Enforcement ini hendaknya juga didukung dengan upaya penyuluhan, yakni
terkait pemasyarakatan peraturan-peraturan terkait. c. Engineering keteknikan
Maksud keteknikan disini yakni upaya pencegahan kebakaran yang ditikberatkan pada kegiatan-kegiatan teknis di lapangan. Metodenya terbagi
menjadi dua yakni: manajemen bahan bakar, seperti isolasi bahan bakar, modifikasi bahan bakar, maupun pengurangan bahan bakar dan penerapan teknik
silvikultur, meliputi penyiangan, pendangiran dan pemupukan untuk mempercepat penutupan tajuk, pemangkasan cabang untuk memutus kontinuitas vertikal bahan
bakar, dan penerapan sistem tumpangsari untuk penanaman, yakni untuk meningkatkan pengawasan sehingga dapat mencegah tanaman muda dari ancaman
kebakaran. Sedangkan menurut Sumantri 2003, metode pencegahan kebakaran hutan
dikelompokkan menjadi pokok-pokok pencegahan kebakaran hutan, meliputi : a. Upaya untuk menggarap manusia sebagai sumber api, melalui 5 kegiatan
utama dengan berbagai variasinya, seperti : 1. Peningkatan pendapatan dan pendidikan
2. Pola penyadaran dan pembinaan melalui penyuluhan 3. Mendorong proses peran serta masyarakat
4. Rekayasa sosial 5. Law enforcement
b. Upaya untuk memodifikasi pemicu bahan bakar : kayu, gambut, dan batubara melalui teknik silvikultur, manajemen bahan bakar, penambangan terbatas,
perencanaan sistem pengairan pada lahan gambut yang memenuhi syarat sesuai tapak, fuel break, green belt, dll.
c. Upaya untuk kewaspadaan : rambu-rambu, patroli, indeks kekeringan, daerah rawan, peringatan dini, apel siaga, dll.
d. Upaya untuk kesiap-siagaan : pengadaaan sarana dan prasarana, metode atau Standart Operating Procedure
SOP dalam pencegahan, pendanaan, pengembangan SDM, pelatihan, simulasi, dan gladi posko.
2.4.2. Pemadaman Kebakaran Hutan
Tindakan pemadaman kebakaran hutan baru dapat dilakukan apabila telah diketahui adanya kebakaran hutan dan diketahui pula letaknya Suratmo 1974.
Untuk itulah, kegiatan deteksi kebakaran dan pelaporan sangat diperlukan, dimana perlu adanya persiapan juga untuk pemadaman, yang meliputi :
1. Penyediaan alat atau metode untuk mengetahui adanya kebakaran hutan metode deteksi, misalnya dengan patroli darat, penggunaan stasiun
pengawas menara api, atau patroli udara dengan pesawat patroli yang dilengkapi peta areal.
2. Penyediaan alat komunikasi. 3. Penyediaan alat angkutan.
4. Persiapan alat pemadam kebakaran hutan. 5. Pembentukan organisasi beserta anggota tim personil.
6. Mengadakan latihan untuk anggota tim. Adapun prinsip pemadaman kebakaran hutan terdiri atas dua langkah, yang
pertama yaitu menghentikan menjalarnya api, dan kedua memadamkan api Anonymous 1977 diacu dalam Rachmatsjah 1985. Proses penyalaan api
tergambarkan melalui segitiga api, yaitu tersedianya oksigen, bahan bakar, dan sumber panas yang cukup dan berkombinasi sesuai. Prinsip lain dalam
pemadaman mendasarkan pada konsep segitiga api ini, yaitu menghilangkan satu unsur atau lebih dari sisi-sisi segitiga api tersebut, sehingga api tak dapat menyala.
Hal yang dapat dilakukan sesuai prinsip tersebut adalah dengan pendinginan bahan bakar, yaitu agar suhu diturunkan sampai di bawah suhu penyulutan;
pengurangan oksigen dengan memukul nyala api, menutupi dengan tanah, atau menyiramnya dengan air; atau melaparkan, yaitu menghilangkan pasokan bahan
bakar yang tersedia atau membiarkan api membakar ke arah penghalang alami. Adapun metode pemadaman api terdiri atas :
1. Metode Jalur : yaitu membuat jalur mekanik dengan membersihkan bahan-bahan yang
mudah terbakar. Jalur dibuat melintangmemotong arah menjalarnya api, sehingga penjalaran api akan terhenti sewaktu mencapai jalur.
2. Metode Pembakaran Balik : yaitu membuat jalur mekanik yang tidak lebar terlebih dahulu, kemudian
dilebarkan dengan pembakaran ke arah berlawanan datangnya api. 3. Metode Pemadaman Api Secara Langsung :
yaitu dengan memadamkan bahan bakar yang telah terbakar atau memisahkan bahan bakar tersebut dari bahan bakar yang belum terbakar. Kegiatan
dilaksanakan pada tepi api di areal kebakaran. Metode ini dapat dilakukan bila nyala api masih kecil dan tenaga pemadam berjumlah besar.
2.5. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat PHBM
Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat PHBM sudah ditetapkan menjadi satu-satunya sistem pengelolaan hutan di wilayah kerja Perum
Perhutani, sehingga sudah menjadi “iconbrand” di Perhutani untuk seluruh lini pekerjaan pada seluruh strata.
Namun, PHBM bukanlah kegiatan pertama yang diadakan oleh Perum Perhutani untuk membina hubungan sinergi antara kegiatan masyarakat dengan
hutan, juga antara masyarakat dengan pihak Perhutani sebagai pengelola hutan. Tercatat telah diterapkan program-program sejenis, diantaranya pada tahun 1974
diluncurkan program Ma-Lu Mantri-Lurah dan Ma-Ma Malang-Magelang yang berlanjut dengan program Inmas Tumpangsari. Namun karena penerapan di
lapangan kurang berhasil, maka diupayakan kegiatan lain seperti penerapan PMDH Pembangunan Masyarakat Desa Hutan tahun 1982, yang lalu
ditindaklanjuti tahun 1986 dengan diadakannya program Perhutanan Sosial serta PMDH terpadu di tahun 1994 Yuwono 2007.
Penerapan PHBM di Perum Perhutani dilandasi dan didukung oleh aturan- aturan, yaitu :
a. Surat Keputusan Nomor : 136KptsDir2001 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat b.
Surat Keputusan Nomor : 001KptsDir2002 tentang Pedoman Berbagi Hasil Hutan Kayu
c. Peraturan-peraturan lainnya yang dibuat di tingkat PropinsiUnit serta
KabupatenKPH