Kecenderungan Pengaruh Perubahan Fundamental Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham

52 Apabila dilihat menurut nilai capital loss terendah bulan ke t terhadap bulan ke t-1 sehingga berdampak pada kemungkinan investor mendapatkan capital loss yang terendah sepanjang Januari 2006-Mei 2011, nilai capital loss terendah bulan ke-t terhadap bulan ke t-1 saham AALI merupakan terendah kedua jika dibandingkan saham LSIP, UNSP dan TBLA. Secara berturut-turut, nilai capital loss bulan ke t terhadap bulan ke t-1 dari saham AALI, LSIP, UNSP dan TBLA -50,51; -44,79; -61,97; dan -55,06 persen Lampiran 1. Hal ini juga didukung dengan data pada Tabel 6 yang menunjukkan bahwa rata-rata resiko dari perubahan harga saham bulan ke-t terhadap bulan ke t-1 sehingga berdampak pada kemungkinan investor mendapatkan capital loss, saham AALI memiliki rata-rata resiko per bulannya paling rendah terutama pada tahun 2006, 2009 dan 2010.

5.5. Kecenderungan Pengaruh Perubahan Fundamental Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham

Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba memprediksi harga saham di waktu yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham dengan menerapkan hubungan antara variabel pada fundamental keuangan dengan variabel harga saham. Sehingga hal ini dapat menentukan posisi relatif dari perusahaan yang menerbitkan saham dibandingkan pesaing serta perkiraan perkembangan fundamental keuangan ke depannya. Penilaian investor dalam memperkirakan kondisi fundamental keuangan perusahaan penerbit saham ke depan guna mengambil keputusan apakah akan membeli, menjual ataupun menyimpan saham dalam jangka waktu tertentu inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya pergeseran pada kurva permintaan sehingga terjadinya perubahan harga saham. Analisis fundamental keuangan didasarkan analisis keuangan yang tercermin pada rasio keuangan perusahaan yang terdiri dari lima rasio seperti rasio likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan, solvabilitas dan pasar Ang 1997, diacu dalam Wiwoho 2005. Pada rasio likuiditas, rasio yang digunakan dalam penelitian ini yakni rasio lancar. Rasio lancar merupakan kemampuan 53 perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Sepanjang tahun 2006-Mei 2011, rasio lancar PT Astra Agro Lestari Tbk AALI dan PT PP London Sumatera Tbk LSIP terus mengalami pergerakan yang meningkat. Sebaliknya, rasio lancar PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk UNSP dan PT Tunas Baru Lampung Tbk TBLA justru mengalami pergerakan yang menurun. Rasio lancar AALI pada tahun 2006 yaitu 0,87 yang nilainya lebih kecil dari satu. Artinya setiap Rp 100 dari kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar AALI sebesar Rp 87. Nilai dari rasio lancar ini dinilai rendah dan cukup mengkhawatirkan bagi para supplier yang akan memasok bahan baku ke AALI. Apabila dibandingkan dengan rasio lancar dari perusahaan sejenis lainnya seperti UNSP dan TBLA, nilai rasio lancar ini masih jauh lebih rendah yakni 3,54 pada UNSP dan 1,47 pada TBLA Tabel 7. Namun nilai rasio lancar AALI ini masih lebih tinggi dari pada nilai rasio lancar LSIP yakni 0,56. Rasio lancar AALI yang rendah ini diakibatkan oleh tingginya nilai pinjaman bank jangka pendek yaitu senilai Rp 255,250 milyar yang memberikan kontribusi sebesar 7,29 persen terhadap total pasiva perusahaan. Tabel 7. Rasio Lancar AALI, LSIP, UNSP dan TBLA Periode Tahun 2006- Maret 2011 Tahun AALI LSIP UNSP TBLA 2006 0,87 0,56 3,55 1,48 2007 1,60 1,21 3,17 1,81 2008 1,94 1,70 1,48 1,10 2009 1,82 1,40 1,01 1,12 2010 1,93 2,39 0,53 1,11 Maret 2011 1,94 2,93 - - Sumber: Laporan Keuangan AALI, LSIP, UNSP dan TBLA 2011, diolah Sementara, rasio lancar LSIP yang rendah dan paling rendah dibandingkan pesaingnya pada tahun 2006 ini diakibatkan oleh tingginya nilai surat hutang wajib konversi yaitu senilai Rp 405,092 milyar yang memberikan kontribusi 54 sebesar 5,13 persen terhadap total pasiva perusahaan. Sementara total aktiva lancar yang dimiliki perusahaan hanya Rp 496,927 milyar. Hal sebaliknya, pada saham UNSP yang memiliki nilai rasio lancar yang paling tinggi dibandingkan dengan pesaingnya. Rasio lancar UNSP yang tinggi ini diakibatkan oleh tingginya nilai piutang UNSP yaitu senilai Rp 258,016 milyar yang memberikan kontribusi sebesar 14,47 persen terhadap total aktiva perusahaan. Sementara total pasiva lancar yang dimiliki perusahaan hanya Rp 189,280 milyar. Rasio lancar AALI dan LSIP yang rendah pada tahun 2006 kemudian mengalami peningkatan berturut-turut sebanyak 121,8 dan 327 persen pada tahun 2010 menjadi 1,93 dan 2,39 Tabel 7. Peningkatan rasio lancar AALI lebih disebabkan karena peningkatan kas dan setara kas perusahaan serta nilai persediaan perusahaan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan nilai kewajiban lancarnya. Sementara pada LSIP, peningkatan rasio lancar LSIP lebih disebabkan karena telah terbayarkannya hutang bank jangka pendek dan hutang bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun pada tahun 2010. Di sisi lain, rasio lancar UNSP dan TBLA yang tinggi pada tahun 2006 justru mengalami penurunan berturut-turut sebanyak -85,1 dan -25 persen pada tahun 2010 menjadi 0,53 dan 1,11 Tabel 7. Tingginya nilai pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun yakni Rp 145,333 milyar dan hutang obligasi yang jatuh tempo dalam satu tahun Rp 1,629 triliun dinilai penyebab rendahnya rasio lancar UNSP ini. Rasio UNSP senilai 0,53 sangat beresiko bagi investor yang akan menanamkan sahamnya pada saham UNSP ini. Karena kekhawatiran terprioritaskannya pembayaran hutang dan bunga hutang yang lebih besar dibandingkan untuk memenuhi pembayaran dividen yang merupakan hak bagi investor yang menanamkan sahamnya di UNSP. Sementara rasio lancar TBLA senilai 1,11 dikarenakan terjadinya peningkatan pada hutang bank jangka pendek dan bagian kewajiban jangka panjang jatuh tempo dalam setahun Tabel 7. Peningkatan pada hutang bank jangka pendek dan bagian kewajiban jangka panjang jatuh tempo dalam setahun pada TBLA ini masih dapat diimbangi oleh kenaikan nilai kas dan setara kas serta 55 investasi jangka pendek perusahaan yang lebih besar. Sehingga nilai rasio lancar pada tahun 2010 pada TBLA ini masih lebih besar dari satu. Bagi investor saham, kebutuhan informasi mengenai keadaan rasio lancar perusahaan penerbit saham akan berguna untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengelola modal kerjanya. Dimana dengan modal kerja yang dikelola dengan baik akan mempengaruhi terhadap aktivitas perusahaan. Investor juga dapat memperkirakan potensi tingkat keuntungan perusahaan yang ke depannya dengan mengetahui nilai rasio lancar ini. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi kecenderungan investor untuk mengambil keputusan dalam membeli, menjual ataupun menyimpan suatu saham sehingga pada akhirnya hal ini dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pada harga saham itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa nilai rasio lancar yang dimiliki oleh perusahaan cenderung akan mempengaruhi terhadap perubahan harga saham perusahaan. Apabila dilihat kecenderungan dari perubahan rasio lancar tahunan time series mempengaruhi perubahan harga saham, sepanjang Desember 2006-Maret 2011, saham AALI dan LSIP memiliki nilai kecenderungan dari perubahan rasio lancar mempengaruhi perubahan harga saham AALI dan LSIP paling besar dibandingkan saham UNSP dan TBLA. Secara berturut-turut nilai kecenderungan rasio lancar AALI, LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 1,00; 1,00; 0,75; dan 0,50. Sementara berdasarkan nilai rasio lancar triwulan perusahaan periode Desember 2006 hingga Maret 2011 dan harga saham rata-rata tiga bulannya untuk mengetahui ada atau tidaknya kecenderungan dari perubahan rasio lancar terhadap perubahan harga sahamnya, perubahan rasio lancar pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA memiliki kecenderungan yang cukup besar dalam mempengaruhi perubahan harga saham individu pada keempat saham ini Lampiran 2. Sebanyak sembilan dari 17 rasio lancar AALI triwulan time series yakni pada Maret 2007, September 2007-September 2008, Juni 2010 dan Desember 2010 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham AALI Lampiran 2. Nilai kecenderungan 0,53, perubahan rasio lancar mempengaruhi perubahan harga saham AALI. Pada LSIP, sebanyak enam dari sembilan rasio lancar triwulan time series yakni pada Maret 2007, Desember 2007-Maret 2008, 56 Desember 2008, Maret 2010 dan Desember 2010 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,67, perubahan rasio lancar mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Untuk UNSP, sebanyak lima dari 10 rasio lancar triwulan time series yakni pada Maret 2007, September 2007, Juni 2008-Desember 2008 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,50, perubahan rasio lancar mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Sementara pada TBLA, sebanyak lima dari 12 rasio lancar triwulan time series yakni pada Maret 2008, Maret 2009-Juni 2009, Desember 2009-Maret 2010 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. Dengan nilai kecenderungan 0,42, perubahan rasio lancar mempengaruhi harga saham TBLA. Apabila ditinjau menurut rasio profitabilitas AALI, LSIP, UNSP dan TBLA, beberapa rasio yang digunakan dalam penelitian ini seperti rasio GPM gross profit margin, NPM net profit margin, ROA return on asset, ROE return on equity dan EPS earning per share memiliki kecenderungan yang cukup besar dalam mempengaruhi perubahan harga saham individu AALI, LSIP, UNSP dan TBLA Lampiran 3, Lampiran 4, Lampiran 5, Lampiran 6 dan Lampiran 7. Hal ini dikarenakan bagi investor saham AALI, LSIP, UNSP dan TBLA, nilai rasio GPM, NPM, ROA, ROE dan EPS pada keempat saham tersebut yang menunjukkan seberapa besar laba bersih perusahaan dan potensi pembagian dividen yang dapat diterima oleh investor akan mempengaruhi keputusan investor dalam memilih dan membeli keempat saham ini. Semakin besar potensi tingkat keuntungan perusahaan akan cenderung mendorong investor untuk membeli saham pada perusahaan emiten tersebut. Dengan permintaan terhadap saham tersebut yang semakin meningkat pada gilirannya akan cenderung meningkatkan harga saham tersebut ke depannya. Rasio GPM AALI pada tahun 2006 yaitu 0,39 Tabel 8. Artinya dari setiap Rp 100 penjualan yang dapat dihasilkan, AALI mendapatkan kentungan kotor sebesar Rp 39. Sementara nilai rasio NPM AALI pada tahun 2006 yaitu 0,21. Setiap Rp 100 nilai penjualan, AALI mendapatkan laba bersih Rp 21. 57 Tabel 8. Rasio Profitabilitas AALI, LSIP, UNSP dan TBLA Periode Tahun 2006-Maret 2011 Sumber: Laporan Keuangan AALI, LSIP, UNSP dan TBLA 2011, diolah Nama Saham_ Tahun Rasio GPM Rasio NPM Rasio ROA Rasio ROE Rasio EPS Rp Harga Saham Rp AALI_2006 0,39 0,21 0,33 0,42 499,97 6.773 LSIP_2006 0,26 0,14 0,14 0,32 222 601 UNSP_2006 0,35 0,15 0,14 0,39 74 793 TBLA_2006 0,22 0,04 0,04 0,09 12,82 184 AALI_2007 0,53 0,33 0,54 0,72 1.253 14.963 LSIP_2007 0,37 0,19 0,21 0,36 413,3 898 UNSP_2007 0,34 0,11 0,08 0,15 70,33 1.533 TBLA_2007 0,24 0,05 0,06 0,15 23,47 458 AALI_2008 0,47 0,32 0,61 0,72 1.671 18.231 LSIP_2008 0,48 0,24 0,27 0,42 136,4 1.060 UNSP_2008 0,35 0,06 0,06 0,11 45,85 1.310 TBLA_2008 0,21 0,02 0,03 0,08 15,26 425 AALI_2009 0,42 0,22 0,33 0,40 1.055 17.169 LSIP_2009 0,43 0,22 0,21 0,26 105,08 803 UNSP_2009 0,29 0,11 0,07 0,14 66,73 605 TBLA_2009 0,16 0,05 0,07 0,21 61,12 282 AALI_2010 0,41 0,23 0,92 1,11 1.281 22.000 LSIP_2010 0,49 0,29 0,74 0,91 151,5 2.064 UNSP_2010 0,43 0,27 0,17 0,39 67,56 406 TBLA_2010 0,53 0,20 0,27 0,79 56,07 357 AALI Maret_2011 0,39 0,25 0,27 0,33 415 22.083 LSIP Maret_2011 0,53 0,34 0,26 0,32 58 2.262 UNSP Maret_2011 - - - - - 350 TBLA Maret_2011 - - - - - 412 58 Apabila dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya, nilai GPM dan NPM yang cukup kecil ini masih lebih besar dibandingkan nilai rasio GPM dan NPM dari LSIP 0,25 dan 0,14, UNSP 0,34 dan 0,14 dan TBLA 0,21 dan 0,04 Tabel 8. Menurut Darsono dan Ashari 2005, pada pasar persaingan yang amat ketat, margin keuntungan kotor dan laba bersih akan semakin rendah jika dibandingkan dengan pasar monopolistik. Sehingga hal ini menyebabkan nilai GPM dan NPM yang dapat diperoleh AALI, LSIP, UNSP dan TBLA juga rendah karena persaingan yang cukup ketat di sektor perkebunan namun hal ini masih menunjukkan hal yang positif dari AALI dibandingkan dengan pesaingnya. Pada tahun 2010, nilai GPM dan NPM dari AALI, LSIP, UNSP dan TBLA mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan manajemen pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA dalam menghasilkan margin penjualan. Rasio GPM dan NPM dari AALI pada tahun 2010 yaitu 0,41 dan 0,23. Artinya dari setiap Rp 100 pernjualan yang dapat dihasilkan, AALI mendapatkan kentungan kotor sebesar Rp 41. Sementara setiap Rp 100 nilai penjualan, AALI mendapatkan laba bersih Rp 23. Apabila dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya, nilai GPM dan NPM dari AALI pada tahun 2010 ini hanya mengalami kenaikan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan kenaikan rasio GPM dan NPM pada LSIP, UNSP dan TBLA. Sehingga, rasio GPM dan NPM pada AALI tahun 2010 ini lebih rendah jika dibandingkan pesaingnya. Secara berturut-turut, nilai rasio GPM dan NPM dari LSIP 0,49 dan 0,29, UNSP 0,43 dan 0,27 dan TBLA 0,53 dan 0,20 Tabel 8. Apabila dilihat kecenderungan dari perubahan rasio GPM tahunan time series dalam mempengaruhi perubahan harga saham, sepanjang Desember 2006- Maret 2011, saham LSIP dan TBLA memiliki nilai kecenderungan rasio GPM mempengaruhi perubahan harga saham LSIP dan TBLA paling besar dibandingkan saham AALI dan UNSP. Secara berturut-turut nilai kecenderungan rasio GPM AALI, LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 0,50; 1,00; 0,50; dan 1,00. Sementara berdasarkan nilai rasio GPM triwulan perusahaan periode Desember 59 2006 hingga Maret 2011 dan harga saham rata-rata tiga bulannya untuk mengetahui ada atau tidaknya kecenderungan dari perubahan rasio GPM terhadap perubahan harga sahamnya, perubahan rasio GPM pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA memiliki kecenderungan yang cukup besar dalam mempengaruhi perubahan harga saham individu pada keempat saham ini Lampiran 3. Sebanyak 13 dari 17 rasio GPM AALI triwulan time series yakni pada Maret 2007-Desember 2009, dan Desember 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham AALI Lampiran 3. Dengan nilai kecenderungan 0,77, perubahan rasio GPM mempengaruhi perubahan harga saham AALI. Pada LSIP, sebanyak tiga dari sembilan rasio GPM triwulan time series yakni pada Desember 2007, Maret 2010 dan Desember 2010 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,33, perubahan rasio GPM mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Untuk UNSP, sebanyak empat dari 10 rasio GPM triwulan time series yakni pada Maret 2007, September 2007, Maret-Juni 2008 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,40, perubahan rasio GPM mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Sementara pada TBLA, sebanyak lima dari 12 rasio GPM triwulan time series yakni pada Juni 2007, Maret 2008, Maret 2010 dan Desember 2010 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. Dengan nilai kecenderungan 0,42, perubahan rasio GPM mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. Sementara apabila dilihat kecenderungan dari perubahan rasio NPM tahunan time series dalam mempengaruhi perubahan harga saham, sepanjang Desember 2006-Maret 2011, saham AALI dan LSIP memiliki nilai kecenderungan rasio NPM mempengaruhi perubahan harga saham AALI dan LSIP paling besar dibandingkan saham UNSP dan TBLA. Secara berturut-turut nilai kecenderungan rasio NPM AALI, LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 1,00; 1,00; 0,50; dan 0,75. Berdasarkan nilai rasio NPM triwulan perusahaan periode Desember 2006 hingga Maret 2011 dan harga saham rata-rata tiga bulannya untuk mengetahui ada atau tidaknya kecenderungan dari perubahan rasio NPM terhadap perubahan 60 harga sahamnya, perubahan rasio NPM pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA memiliki kecenderungan yang cukup besar dalam mempengaruhi perubahan harga saham individu pada keempat saham ini Lampiran 4. Sebanyak sembilan dari 17 rasio NPM AALI triwulan time series yakni pada Juni 2007-September 2008, Juni-September 2009 dan Desember 2010 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham AALI Lampiran 4. Dengan nilai kecenderungan 0,53, perubahan rasio NPM mempengaruhi perubahan harga saham AALI namun lebih kecil daripada nilai kecenderungan rasio GPM AALI. Pada LSIP, sebanyak lima dari sembilan rasio NPM triwulan time series yakni pada Desember 2007-Maret 2008, Desember 2008, Maret 2010 dan Desember 2010 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,56, perubahan rasio NPM mempengaruhi perubahan harga saham LSIP dan lebih besar dari nilai kecenderungan rasio GPM LSIP. Untuk UNSP, sebanyak lima dari 10 rasio NPM triwulan time series yakni pada Juni 2007, Maret-Juni 2008, Desember 2008 dan Juni 2009 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,50, perubahan rasio NPM mempengaruhi perubahan harga saham UNSP dan lebih besar dari nilai kecenderungan rasio GPM UNSP. Sementara pada TBLA, sebanyak lima dari 12 rasio NPM triwulan time series yakni pada Juni-September 2009 dan Juni-Desember 2010 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. Dengan nilai kecenderungan 0,42, perubahan rasio GPM mempengaruhi perubahan harga saham TBLA dan memiliki nilai kecenderungan yang sama dengan rasio GPM TBLA. Apabila ditinjau menurut rasio ROA dan rasio ROE AALI, rasio lain yang terdapat pada rasio profitabilitas, yang mengukur perbandingan antara laba bersih dengan total asettotal ekuitas AALI, nilai ROA dan ROE tahun 2006 adalah 0,33 dan 0,42 Tabel 8. Artinya, dalam setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan dan setiap seratus rupiah investasi pemegang saham, AALI mendapatkan keuntungan sebesar Rp 33 untuk tahun 2006 serta perusahaan mampu memberikan kembalian terhadap pemegang saham sebesar Rp 42 tahun 61 2006. Nilai rasio ROA dan ROE dari AALI pada tahun 2006 ini paling tinggi jika dibandingkan dengan nilai rasio ROA dan ROE dari LSIP, UNSP dan TBLA secara berturut-turut 0,14 dan 0,32; 0,14 dan 0,39; 0,04 dan 0,09. Bahkan hingga tahun 2010 pun, nilai rasio ROA dan ROE dari AALI masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rasio ROA dan ROE dari LSIP, UNSP dan TBLA Tabel 8. Nilai ROA dan ROE dari AALI ini mengalami peningkatan sebanyak 178,8 dan 164,3 persen pada tahun 2010 menjadi 0,92 dan 1,11. Artinya AALI mampu meningkatkan keuntungan dari setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki yaitu sebesar Rp 59 serta perusahaan mampu meningkatkan kembalian yang dapat diperoleh investor atau pemegang saham sebesar Rp 69 untuk setiap seratus rupiah investasi dari pemegang saham terhadap AALI. Jika dibandingkan dengan LSIP, UNSP dan TBLA, kemampuan dalam meningkatkan tingkat keuntungan dari setiap rupiah aktiva yang dimiliki dan kemampuan dalam meningkatkan kembalian terhadap investor dari setiap rupiah yang diinvestasikan belum dapat melampaui kemampuan AALI dalam meningkatkan tingkat keuntungan dan kembalian pada tahun 2010. Pada tahun 2010, rasio ROA dan ROE LSIP, UNSP dan TBLA secara berturut-turut 0,74 dan 0,91; 0,17 dan 0,39; dan 0,27 dan 0,79. Apabila dibandingkan dengan tingkat imbal hasil yang dapat diberikan oleh suku bunga tabungan dan deposito berdasarkan acuan suku bunga BI rate pada tahun 2010, nilai ROA dan ROE dari AALI, LSIP, UNSP dan TBLA pada tahun 2010 masih jauh lebih tinggi dari rata-rata tingkat suku bunga BI tahun 2010 yang hanya 6,5 persen atau 0,065. Artinya setiap seratus rupiah simpanan yang dimiliki oleh investor di bank hanya mampu memberikan tingkat imbal hasil 6,5 rupiah. Sehingga hal ini dinilai mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli saham AALI, LSIP, UNSP dan TBLA. Dengan semakin besar daya tarik dari suatu saham yang ditunjukkan oleh kemampuan suatu saham dalam memberikan kembalian terhadap investor pada setiap rupiah yang diinvestasikan akan mendorong permintaan pada saham 62 tersebut. Dimana, pada jumlah penawaran yang tetap, peningkatan permintaan terhadap suatu saham ini akan meningkatkan harga saham. Berdasarkan tingkat kecenderungan dari perubahan rasio ROA tahunan time series dalam mempengaruhi perubahan harga saham, sepanjang Desember 2006-Maret 2011, saham AALI dan LSIP memiliki nilai kecenderungan rasio ROA mempengaruhi perubahan harga saham paling besar dibandingkan saham UNSP dan TBLA. Secara berturut-turut nilai kecenderungan rasio ROA dari AALI, LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 1,00; 1,00; 0,25; dan 0,75. Sementara berdasarkan nilai rasio ROA triwulan perusahaan periode Desember 2006 hingga Maret 2011 dan harga saham rata-rata tiga bulannya untuk mengetahui ada atau tidaknya kecenderungan dari perubahan rasio ROA terhadap perubahan harga sahamnya, perubahan rasio ROA pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA memiliki kecenderungan yang cukup besar dalam mempengaruhi perubahan harga saham individu pada keempat saham ini Lampiran 5. Sebanyak delapan dari 17 rasio ROA dari AALI triwulan time series yakni pada Juni-Desember 2007, Juni-Desember 2009, dan Desember 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham AALI Lampiran 5. Dengan nilai kecenderungan 0,47, perubahan rasio ROA mempengaruhi perubahan harga saham AALI. Pada LSIP, sebanyak empat dari sembilan rasio ROA triwulan time series yakni pada Desember 2007, Desember 2009, Desember 2010 dan Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,44, perubahan rasio ROA mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Untuk UNSP, sebanyak empat dari 10 rasio ROA triwulan time series yakni pada Juni 2007, Desember 2007, Desember 2008, Juni 2009 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,40, perubahan rasio ROA mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Sementara pada TBLA, sebanyak enam dari 12 rasio ROA triwulan time series yakni pada Juni 2007, Juni 2008, Juni-Desember 2009, Desember 2010 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. Dengan nilai 63 kecenderungan 0,50, perubahan rasio ROA mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. Sementara apabila dilihat kecenderungan dari perubahan rasio ROE tahunan time series dalam mempengaruhi perubahan harga saham, sepanjang Desember 2006-Maret 2011, saham AALI dan LSIP memiliki nilai kecenderungan rasio ROE mempengaruhi perubahan harga saham AALI dan LSIP paling besar dibandingkan saham UNSP dan TBLA. Secara berturut-turut nilai kecenderungan rasio ROE dari AALI, LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 1,00; 1,00; 0,25; dan 0,75. Berdasarkan nilai rasio ROE triwulan perusahaan periode Desember 2006 hingga Maret 2011 dan harga saham rata-rata tiga bulannya untuk mengetahui ada atau tidaknya kecenderungan dari perubahan rasio ROE terhadap perubahan harga sahamnya, perubahan rasio ROE pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA memiliki kecenderungan yang cukup besar dalam mempengaruhi perubahan harga saham individu pada keempat saham ini Lampiran 6. Sebanyak sepuluh dari 17 rasio ROE dari AALI triwulan time series yakni pada Maret-Desember 2007, Desember 2008, Juni-Desember 2009, Desember 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham AALI Lampiran 6. Dengan nilai kecenderungan 0,59, perubahan rasio ROE mempengaruhi perubahan harga saham AALI dan lebih besar daripada nilai kecenderungan rasio ROA dari AALI. Pada LSIP, sebanyak empat dari sembilan rasio ROE triwulan time series yakni pada Desember 2007, Maret 2010, Desember 2010, Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,44, perubahan rasio ROE mempengaruhi perubahan harga saham LSIP dan sama dengan nilai kecenderungan rasio ROA dari LSIP. Untuk UNSP, sebanyak empat dari 10 rasio ROE triwulan time series yakni pada Juni-Desember 2007 dan Desember 2008 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,40, perubahan rasio ROE mempengaruhi perubahan harga saham UNSP dan sama dengan nilai kecenderungan rasio ROA dari UNSP. Sementara pada TBLA, 64 sebanyak delapan dari 12 rasio ROE triwulan time series yakni pada Maret-Juni 2007, Juni 2008, Juni-Desember 2009, Desember 2010-Maret 2011 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA Lampiran 6. Dengan nilai kecenderungan 0,67, perubahan rasio ROE mempengaruhi perubahan harga saham TBLA dan memiliki nilai kecenderungan yang lebih besar dengan rasio ROA dari TBLA. Laba bersih per lembar saham EPS sebagai ukuran rasio lain yang termasuk ke dalam rasio profitabilitas juga dinilai memiliki kecenderungan yang besar mempengaruhi perubahan harga saham pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA. Bagi investor, nilai EPS suatu saham menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memberikan potensi tingkat keuntungan per lembar saham yang diinvestasikan oleh investor. Semakin besar nilai EPS suatu saham maka semakin besar daya tarik yang dimiliki oleh saham tersebut. Dengan semakin besar daya tarik dari suatu saham dibandingkan dengan saham lain, akan mendorong peningkatan permintaan dari suatu saham dibandingkan dengan saham lain. Sehingga hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan harga saham. Berdasarkan kecenderungan dari perubahan rasio EPS tahunan time series dalam mempengaruhi perubahan harga saham, sepanjang Desember 2006-Maret 2011, saham AALI memiliki nilai kecenderungan rasio EPS mempengaruhi perubahan harga saham AALI paling besar dibandingkan saham LSIP, UNSP dan TBLA. Secara berturut-turut nilai kecenderungan rasio EPS dari AALI, LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 1,00; 0,75; 0,25; dan 0,75. Berdasarkan nilai rasio EPS triwulan perusahaan periode Desember 2006 hingga Maret 2011 dan harga saham rata-rata tiga bulannya untuk mengetahui ada atau tidaknya kecenderungan dari perubahan rasio EPS terhadap perubahan harga sahamnya, perubahan rasio EPS pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA memiliki kecenderungan yang cukup besar dalam mempengaruhi perubahan harga saham individu pada keempat saham ini. Sebanyak sembilan dari 17 rasio EPS dari AALI triwulan time series yakni pada Juni-Desember 2007, Desember 2008, Juni-Desember 2009, Desember 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga 65 saham AALI Lampiran 7. Dengan nilai kecenderungan 0,53, perubahan rasio EPS mempengaruhi perubahan harga saham AALI. Pada LSIP, sebanyak tiga dari sembilan rasio EPS triwulan time series yakni pada Desember 2007, Desember 2008 dan Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,33, perubahan rasio EPS mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Tabel 9. Rasio Pertumbuhan AALI, LSIP, UNSP dan TBLA Periode Tahun 2006-Maret 2011 Sumber: Laporan Keuangan AALI, LSIP, UNSP dan TBLA 2011, diolah Nama Saham_ Tahun Rasio Pertumbuhan Penjualan Rasio Pertumbuhan Laba Bersih Harga Saham Rp AALI_2007 0,58 1,51 14.963 LSIP_2007 0,35 0,86 898 UNSP_2007 0,65 0,19 1.533 TBLA_2007 0,54 0,84 458 AALI_2008 0,37 0,33 18.231 LSIP_2008 0,33 0,64 1.060 UNSP_2008 0,50 -0,16 1.310 TBLA_2008 1,14 -0,35 425 AALI_2009 -0,09 -0,37 17.169 LSIP_2009 -0,17 -0,24 803 UNSP_2009 -0,21 0,46 605 TBLA_2009 -0,29 1,18 282 AALI_2010 0,55 0,64 22.000 LSIP_2010 0,49 0,61 2.064 UNSP_2010 0,29 2,19 406 TBLA_2010 0,98 -0,37 357 AALI Maret_2011 -0,69 -0,66 22.083 LSIP Maret_2011 -0,67 -0,62 2.262 UNSP Maret_2011 - - 350 TBLA Maret_2011 - - 412 66 Untuk UNSP, sebanyak lima dari 10 rasio EPS triwulan time series yakni pada Juni-Desember 2007, Desember 2008 dan Juni 2009 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,50, perubahan rasio EPS mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Sementara pada TBLA, sebanyak enam dari 12 rasio EPS triwulan time series yakni pada Juni 2007, Juni 2008, Maret-September 2009 dan Desember 2010 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA Lampiran 7. Dengan nilai kecenderungan 0,50, perubahan rasio EPS mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. Apabila ditinjau menurut rasio pertumbuhannya, yang ditunjukkan oleh nilai pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan laba bersih dinilai memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA. Bagi investor, perusahaan yang cenderung mengalami pertumbuhan ke depannya seperti penjualan dan laba bersih yang terus tumbuh akan diminati oleh investor untuk ditempatkan dananya pada saham tersebut. Hal ini karena dengan adanya pertumbuhan dari kedua fundamental keuangan tersebut akan mempengaruhi terhadap kecenderungan potensi tingkat pengembalian bagi investor yang juga akan meningkat. Implikasinya bagi saham yakni akan meningkatnya permintaan sementara penawaran terhadap saham tetap maka akan menggeser kurva permintaan sehingga harga saham akan naik. Berdasarkan kecenderungan dari rasio pertumbuhan penjualan dan laba bersih tahunan time series dalam mempengaruhi perubahan harga saham, sepanjang Desember 2006-Maret 2011, saham AALI dan LSIP memiliki nilai kecenderungan rasio pertumbuhan penjualan dan rasio pertumbuhan laba bersih mempengaruhi perubahan harga saham paling besar dibandingkan saham UNSP dan TBLA Tabel 9. Secara berturut-turut nilai kecenderungan rasio pertumbuhan penjualan dan laba bersih dari AALI, LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 1,00 dan 1,00; 1,00 dan 1,00; 0,50 dan 0,50; dan 0,50 dan 0,75. Berdasarkan nilai rasio pertumbuhan penjualan dan rasio pertumbuhan laba bersih triwulan perusahaan periode Desember 2006 hingga Maret 2011 dan harga saham rata-rata tiga bulannya untuk mengetahui ada atau tidaknya kecenderungan dari rasio 67 pertumbuhan penjualan dan laba bersih terhadap perubahan harga sahamnya, kedua rasio pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA ini memiliki kecenderungan yang cukup besar dalam mempengaruhi perubahan harga saham individu pada keempat saham ini Lampiran 8 dan Lampiran 9. Sebanyak tujuh dari 17 rasio pertumbuhan penjualan dari AALI triwulan time series yakni pada Juni-September 2007, Juni-Desember 2009, Desember 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham AALI Lampiran 8. Dengan nilai kecenderungan 0,42, rasio pertumbuhan penjualan mempengaruhi perubahan harga saham AALI. Pada LSIP, sebanyak empat dari sembilan rasio pertumbuhan penjualan triwulan time series yakni pada Desember 2007, Desember 2009 dan Desember 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,44, perubahan rasio pertumbuhan penjualan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Untuk UNSP, sebanyak tiga dari 10 rasio pertumbuhan penjualan triwulan time series yakni pada Juni 2007, Desember 2007 dan Juni 2009 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,30, rasio pertumbuhan penjualan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Sementara pada TBLA, sebanyak lima dari 12 rasio pertumbuhan penjualan triwulan time series yakni pada Juni 2007, Maret-Juni 2008 dan Juni-September 2009 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. Dengan nilai kecenderungan 0,42, perubahan rasio pertumbuhan penjualan mempengaruhi perubahan harga saham TBLA Lampiran 8. Sementara sebanyak delapan dari 17 rasio pertumbuhan laba bersih dari AALI triwulan time series yakni pada Juni-Desember 2007, Juni-Desember 2009, Desember 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham AALI Lampiran 9. Dengan nilai kecenderungan 0,47, rasio pertumbuhan laba bersih mempengaruhi perubahan harga saham AALI dan lebih besar dari nilai kecenderungan rasio pertumbuhan penjualan AALI. Pada LSIP, sebanyak tiga dari sembilan rasio pertumbuhan laba bersih triwulan time series yakni pada Desember 2007 dan Desember 2010-Maret 2011 memiliki 68 kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,33, rasio pertumbuhan laba bersih mempengaruhi perubahan harga saham LSIP dan lebih kecil dari nilai kecenderungan rasio pertumbuhan penjualan LSIP. Untuk UNSP, sebanyak tiga dari 10 rasio pertumbuhan laba bersih triwulan time series yakni pada September-Desember 2007 dan Desember 2008 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,30, rasio pertumbuhan laba bersih mempengaruhi perubahan harga saham UNSP dan sama dengan nilai kecenderungan rasio pertumbuhan penjualan UNSP. Sementara pada TBLA, sebanyak enam dari 12 rasio pertumbuhan laba bersih triwulan time series yakni pada Juni 2007, Juni 2008 dan Juni-Desember 2009 dan Desember 2010 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA Lampiran 9. Dengan nilai kecenderungan 0,50, perubahan rasio pertumbuhan laba bersih mempengaruhi perubahan harga saham TBLA dan lebih besar dari nilai kecenderungan rasio pertumbuhan penjualan TBLA. Bagi investor yang tergolong ke dalam risk averter akan menekankan pada seberapa besar total hutang baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan dimana saham itu akan menjadi pertimbangan investor dalam memilih atau tidaknya saham tersebut. Investor akan menaikkan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan karena adanya penambahan resiko terprioritaskannya pembayaran hutang dan bunganya dibandingkan dengan pembayaran dividen yang merupakan hak investor. Semakin besar kenaikan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan tersebut akan menurunkan permintaan terhadap saham ini yang pada gilirannya hal ini akan menurunkan harga saham pada kondisi dimana penawaran terhadap saham tetap. Maka pada kondisi tersebut, investor perlu mengetahui kondisi solvabilitas perusahaan. Dimana kondisi solvabilitas yang perlu investor ketahui yakni rasio Debt to Equity Ratio DER. Rasio DER merupakan rasio total hutang terhadap total ekuitas perusahaan. Nilai DER yang rendah menunjukkan sebagian besar pinjaman hutang didanai oleh investai pemegang saham. Dengan rendahnya nilai rasio DER dari perusahaan emiten akan cenderung mempengaruhi 69 terhadap kenaikan harga saham karena rendahnya resiko yang harus ditanggung investor dari nilai total hutang yang dimiliki perusahaan. Tabel 10. Rasio Solvabilitas AALI, LSIP, UNSP dan TBLA Periode Tahun 2006-Maret 2011 Nama Saham_ Tahun Rasio DER Harga Saham Rp AALI_2006 0,24 6.773 LSIP_2006 1,22 601 UNSP_2006 1,78 793 TBLA_2006 1,37 184 AALI_2007 0,28 14.963 LSIP_2007 0,70 898 UNSP_2007 0,81 1.533 TBLA_2007 1,62 458 AALI_2008 0,23 18.231 LSIP_2008 0,54 1.060 UNSP_2008 0,90 1.310 TBLA_2008 2,15 425 AALI_2009 0,18 17.169 LSIP_2009 0,27 803 UNSP_2009 0,90 605 TBLA_2009 2,09 282 AALI_2010 0,19 22.000 LSIP_2010 0,22 2.064 UNSP_2010 1,19 406 TBLA_2010 1,95 357 AALI Maret_2011 0,22 22.083 LSIP Maret_2011 0,21 2.262 UNSP Maret_2011 - 350 TBLA Maret_2011 - 412 Sumber: Laporan Keuangan AALI, LSIP, UNSP dan TBLA 2011, diolah 70 Berdasarkan Tabel 10, rasio DER dari AALI untuk tahun 2006 yaitu 0,24 menunjukkan bahwa setiap seratus rupiah investasi dari pemegang saham digunakan untuk mendanai pinjaman kreditor sebesar 24 rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa AALI lebih mengandalkan pendanaan dari ekuitas pemegang saham daripada penggunaan hutang. Nilai rasio ini juga menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengendalikan hutangnya. Dibandingkan dengan LSIP, UNSP dan TBLA, nilai dari rasio DER pada AALI paling rendah pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa investor lebih memilih saham AALI dibandingkan ketiga saham ini sehingga kemampuan AALI dalam memenuhi pendanaan yang berasal dari investor untuk mendanai hutangnya lebih besar dibandingkan pesaingnya. Nilai DER dari LSIP, UNSP dan TBLA lebih besar dari satu menandakan bahwa ketiga perusahaan ini lebih mengandalkan pendanaan dari hutang dan relatif sedikitnya pendanaan yang berasal dari pemegang saham Tabel 10. Secara berturut-turut nilai rasio DER pada LSIP, UNSP dan TBLA yakni 1,22; 1,78; dan 1,37. Nilai rasio DER dari AALI ini terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2010, nilai rasio DER dari AALI yaitu 0,19 yang turun sebanyak 20,8 persen. Hal ini juga diikuti oleh rasio DER dari LSIP dan UNSP yang juga mengalami penurunan hingga menjadi 0,22 dan 1,19. Sementara pada rasio DER dari TBLA justru mengalami peningkatan pada tahun 2010 jika dibandingkan nilai rasio DER ini pada tahun 2006 yaitu 1,95. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan penggunaan hutang dan peningkatan porsi pendanaan dari pemegang saham dalam mendanai investasi aktiva pada AALI, LSIP dan UNSP. Namun sebaliknya pada TBLA telah terjadi peningkatan pendanaan dengan menggunakan hutang dan penurunan porsi pemegang saham dalam mendanai investasi pada aktiva perusahaan. Ditinjau menurut kecenderungan rasio solvabilitas melalui indikator rasio DER debt to equity ratio berupa data time series triwulan dalam mempengaruhi perubahan harga saham, menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan yang cukup besar dari perubahan rasio DER terhadap perubahan harga saham pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA Lampiran 10. Sementara apabila dilihat dari 71 rasio DER pada data time series tahunan dalam mempengaruhi perubahan harga saham, menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan dari rasio ini terhadap perubahan harga saham AALI, LSIP dan TBLA. Tetapi pada saham UNSP, kecenderungan dari perubahan rasio ini terhadap perubahan harga saham UNSP tidak memiliki kecenderungan. Berdasarkan kecenderungan dari perubahan rasio DER tahunan time series dalam mempengaruhi perubahan harga saham, sepanjang Desember 2006-Maret 2011, saham AALI dan TBLA memiliki nilai kecenderungan rasio DER mempengaruhi perubahan harga saham paling besar dibandingkan dengan saham LSIP dan UNSP. Secara berturut-turut nilai kecenderungan rasio DER dari AALI, LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 0,75; 0,25; 0; dan 0,75. Sebanyak sepuluh dari 17 rasio DER dari AALI triwulan time series yakni pada Maret 2007, Desember 2007, Juni-September 2008, September 2009, Juni 2010, Desember 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham AALI Lampiran 10. Dengan nilai kecenderungan 0,59, rasio DER mempengaruhi perubahan harga saham AALI. Pada LSIP, sebanyak tujuh dari sembilan rasio DER triwulan time series yakni pada Maret 2007, Desember 2007-Maret 2008, Desember 2008-Maret 2009, Desember 2009 dan Desember 2010 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,78, perubahan rasio DER mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Untuk UNSP, sebanyak tujuh dari 10 rasio DER triwulan time series yakni pada Juni-September 2007, Maret-Juni 2008 dan Desember 2008-Juni 2009 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,70, rasio DER mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Sementara pada TBLA, sebanyak delapan dari 12 rasio DER triwulan time series yakni pada Maret-Juni 2007, Juni 2008, Maret 2009-Maret 2010 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA Lampiran 10. Dengan nilai kecenderungan 0,67, perubahan rasio DER mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. 72 Setelah investor mengetahui rasio solvabilitas yang berguna untuk menilai seberapa besar resiko kerugian dari saham yang akan dipilih, investor juga perlu untuk membandingkan kinerja saham tersebut di pasar dalam memutuskan apakah akan membeli, menjual atau menyimpan saham tersebut. Price to book value PBV adalah satu diantara beberapa rasio dalam rasio pasar yang dapat dijadikan sebagai alat bantu investor dalam menilai kinerja pasar saham tersebut dibandingkan kinerja saham pesaing. PBV merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Dimana nilai buku perusahaan yang dimaksudkan dalam hal ini yakni rasio antara ekuitas pemegang saham dengan jumlah lembar saham yang beredar. Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik biasanya akan memiliki rasio PBV di atas satu. Hal ini menunjukkan bahwa harga pasar dari saham tersebut lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV maka semakin meningkat harga saham pasar tersebut. Apabila kemudian investor membandingkan antara nilai rasio PBV antara satu saham dengan saham pesaingnya maka saham yang memiliki nilai rasio PBV lebih besar dibandingkan pesaingnya akan cenderung lebih dipilih oleh investor. Jika suatu saham cenderung lebih banyak dipilih oleh investor akan meningkatkan pemintaan saham tersebut sehingga pada jumlah penawaran saham yang tetap hal ini akan menggeser kurva permintaan dan harga saham menjadi naik. Berdasarkan Tabel 11, rasio PBV dari AALI yaitu 4,60 pada tahun 2006. Artinya nilai harga pasar dari saham AALI sebanyak 4,60 kali dari nilai buku AALI. Dibandingkan dengan pesaingnya, LSIP, UNSP dan TBLA, rasio PBV AALI paling tinggi pada tahun 2006. Secara berturut-turut, nilai rasio PBV pada LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 3,53; 3,01; dan 1,02. Rasio PBV ini kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2010 pada saham AALI, LSIP dan TBLA berturut-turut menjadi 21,91; 14,34; dan 6,32 Tabel 11. Namun pada saham UNSP, rasio PBV ini justru mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 2,49 Tabel 11. Rasio PBV dari AALI paling tinggi sepanjang tahun 2006 hingga Maret 2011 dibandingkan dengan pesaingnya Tabel 73 11. Hal ini menandakan bahwa di pasar saham, kinerja saham AALI dihargai lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Sehingga hal ini juga menunjukkan bahwa saham AALI dinilai lebih banyak dipilih dibandingkan saham lain seperti LSIP, UNSP dan TBLA berdasarkan kinerja saham pasar AALI tersebut. Tabel 11. Rasio Nilai Pasar AALI, LSIP, UNSP dan TBLA Periode Tahun 2006-Maret 2011 Nama Saham_ Tahun Rasio PBV Harga Saham Rp AALI_2006 4,60 6.773 LSIP_2006 3,53 601 UNSP_2006 3,01 793 TBLA_2006 3,70 184 AALI_2007 6,64 14.963 LSIP_2007 4,32 898 UNSP_2007 2,52 1.533 TBLA_2007 10,61 458 AALI_2008 6,22 18.231 LSIP_2008 3,14 1.060 UNSP_2008 2,22 1.310 TBLA_2008 3,38 425 AALI_2009 4,57 17.169 LSIP_2009 2,17 803 UNSP_2009 0,87 605 TBLA_2009 5,84 282 AALI_2010 21,91 22.000 LSIP_2010 14,34 2.064 UNSP_2010 2,49 406 TBLA_2010 6,32 357 AALI Maret_2011 17,09 22.083 LSIP Maret_2011 12,48 2.262 UNSP Maret_2011 - 350 TBLA Maret_2011 - 412 Sumber: Laporan Keuangan AALI, LSIP, UNSP dan TBLA 2011, diolah 74 Ditinjau menurut kecenderungan rasio PBV ini baik data time series triwulan maupun tahunan dalam mempengaruhi perubahan harga saham, menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan yang cukup besar dari perubahan rasio PBV terhadap perubahan harga saham pada AALI, LSIP, UNSP dan TBLA Lampiran 11. Berdasarkan kecenderungan dari perubahan rasio PBV tahunan time series dalam mempengaruhi perubahan harga saham, sepanjang Desember 2006-Maret 2011, saham TBLA memiliki nilai kecenderungan rasio PBV mempengaruhi perubahan harga saham paling besar dibandingkan dengan saham AALI, LSIP dan UNSP. Secara berturut-turut nilai kecenderungan rasio PBV dari AALI, LSIP, UNSP dan TBLA yaitu 0,75; 0,75; 0,75; dan 1,00. Hal ini berbeda dengan nilai kecenderungan dari perubahan rasio PBV dalam mempengaruhi perubahan harga saham dalam data triwulan time series, saham AALI memiliki kecenderungan paling besar. Sebanyak 15 dari 17 rasio PBV dari AALI triwulan time series yakni pada Maret 2007-Desember 2007, Juni 2008-Desesmber 2009, Juni 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham AALI Lampiran 11. Dengan nilai kecenderungan 0,88, rasio PBV mempengaruhi perubahan harga saham AALI. Pada LSIP, sebanyak tiga dari sembilan rasio PBV triwulan time series yakni pada Desember 2009, Desember 2010-Maret 2011 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Dengan nilai kecenderungan 0,33, perubahan rasio PBV mempengaruhi perubahan harga saham LSIP. Untuk UNSP, sebanyak delapan dari 10 rasio PBV triwulan time series yakni pada Maret-Juni 2007, Desember 2007, Juni 2008-Juni 2009 memiliki kecenderungan mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Dengan nilai kecenderungan 0,80, rasio PBV mempengaruhi perubahan harga saham UNSP. Sementara pada TBLA, sebanyak sepuluh dari 12 rasio PBV triwulan time series yakni pada Maret-Juni 2007, Maret-Juni 2008, Maret-Juni 2009, Maret-Desember 2010 mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. Dengan nilai kecenderungan 0,83, perubahan rasio PBV mempengaruhi perubahan harga saham TBLA. VI FAKTOR MAKROEKONOMI YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN HARGA SAHAM

6.1. Uji Asumsi Klasik

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan Sektor Farmasi

0 54 96

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2012-2014.

0 3 15

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INVESTOR DALAM BERINVESTASI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

0 9 114

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Pada Perusahaan (Kasus Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010).

0 1 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Pada Perusahaan (Kasus Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010).

0 1 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris di BEI periode 2006-2008).

0 1 13

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham di Perusahaan Sektor Pertambangan Periode 2009-2013.

1 7 25

Microsoft Word Tesis Purwanto S4111014

0 4 115

TAP.COM - ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA ... 67 71 3 PB

0 0 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDANAAN PERUSAHAAN SEKTOR FARMASI

0 0 17