebakaran pada areal reboisasi karena api yang merambat dari penyiapan lahan masyarakat untuk perladangan. c. Jawa Timur KPH Banyuwangi : kebakaran terjadi akibat penggunaan api oleh para pencari rotan dan madu. d. Jawa Barat Gunung Ciremai : kebakaran terjadi akibat pendaki gunung atau wisatawan yang lalai dalam penggunaan api. Siswanto 1993 mengungkapkan beberapa motivasi manusia untuk menimbulkan api di hutan bermacam-macam, misalnya: a. Perladangan berpindah, yang masih merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang hidup di dalam hutan. b. Pembakaran alang-alang dalam rangka melaksanakan reboisasi di lahan kritis, yang sering kali atau terkadang tidak dapat dikendalikan lagi sehingga berakibat pada terjadinya kebakaran yang luas c. Pembakaran alang-alang pada padang penggembalaan dengan tujuan mendapatkan rumput-rumput baru yang segar sebagai pakan ternak. d. Perburuan binatang liar di hutan yang sering terjadi dan umumnya disertai dengan membuat sumber api, baik untuk menghangatkan diri ataupun untuk merangsang hewan buruan. e. Rekreasi dan perkemahan di hutan yang kurang hati-hati sehingga dapat mengakibatkan menjalarnya sisa sumber api yang ditinggalkan. f. Khusus untuk hutan di Pulau Jawa sering dijumpai adanya unsur kesengajaan membakar hutan sebagai akibat dari adanya rasa sakit hati kepada petugas pengelola hutan, pengalihan perhatian petugas untuk memepermudah pengambilan rencek kayu bakar, merangsang turunnya hujan dan sebagainya. Sumber api penyebab kebakaran hutan pada umumnya sangat erat hubungannya dengan kegiatan manusia dalam menggunakan api serta kesadaran mereka akan bahaya yang ditimbulkan oleh api apabila tidak terkendalikan. Sumantri 2003 menggolongkan jenis kegiatan manusia yang sering dilaporkan sebagai penyebab kebakaran hutan di Indonesia atas tiga kelompok kategori, yaitu sebagai berikut: a. Contoh Kelompok Kelalaian: Wisatawan yang meninggalkan api unggun setelah berkemah di hutan, pencari lebah madu yang menggunakan obor dalam aktivitasnya, pembuat arang di dalam hutan, dll. b. Contoh Kelompok Kesengajaaan: Pembakaran oleh pencuri kayu hutan dengan tujuan mengalihkan perhatian petugas, pemburu liar yang menggunakan api untuk menarik hewan buruannya, membakar untuk kesenangan kasus di NTT, adanya konflik penguasaan lahan yang tak berakhir damai sehingga membakar hutan membakar untuk mendapat bahan pakan ternak, dll. c. Kelompok Kesengajaan Membakar Limbah Vegetasi Setelah ada keputusan melarang kegiatan membakar limbah vegetasi, maka perusahaan pengelolaan hutan yang melakukan kegiatan ini pasca persiapan lahannya dapat dikenakan tuduhan sebagai pelaku pembakaran dan terkena sanksi yang cukup berat. Maka banyak pengelola tersebut yang memanfaatkan tenaga petanimasyarakat sekitar untuk membersihkan lahan mereka, atau sengaja membakar ladang atau lahan lain untuk menyamarkan sumber api, atau lokasi awal kebakaran tersebut. Kondisi kesejahteraan sosial masyarakat sekitar hutan memegang kunci dalam hal adanya tekanan maupun gangguan pada hutan seperti terjadinya kebakaran. Adapun sumber utama masalah kebakaran hutan dan lahan terkait manusia meliputi dua hal pokok, yaitu kesejahteraan dan tingkat pendidikan penduduk di sekitar dan di dalam hutan yang masih rendah. Apabila masyarakat di sekitar hutan, yang umumnya hidup dengan kondisi serba kekurangan, tidak ditunjang dengan upaya pendidikan dan peningkatan kesadaran akan arti dan fungsi hutan maka akan cenderung menimbulkan tekanan bagi hutan.

2.3. Pengaruh Kebakaran Hutan

Pengaruh kebakaran hutan sangat beragam, namun dapat dikelompokkan ke dalam pengaruh ekologis terganggunya siklus nutrisi alami, terhambatnya dekomposisi, siklus hidrologi, atau suhu global, ekonomis menurunkan produksi pertanian, gangguan transpotasi maupun aktivitas akibat asap, sosial dan kesehatan maraknya wabah ISPA pada penduduk, bahkan psikologis dan politis Suratmo 2003. Pengaruh ini ada yang sudah terjadi dan terasa pada saat kebakaran berlangsung tetapi ada pula yang hingga bertahun-tahun pasca kejadian Rachmatsjah 1985. Besarnya pengaruh kebakaran pada suatu hutan tergantung pada berbagai faktor, diantaranya tipe kebakaran, intensitas api, frekuensi kebakaran dan lama kebakaran, luas areal yang terbakar, tipe hutan, umur pohon dan ketahanan pohon terhadap api Husaeni 1994. Adapun tekanan bagi hutan akibat kebakaran yaitu kerusakan areal hutan tersebut. Berikut tersaji klasifikasi kebakaran hutan menurut besarnya atau luasan areal yang terbakar Hawley Stickel 1948 diacu dalam Rachmatsjah 1985 : Kelas A : areal yang terbakar seluas 0.25 acre 0.10 ha Kelas B : areal yang terbakar antara 1,5 - 10 acre 0,61 – ≤ 4,05 ha Kelas C : areal yang terbakar antara 10 - 100 acre 4,05 – 40,47 ha Kelas D : areal yang terbakar antara 100 - 300 acre 40,47 – 121,41 ha Kelas E : areal yang terbakar luasannya 300 acre ≥ 121,41 ha Catatan : 1 acre = 0.40469 ha. Sejalan dengan perkembangan, terdapat klasifikasi lain untuk luas areal terbakar menurut Chandler et al. 1983, yang lebih lengkap dalam mengklasifikasikan kelas kebakaran berdasar luas. Klasifikasinya yaitu tercantum Tabel 1. Klasifikasi luas areal terbakar Kelas areal Luas areal terbakar acre Luas areal terbakar Ha A ≤ 0.25 ≤ 0.10 B 0.26 – 9 0.11 – 3.64 C 10 – 99 4.05 – 40.06 D 100 – 200 40.47 – 80.94 E 300 – 999 121.41 – 404.29 F 1000 – 4999 404.69 – 2023.05 G ≥ 5.000 ≥ 2023.45 Sumber : Chandler et al. 1983

2.4. Pengendalian Kebakaran Hutan

Menurut Husaeni 2003, pengendalian kebakaran hutan forest fire management adalah semua aktivitas untuk melindungi hutan dari kebakaran liar maupun penggunaan api secara sengaja, dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pengelolaan hutan. Pengendalian kebakaran ini mencakup tiga komponen kegiatan, yaitu : a. Mencegah terjadinya kebakaran hutan. b. Memadamkan kebakaran hutan dengan segera sewaktu api masih kecil. c. Penggunaan api untuk tujuan-tujuan tertentu dalam pengelolaan hutan. Sedangkan Suratmo 1974 mengemukakan bahwa pengendalian kebakaran hutan tidaklah hanya meliputi aktivitas dalam pemadamannya saja, tetapi juga meliputi pencegahan dan aktivitas persiapan pemadaman kebakaran. Dalam aplikasinya di lapangan, upaya pengendalian kebakaran memerlukan perencanaan yang matang. Hal ini merupakan tugas dari pengelola hutan setempat yang juga bertanggung jawab dalam hal pengendalian kebakaran. Upaya ini juga harus terus dievaluasi dan direvisi setiap tahun, mengingat kondisi musim dan karakteristik bahan bakar yang perubahannya sangat dinamis bahkan untuk di suatu kawasan yang sama sekalipun.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN (Studi Di Wilayah Perum Perhutani KPH Malang)

1 8 17

Implementasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Perum Perhutani Unit II Di Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember

0 5 7

Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui pendekatan kelompok kasus pengelolaan hutan bersama masyarakat pada areal hutan produksi Perum Perhutani Unit I Provinsi Jawa Tengah

3 81 325

Tinjauan Penyelenggaran Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) : Studi Kasus di RPH Leuwiliang, BKPH Leuwiliang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat

0 2 113

Efektivitas kolaborasi antara perum perhutani dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan kasus PHBM di KPH Madiun dan KPH Nganjuk, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 32 102

Peningkatan Peran Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan di KPH Malang Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 14 132

Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dalam Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 9 114

Evaluasi Pelaksanaan Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) LMDH Wana Bumi Tirta Makmur, Desa Banjaranyar, BKPH Margasari, KPH Balapulang, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 11 68

Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 6 40

PEMBERIAN HAK KELOLA LAHAN OLEH PERHUTANI KEPADA MASYARAKAT DESA HUTAN MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI PERUM PERHUTANI KPH BLORA.

0 0 1