38 pengangguran. Paradoks pertumbuhan-pengangguran tersebut terjadi karena
pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia bukan bersumber dari sektor-sektor utama, yakni sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel, dan restoran;
serta sektor pertanian. Tambunan mengemukakan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi
merupakan syarat keharusan bagi pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Tetapi, ia harus diikuti dengan syarat kecukupannya, yakni peningkatan kualitas
pertumbuhan ekonomi tersebut, sehingga memiliki daya serap yang lebih tinggi terhadap angkatan kerja, mendorong pemberdayaan kelompok-kelompok miskin,
dan memiliki sifat yang berkelanjutan. Kondisi ini dapat direalisasikan hanya jika investasi sektor swasta dan publik dapat ditingkatkan guna membangun sektor-
sektor padat karya. Disamping itu, prioritas investasi hendaknya untuk pengembangan infrastruktur perekonomian, kualitas sumberdaya manusia, dan
kualitas pelayanan publik. Investasi perlu diarahkan kepada pengembangan pertanian dalam arti luas dan industri hasil pertanian yang mendukung
perkembangan peranan usaha kecil dan menengah dalam perekonomian.
2.9 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori daya saing dari Michael Porter, faktor-faktor pemicu inovasi dan pertumbuhan suatu klaster adalah kondisi sumberdaya, kondisi
permintaan, kondisi persaingan dan kondisi penunjang. Selanjutnya dari beberapa daerah kajian akan dianalisis komoditas yang memiliki daya saing, yang akan
dianalisis menggunakan analisis LQ.
39 Dalam pembangunan ekonomi daerah, pemilihan jenis produk yang akan
dikembangkan haruslah pada produk barang dan jasa yang memiliki keunggulan berdayasaing. Menurut Porter 1990, competitive advantages timbul ketika
perusahaan mampu memasok menawarkan produk dengan tingkat harga yang sama dengan yang dipasok oleh perusahaan lain, namun dengan tingkat biaya
yang lebih rendah cost advantage atau menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi differentiation advantage; sehingga perusahaan tersebut mampu
menciptakan nilai-nilai unggul superior value di mata konsumennya. Dengan nilai-nilau unggul ini, maka komoditas yang dihasilkan akan dapat diterima pasar,
sehingga nilai tambah added value yang diperoleh dari produksi komoditas tersebut akan berkelanjutan sustainable.
Setelah diketahui komoditas unggulan dan kawasan yang memiliki daya saing teridentifikasi, maka proses selanjutnya adalah pengerahan daya dan upaya
untuk melakukan pembangunan Kawasan Strategis Nasional tersebut. Dalam hal ini, pengikutsertaan berbagai pihak dalam program investasi dan pelaksanaan
pembangunan menjadi penting. Pihak-pihak yang terkait dapat terdiri atas pemerintah, swasta, dan masyarakat. Sektor swasta berperanan dalam program
investasi, pemerintah berperan dalam menentukan strategi dan program fasilitasi pembangunan yang mampu melibatkan dan memberdayakan masyarakat. Dengan
demikian, program pembangunan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Riau tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, pengusaha dan
wilayah Gambar 6. Kajian ini akan lebih memfokuskan diri pada perumusan strategi dan program fasilitasi pembangunan Kawasan Strategis Nasional.
40
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Kondisi
Sumberdaya
Komoditas Berdayasaing
Kondisi Penunjang
Kondisi Persaingan
Kondisi Permintaan
Peran Pemerintah
Peran Swasta dan Masyarakat
Kawasan Berdayasaing
Strategi Program Fasilitasi Pemb.
Program Investasi
Peningkatan Ekonomi Masyarakat, Pengusaha, dan Wilayah
41
III. METODOLOGI KAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian dilakukan di Provinsi Riau, dan melibatkan seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Riau, terutama pada daerah-daerah di dalam Kawasan Strategis
Nasional. Pelaksanaan kajian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 hingga Januari 2007. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
bahwa daerah-daerah tersebut akan berperan penting dalam pengembangan Kawasan Strategis Nasional. Kota Dumai mendapatkan perhatian khusus dalam
kajian ini karena Kota Dumai merupakan pusat dari Kawasan Strategis Nasional yang akan dikembangkan di Provinsi Riau.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam kajian ini berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder mencakup: kondisi sumberdaya fisik dan manusia,
potensi produk dan jasa yang telah dan dapat dikembangkan, infrastruktur transportasi, listrik, air minum, kondisi sosial ekonomi masyarakat, serta
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan topik kajian. Data dan informasi tersebut diperoleh dari berbagai dokumen dan laporan berbagai instansi
terkait. Dokumen dan laporan yang dihimpun tersebut terdiri atas: Rencana Strategis Renstra Provinsi dan Daerah kabupaten dan Kota, Bahan Presentasi
Gubernur, serta Laporan-laporan dari Pemerintah Pusat, Provinsi dan Daerah. Data primer diperlukan dalam rangka penyusunan program pengembangan
Kawasan Strategis Nasional. Data tersebut diperoleh melalui wawancara yang