Visi dan Rencana Strategis Provinsi Riau

VI. STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

6.1 Visi dan Rencana Strategis Provinsi Riau

6.1.1 Visi Riau 2020

Visi Riau Tahun 2020 ditetapkan dalam Peraturan Daerah No. 36 Tahun 2001 tentang Program Pembangunan Daerah Propeda yaitu: “Terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir batin di Asia Tenggara pada tahun 2020”. Untuk percepatan pencapaian Visi Riau dalam Jangka Panjang tersebut, maka dilaksanakan Visi Antara atau Visi Jangka Menengah. Visi Jangka Menengah Pertama dilaksanakan pada Tahun 2001-2003, sedangkan Visi Jangka Menengah Kedua tercantum Perda No. 5 Tahun 2006 yaitu: “Terwujudnya pembangunan ekonomi yang mengentaskan kemiskinan, pembangunan pendidikan yang menjamin kehidupan masyarakat agamis dan kemudahan aksesibilitas, dan pengembangan kebudayaan yang menempatkan kebudayaan Melayu secara proporsional dalam kerangka pemberdayaan”.

6.1.2 Master Plan Riau 2020

Sebelum pemekaran Provinsi Kepulauan Riau, basis perekonomian di Provinsi Riau menitikberatkan pada sektor industri, dengan Batam sebagai pintu gerbang. Setelah pembentukan Provinsi Kepulauan Riau, terjadi reposisi basis perekonomian dari sektor industri ke sektor pertanian dalam arti luas yang didukung oleh agroindustri. Untuk melihat arah perkembangan Provinsi Riau pasca-pemekaran Provinsi Kepulauan Riau, maka disusunlah Master Plan Riau 2020 yang merupakan pedoman bagi seluruh 81 stakeholders dalam pencapaian Visi Riau 2020. Dalam Master Plan Riau 2020 direkomendasikan sepuluh hal pokok yang harus dilaksanakan demi terwujudnya Visi Riau 2020 yaitu: 1 Meninggalkan dominasi lama yang terfokus pada eksploitasi sumberdaya alam; 2 Pemetaan dasar sosial-ekonomi Riau yang asli, yaitu sistem organisasi yang berdasarkan DAS; 3 Transformasi ekonomi di bidang pertanian pangan dan komoditas dapat dibangun secara efisien, kompetitif dan produktif dan dapat didukung dengan pembangunan pedesaan secara intensif; 4 Pembangunan perkotaan dan industri akan sangat tergantung pada pembangunan ekonomi modern dan sejahtera pedesaan; 5 Besarnya investasi yang dibutuhkan akan memerlukan kerjasama yang intensif dengan aktor swasta dan lembaga yang berpengalaman di Singapura; 6 Perlindungan lingkungan hidup, konservasi hutan serta flora dan fauna skala besar perlu diutamakan, apalagi perluasan ekonomi pertanian dapat diwujudkan dengan memanfaatkan lahan yang tergradasi; 7 Visi Riau 2020 tidak akan tercapai tanpa kerjasama yang substansial antar wilayah-di dalam DAS dan diantara DAS; 8 Aliansi antar masyarakat Riau dan Budaya Melayu perlu diperkuat melalui interaksi timbal balik; 9 Master Plan Riau 2020 adalah tahap pertama dari sebuah proses sosialisasi dan implementasi di Tingkat KabupatenKota; 82 10 Master Plan Riau 2020 tidak mendukung internalisasi Riau, yaitu Riau hanya terfokus pada permasalahan lokal saja.

6.1.3 Rencana Strategis Provinsi Riau Tahun 2004-2008

Berdasarkan Visi Riau 2020 dan Visi Antara 2004-2008 dan isu-isu sentral yang terjadi di Provinsi Riau, maka kebijakan ekonomi diarahkan pada upaya pembangunan ketahanan ekonomi rakyat melalui pengembangan industri agribisnis komoditas unggulan daerah. Untuk mendukung ekonomini berbasis kerakyatan di Provinsi Riau, maka kebijakan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Riau adalah sebagai berikut: 1 Pembangunan industri agribisnis berdasarkan komoditas unggulan daerah; 2 Mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam proses pembangunan; 3 Melakukan restrukturisasi dan redistribusi asset produktif kepada masyarakat; 4 Optimalisasi peran dan fungsi dunia usaha agribisnis dan forestry sebagai investor dan mendorong kemitraan dengan masyarakat; 5 Mengembangkan usaha kecil, menengah dan koperasi dan usaha mikro lainnya; 6 Mengembangkan bidang-bidang yang memiliki keterkaitan dengan bidang pembangunan lainnya seperti industri, pertanian, transportasi, perdagangan dan investasi; 7 Meningkatkan upaya pembangunan infrastruktur secara proporsional untuk kelancaran arus penumpang, barang dan jasa; 8 Mendorong upaya peningkatan nilai tambah value added produk pertanian melalui sistem Agribisnis dan Agroindustri; 83 9 Mengembangkan kebijakan ekonomi makro dan mikro secara terkoordinasi dan berkelanjutan dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif. Kebijakan khusus daerah difokuskan pada masalah kemiskinan, ketertinggalan, dan infrastruktur K2I. Kebijakan khusus ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Pengentasan kemiskinan, dengan pembangunan yang bersifat komprehensif dan mendasar dalam tataran kesejahteraan dan harkat manusiawi yang dilakukan melalui pemberdayaan ekonomi desa. 2 Menanggulangi ketertinggalan sumberdaya manusia melalui peningkatan mutu sumberdaya manusia di segala sektor, dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemampuan bertahan dalam persaingan regional dan global. 3 Peningkatan infrastruktur melalui pembangunan infrastruktur transportasi, kelistrikan, air bersih dan telekomunikasi.

6.2 Penentuan Strategi Pengembangan