Pengaruh Perubahan Fundamental Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham

31

3.1.8. Pengaruh Perubahan Fundamental Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham

Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba memprediksi harga saham di waktu yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham dengan menerapkan hubungan antara variabel pada fundamental keuangan dengan variabel harga saham. Dimana faktor fundamental keuangan seperti penjualan, biaya, laba bersih dan pertumbuhan, kebijakan dividen dan lain-lain penting untuk dianalisis bagi investor. Hal ini dapat menentukan posisi relatif dari perusahaan yang menerbitkan saham dibandingkan pesaing serta perkiraan perkembangan fundamental keuangan ke depannya. Penilaian investor dalam memperkirakan kondisi fundamental keuangan perusahaan penerbit saham ke depan guna mengambil keputusan apakah akan membeli, menjual ataupun menyimpan saham dalam jangka waktu tertentu inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya pergeseran pada kurva permintaan sehingga terjadinya perubahan harga saham. Analisis fundamental keuangan didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin pada rasio keuangan perusahaan yang terdiri dari lima rasio seperti rasio likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan, solvabilitas dan pasar Ang 1997, diacu dalam Wiwoho 2005. Rasio likuiditas antara lain rasio lancar, kas, dan quick ratio . Rasio profitabilitas antara lain rasio gross profit margin GPM, net profit margin NPM, return on asset ROA, return on equity ROE, payout ratio, dividen yield . Rasio pertumbuhan seperti pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih dan pertumbuhan EPS. Rasio solvabilitas diantaranya rasio debt to equity ratio DER, debt to asset DAR. Sementara rasio pasar yang perlu dianalisis antara lain rasio price earning per share PER. Rasio lancar merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancarnya untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio lancar ini didapatkan dari perhitungan antara perbandingan rasio jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar perusahaan dalam periode tertentu. Jika rasio lancar perusahaan lebih besar dari satu maka semakin baik pengelolaan perusahaan dalam mengelola kewajiban lancarnya. Namun demikian, rasio lancar yang 32 tinggi menandakan adanya manajemen yang buruk dalam hal pengelolaan sumber-sumber likuiditas. Dalam melihat rasio lancar ini, faktor kondisi dan lingkungan perusahaan juga harus diperhatikan seperti rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro secara umum. Jika rasio lancar lebih kecil dari satu berarti menandakan perusahaan memiliki modal kerja yang negatif dan sedang menghadapi krisis keuangan Tambunan 2007. Hal ini perlu ditinjau bagi manajemen apakah telah terjadi krisis keuangan pada perusahaan. Bagi investor, kebutuhan informasi mengenai keadaan rasio lancar perusahaan penerbit saham akan berguna untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengelola modal kerjanya. Dimana dengan modal kerja yang dikelola dengan baik akan mempengaruhi terhadap aktivitas perusahaan. Terutama apabila perusahaan masih memiliki kelebihan aktiva lancarnya setelah memenuhi kewajiban lancarnya, dapat menginvestasikan kembali dana tersebut untuk membayar dividen atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih. Sehingga investor juga dapat memperkirakan potensi tingkat keuntungan perusahaan yang mungkin terjadi dari investasi kelebihan aktiva lancar ini. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi kecenderungan investor untuk memilih saham ini dan harga saham dapat bergerak naik. Rasio profitabilitas, jenis rasio lain yang perlu diketahui oleh investor digunakan untuk mengetahui seberapa efisienkah kinerja perusahaan dan seberapa besarkah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungannya. Rasio seperti rasio GPM, NPM, ROA, ROE sering menjadi perhatian investor dalam melihat rasio ini. Rasio GPM digunakan untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi setiap satu rupiah dari barang yang yang terjual, perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar X rupiah. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa efektifkah perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya material yang dimilikinya untuk menghasilkan penjualan Tambunan 2007. Rasio NPM merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak perusahaan dengan penjualan bersihnya. Semakin besar rasio NPM artinya semakin besar kemampuan perusahaan dalam mengefektifkan sumber daya yang dimiliki dari 33 nilai penjualannya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Nilai ROA berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan dan dapat diketahui pula apakah perusahaan cukup efisien dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sementara rasio ROE bertujuan untuk mengetahui besarnya kembalian yang dapat diberikan oleh perusahaan untuk setiap satu rupiah modal pemilik. GPM, NPM, ROA dan ROE yang semakin meningkat menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin membaik dengan semakin meningkatnya laba kotor dan laba bersih perusahaan. Bagi investor, dengan semakin meningkatnya laba bersih perusahaan maka semakin besar potensi pembagian dividen yang dapat diterima oleh pemegang saham. Semakin besar potensi tingkat keuntungan tersebut maka akan cenderung mendorong investor untuk membeli saham pada perusahaan emiten tersebut. Permintaan terhadap saham akan semakin meningkat pada gilirannya akan cenderung meningkatkan harga saham tersebut ke depannya. Investor juga akan tertarik pada perusahaan yang cenderung mengalami pertumbuhan ke depannya seperti penjualan, laba bersih, earning per share EPS dan dividen yang terus tumbuh. Adanya pertumbuhan dari keempat fundamental keuangan tersebut akan mempengaruhi terhadap kecenderungan potensi tingkat pengembalian bagi investor yang juga akan meningkat yang pada gilirannya mendorong investor untuk menempatkan dananya pada saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut. Implikasinya bagi saham yakni dengan meningkatnya permintaan sementara penawaran terhadap saham tetap maka akan menggeser kurva permintaan sehingga harga saham akan naik. Di sisi lain, bagi investor yang tergolong ke dalam risk averter akan merasa khawatir pada perusahaan yang memiliki total hutang baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjangnya yang besar. Hal ini akan mempengaruhi perusahaan emiten pada lebih terprioritaskannya pembayaran bunga hutang dibandingkan dengan pembayaran dividen sehingga hal ini akan mempengaruhi investor untuk menaikkan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan karena adanya penambahan risiko pada instrumen saham ini. Semakin besar kenaikan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan oleh investor tersebut akan menurunkan permintaan terhadap saham ini yang pada gilirannya 34 hal ini akan menurunkan harga saham pada kondisi penawaran terhadap saham tetap. Pada kondisi tersebut, investor perlu mengetahui kondisi solvabilitas perusahaan. Dimana kondisi solvabilitas yang perlu investor ketahui yakni rasio DAR dan DER. Rasio DAR yang menekankan pentingnya pendanaan dengan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Sementara rasio DER merupakan rasio total hutang terhadap total ekuitas perusahaan yang menunjukkan seberapa besar hutang perusahaan dijamin oleh dana pemegang saham. Nilai DAR dan DER yang rendah menunjukkan sebagian besar investasi aktiva yang dilakukan oleh perusahaan didanai dari investasi pemegang saham dan dana internal. DAR dan DER perusahaan yang rendah akan mempunyai risiko kerugian yang lebih besar ketika keadaan ekonomi menurun sehingga kesempatan memperoleh laba menjadi rendah. Rasio DAR dan DER akan mencerminkan resiko kerugian bagi investor. Dengan demikian, sangat penting bagi investor untuk memilih saham dimana perusahaan penerbit saham ini memiliki nilai rasio DAR dan DER yang rendah. Setelah investor mengetahui rasio solvabilitas yang berguna untuk menilai seberapa besar risiko kerugian dari saham yang akan dipilih, investor juga perlu untuk membandingkan kinerja saham tersebut di pasar dalam memutuskan apakah akan membeli, menjual atau menyimpan saham tersebut. Price to book value PBV adalah satu diantara beberapa rasio pada rasio pasar yang dapat dijadikan sebagai alat bantu investor dalam menilai kinerja pasar saham tersebut dibandingkan kinerja saham pesaing. PBV merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya Ang, diacu dalam Wiwoho 2005. Nilai buku perusahaan yang dimaksudkan dalam hal ini yakni rasio antara ekuitas pemegang saham dengan jumlah lembar saham yang beredar. Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik biasanya akan memiliki rasio PBV di atas satu. Hal ini menunjukkan bahwa harga pasar dari saham tersebut lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV maka semakin meningkat harga saham pasar tersebut. 35 Apabila kemudian investor membandingkan antara nilai rasio PBV antara satu saham dengan saham pesaingnya maka saham yang memiliki nilai rasio PBV lebih besar dibandingkan pesaingnya akan cenderung lebih dipilih oleh investor. Jika suatu saham cenderung lebih banyak dipilih oleh investor akan meningkatkan pemintaan saham tersebut sehingga pada jumlah penawaran saham yang tetap hal ini akan menggeser kurva permintaan dan harga saham menjadi naik.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan Sektor Farmasi

0 54 96

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2012-2014.

0 3 15

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INVESTOR DALAM BERINVESTASI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

0 9 114

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Pada Perusahaan (Kasus Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010).

0 1 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Pada Perusahaan (Kasus Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010).

0 1 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris di BEI periode 2006-2008).

0 1 13

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham di Perusahaan Sektor Pertambangan Periode 2009-2013.

1 7 25

Microsoft Word Tesis Purwanto S4111014

0 4 115

TAP.COM - ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA ... 67 71 3 PB

0 0 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDANAAN PERUSAHAAN SEKTOR FARMASI

0 0 17