20 Syaukat 2006 mengungkapkan bahwa Departemen Pertanian, pada tahun
2000, telah menetapkan bahwa strategi dasar pembangunan pertanian adalah membangun usaha dan sistem agribisnis yang tangguh. Sistem tersebut paling
tidak memiliki empat karakterisktik, yaitu: 1 berdayasaing, 2 berkerakyatan, 3 berkelanjutan, dan 4 terdesentralisasi.
1. Sistem agribisnis yang berdayasaing dicirikan oleh tingkat efisiensi, mutu,
harga dan biaya produksi, serta kemampuan untuk menerobos pasar, meningkatkan pangsa pasar, serta memberikan pelayanan yang profesional.
Pengembangan sistem agribisnis yang berdayasaing harus memperhatikan aspek permintaan maupun penawaran. Dalam hal ini, produk yang
dikembangkan harus yang benar-benar berdayasaing mampu bersaing dan dikehendaki pasar market driven. Dengan demikian, pendekatan lama yang
berorientasi pada supply driven - apa yang dapat diproduksi - perlu ditinggalkan.
2. Sistem agribisnis berkerakyatan dicirikan oleh berkembangnya usaha
produktif yang melibatkan masyarakat secara luas, baik dalam peluang berusaha, kesempatan kerja, maupun dalam menikmati nilai tambah
pendapatan. Pengembangan sistem ini tidaklah berarti hanya pengembangan usaha kecil dan menengah saja, tetapi juga dapat melibatkan
usaha skala besar dalam konsep kemitraan.
3. Pengembangan sistem agribisnis yang berkelanjutan merupakan usaha
pengembangan kemampuan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya agribisnis yang semakin besar dan mantap dari waktu ke waktu, dan semakin
mensejahterakan masyarakat, baik dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
21 hidup. Dalam hal ini, pelaku agribisnis tidak hanya melihat jangka pendek
myopic saja, tetapi juga kepentingan jangka panjang yang mengakomodasikan pelestarian lingkungan hidup dan plasma nutfah
biodiversity.
4. Pengembangan agribisnis yang terdesentralisasi merupakan upaya-upaya
pengembangan kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kondisi masyarakat dan wilayah setempat, serta memiliki keunggulan kompetitif competitive
advantage . Dengan demikian, pengembangan agribisnis pada dasarnya
merupakan aktivitas pembangunan ekonomi lokal. Hal ini sesuai dengan esensi otonomi daerah, yakni melakukan desentralisasi dan pemerataan
pembangunan yang berkeadilan.
Klaster industri industry cluster merupakan suatu kumpulan aglomerasi beberapa produsen, pembeli, dan supplier berdasarkan letak geografis yang
beroperasi di dalam suatu jenis industri tertentu Richard, 2005. Di dalam klaster industri, bagian dari komunitas sosial dan agen-agen ekonomi bekerjasama dalam
aktivitas ekonomi yang saling terkait dalam bentuk persediaan produk, teknologi, dan pengetahuan untuk menghasilkan produk dan pelayanan yang unggul.
Klaster industri dibentuk untuk meningkatkan inovasi melalui pertukaran pengetahuan yang intensif, menstimulasi inovasi dan proyek-proyek kerjasama,
serta mensinerjikan antara permintaan perusahaan dengan kemampuan lembaga- lembaga yang ada di dalam klaster. Dengan demikian, pembentukan klaster akan
membawa kemakmuran ke dalam suatu wilayah dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi wilayah.
22 Corebest
1
2006 mengungkapkan bagaimana hubungan antara produk unggul berdayasaing dengan daerah unggul berdayasaing sebagaimana
disajikan pada Gambar 3. Daerah unggul, yaitu daerah yang mampu memberikan iklim paling produktif bagi dunia usaha, akan dipengaruhi oleh kondisi klasternya,
yakni sekumpulan perusahaan yang saling terkait dalam hal khusus yang menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada himpunan perusahaan yang
lain. Selanjutnya, klaster unggul ini dipengaruhi oleh sekumpulan perusahaan unggul, yakni perusahaan-perusahaan yang mampu mengatasi perubahan dan
persaingan pasar dalam memperbesar atau mempertahankan keuntungan, pangsa pasar dan skala usahanya. Terakhir, perusahaan unggul dipenaruhi ditentukan
oleh produk unggul, yaitu produk berupa barang atau jasa yang mampu selalu menjadi pilihan konsumen untuk membeli.
2.5 Strategi Pengembangan Kawasan Berbasis Klaster