13 perikanan, jalan, Landas Kontinen Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia,
perumahan dan permukiman, kepariwisataan, perhubungan, telekomunikasi, dan sebagainya.
Keputusan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: Kep
162M.PPN052004 mengenai Kelompok Kerja Kajian Prakarsa Strategis Kawasan Pengembangan Strategis menyebutkan bahwa Kawasan Pengembangan
Strategis merupakan salah satu upaya pengembangan wilayah yang berdasarkan pada peningkatan daya saing wilayah melalui pengelompokkan industri-industri
atau usaha-usaha yang saling berhubungan secara dinamis yang menguntungkan dan mempunyai daya saing tinggi.
Oleh karena pentingnya keterkaitan ekonomi antar wilayah itulah maka Bappenas membentuk Kelompok Kerja Kajian Prakarsa Strategis Kawasan
Pengembangan Strategis, yang bertugas untuk: 1 melakukan berbagai penelitian dan pengkajian yang berkaitan dengan upaya-upaya pengidentifikasian potensi
dan keterkaitan antar daerah melalui pengidentifikasian dan penetapan sektor dan komoditi unggulan dalam wilayah pengembangan strategis, dan penetapan
wilayah-wilayah pengembangan strategis, dan 2 memberikan laporan hasil kerja kepada Menteri Negara Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
2.2. Konsep Kawasan Pengembangan Strategis
Pendekatan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan terlalu menekankan pada batas-batas administratif yang sering tidak mengakomodasikan
14 keragaman potensi, permasalahan dan keterkaitan antar daerah. Wilayah-wilayah
yang memerlukan penanganan atau intervensi pemerintah untuk dapat dikembangkan meliputi kawasan yang sangat luas, sementara sumberdaya yang
dimiliki untuk mengelolanya relatif terbatas. Hal ini menyebabkan pemerintah perlu untuk melakukan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia dan
melakukan penajaman prioritas pembangunan. Selain itu pendekatan pengembangan wilayah yang dikembangkan saat ini, baik oleh pemerintah
nasional maupun daerah lebih bersifat inward looking dan memperhatikan supply side
. Perencanaan pengembangan kawasan berdasarkan dengan konsep konsep
unit administrasi memudahkan perencana dan analis bekerja sebab data tersedia sesuai dengan wilayah administratif, namun kesulitannya adalah fungsi tertentu
dari suatu kawasan cukup sering melintasi batas-batas wilayah-wilayah administratif. Hal ini menyebabkan tidak memungkinkannya dan sulit dalam
menelaah hubungan keterkaitan antar daerah. Sebagai alternatifnya adalah melakukan perencanaan yang memandang kawasan dengan kriteria homogenitas
Djajadiningrat, 2002. Pada pendekatan homogenitas ini, kawasan dipandang berdasarkan
berbagai kesamaannya dalam elemen-elemen ekonomi wilayah, seperti pendapatan perkapita, sektor atau aktivitas yang berfungsi sebagai motor
penggerak pertumbuhan engine of growth, kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, keberlimpahan sumberdaya alam, ketersediaan saranaprasarana
ekonomi, danatau dalam elemen-elemen sosial-politik, seperti kesamaan adatbudaya, latar belakang sejarah, dan lain-lain. Sifat homogenitas ini
15 memudahkan pemerintah daerah dalam penentuan program pembangunan dan
pihak swasta dalam penentuan komoditas yang akan diusahakan. Namun pendekatan ini agak menyulitkan jika programkomoditas yang akan
dikembangkan tersebut mensyaratkan adanya keterpaduan integrasi secara vertikal sebab sektor hilirnya bisa jadi terdapat di luar kawasan tersebut Tim
P4W, 2003. Dalam kaitan tersebut, diperlukan kebijakan pemerintah yang melibatkan
semua pihak yang berkepentingan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di semua wilayah sebagai sebuah kesatuan pembangunan yang strategis
bagi kepentingan nasional. Daerah–daerah yang berpotensi untuk dikembangkan harus diidentifikasi dan keterkaitan antar daerah harus diperkuat agar dapat
diwujudkan mata rantai pembangunan ekonomi, sosial dan budaya secara berkelanjutan dan berkeadilan. Untuk itu diperlukan suatu gambaran pembagian
wilayah yang dapat melukiskan wilayah-wilayah mana yang diperkirakan dapat dikembangkan secara strategis.
Oleh karena itu pemerintah menetapkan pemetaan Strategic Development Region
Wilayah Pengembangan Strategis. Dalam pendekatan ini, satu wilayah pengembangan diharapkan mempunyai beberapa unsur strategis, antara lain
sumberdaya alam, sumberdaya manusia serta infrastruktur yang saling berkaitan dan melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara sinergis dan optimal. Selain
itu penentuan batas-batas wilayah pengembangan tersebut tidak harus selalu didasarkan atas batasan-batasan administrasi seperti yang berlaku sekarang ini,
namun didasarkan pada suatu wilayah ekonomi economic region Tim P4W, 2003.
16 Analisis perencanaan untuk Wilayah-Wilayah Pengembangan Strategis
akan memandang setiap kawasan menurut konsep nodalitas, yang menekankan pada perbedaan stuktur tataruang di dalam suatu kawasan, dimana antar sub-
kawasan atau antar sektor-sektor dalam kawasan tersebut terdapat ketergantungan secara fungsional. Implikasinya, program pembangunan dan pengusahaan
programkomoditas akan terpicu untuk memanfaatkan saling ketergantungan tersebut sehingga terbentuklah integrasi baik secara vertikal maupun horisontal.
Hasil-hasil produksi bahan mentah di sub-kawasan terbelakang hinterland akan berkumpul pada pusat yang memiliki kegiatanindustri pengolahan produk-
produk tersebut dan kegiatan distribusinya. Dalam konteks ini, tiap kawasan akan memiliki satu atau beberapa kota besar sebagai pusat pertumbuhan growth
centre yang perkembangannya secara fungsional akan menarik perkembangan
kawasan-kawasan di sekitarnya Tim P4W, 2003.
2.3. Konsep Dayasaing