Keterkaitan Antar-Wilayah dalam KSN

90 sehingga potensi pengembangan kelapa sawit dimasa datang masih tetap terbuka. Apalagi dengan adanya kebijakan pemerintah dalam pengembangan enerji alternatif masa depan yang berbasiskan bio-enerji, maka potensi permintaan kelapa sawit juga akan terus meningkat. Kemampuan bersaing industri kelapa sawit di Provinsi Riau juga sudah cukup baik, sehingga mampu menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif komoditas ini.

5.4 Keterkaitan Antar-Wilayah dalam KSN

Pengembangan kawasan Kawasan Strategis Nasional KSN Provinsi Riau pada dasarnya dimaksudkan sebagai alat untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi Provinsi Riau dan kawasan terkait, sehingga wilayah sekitarnya dapat ikut berkembang. Pembangunan Kawasan Strategis Nasional Provinsi Riau merupakan program pembangunan multidimensi, mengkombinasikan antara pembangunan wilayah, sektoral, dan komunitas secara bersama-sama. Dalam hal ini, produk unggulan yang ada di daerah dapat dikembangkan secara optimal guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah itu sendiri, serta mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah dan antar masyarakat. Sebagaimana dibahas pada sub-bab 5.3, terdapat delapan kabupatenkota di Riau yang memiliki keunggulan dalam menghasilkan kelapa sawit. Keunggulan masing-masing daerah tersebut perlu diintegrasikan dalam suatu klaster industri kelapa sawit, dikaitkan dengan upaya-upaya pengembangan produk hilir lainnya - tidak sekedar crude palm oil CPO, dan dikaitkan juga dengan program pengembangan masyarakat, sehingga dapat mengangkat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Provinsi Riau secara keseluruhan. 90 Dari aspek wilayah, sebenarnya masing-masing wilayah telah memiliki peran sendiri-sendiri. Namun, dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional KSN Provinsi Riau, maka keterkaitan antar wilayah tersebut perlu ditata kembali agar lebih optimal dalam mendukung program pembangunan terintegrasi di wilayah tersebut. Dalam hal ini, kabupatenkota di Provinsi Riau dapat dikelompokkan kedalam tiga wilayah, yakni: pusat, wilayah penyangga, dan wilayah pengaruh. Pengelompokkan ini didasarkan atas klasifikasi wilayah fungsional, diamana antara satu wilayah dengan wilayah lainnya terjadi sutau kekompakan fungsional, dan saling tergantung dalam kriteria tertentu. Pusat center dari KSN merupakan suatu kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pelayanan, dan pusat sarana dan prasarana sosial ekonomi yang melayani daerah sekitarnya. Daerah yang dapat bertindak sebagai pusat dari KSN Provinsi Riau adalah Kota Dumai, karena berbagai fasilitas sosial- ekonomi yang dimilikinya, dan fungsi pelayanan yang telah dijalankannya, serta memiliki lokasi yang strategis: berada di pantai timur Sumatera, berhadapan langsung dengan Selat Malaka lihat Gambar 2. Wilayah Penyangga KSN merupakan kawasan yang menjadi supplier utama bahan baku danatau produk kelapa sawit danatau daerah yang memiliki akses transportasi baik, sehingga dapat meneruskan produk-produk kelapa sawit dari wilayah barat Provinsi Riau untuk ditransportasikan ke Kota Dumai, untuk diolah danatau diekspor ke mancanegara atau daerah lainnya di Indonesia. Kawasan penyangga terdiri atas beberapa daerah utama, yakni: Bagan Siapi-api di Kabupaten Rokan Hilir, Duri dan Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kota Pekanbaru, dan Kabupaten Pelalawan. Kabupatenkota ini sebagian besar berada di 90 6 Riau dan Negara Tetangga Terdekat Gambar 7. Lokasi Provinsi Riau dan Keterkaitannya dengan Negara Tetangga 90 Pantai Timur Sumatera, memiliki tingkat produksi kelapa sawit yang besar, dan memiliki pelabuhan-pelabuhan yang sudah cukup berkembang pula, sehingga dapat menjadi akses bagi daerah lain untuk mengolahkan danatau mengirimkan produknya ke luar wilayah Riau. Wilayah pengaruh merupakan daerah-daerah di sekitar wilayah penyangga yang dapat memanfaatkan fasilitas saranaprasarana di wilayah penyangga untuk proses pengolahan danatau pemasaran produknya melalui Pusat KSN Kota Dumai. Keterkaitan antara wilayah pengaruh, wilayah penyangga, dan pusat KSN disajikan dalam Gambar 3. Wilayah pengaruh ini dapat terdiri atas dua kelompok, yakni daerah-daerah lainnya di Provinsi Riau atau daerah-daerah lain di luar Provinsi Riau. Gambar 3. Keterkaitan Antar-wilayah di dalam Kawasan Strategis Nasional Provinsi Riau Kota Dumai: Lubuk Gaung, Pelintung Rokan Hilir: Bagan Siapi-api Bengkalis: Duri, P Rupat S i a k Pekanbaru Pelalawan Wilayah lain di Pulau Sumatera Wilayah lain di Pulau Sumatera dan Wilayah Indonesia lainnya Wilayah lain di Provinsi Riau Wilayah Pengaruh Pusat Center Wilayah Penyangga 90 Kota Dumai terpilih sebagai pusat KSN karena berbagai faktor, antara lain Zainal, 2006a: a Letak geografis yang sangat strategis, yakni merupakan pintu gerbang Provinsi Riau dari wilayah timur, yang langsung berhadapan dengan Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan Malaysia. b Pertumbuhan ekonomi dan PDRB yang cukup tinggi c Memiliki sarana dan prasarana transportasi yang memadai seperti pelabuhan samudera, terminal barang, bandar udara, dan terminal bus AKAP antar kota – antar provinsi. d Memiliki sarana ekonomi dan penunjang perdagangan e Memiliki kawasan industri yang strategis, seperti Kawasan Industri Pelintung, Kawasan Industri Lubuk Gaung, Kawasan Industri Dock Yard, dan Kawasan Industri Bukit Kapur f Memiliki SDM dan sarana pendidikan yang cukup baik g Memiliki situasi sosial-politik yang kondusif h Prosedur proses investasi yang jelas Sarana dan prasarana ekonomi yang terdapat di Kota Dumai adalah Zainal, 2006b: a Terminal Barang yang terletak di Bukit Jin, tidak jauh dari bandar udara Pinang Kampai dengan luas keseluruhan 59.700 m 2 yang dapat menampung 200 unit truk besar, 30 unit truk kecil dan 25 mobil pribadi dan parkir cadangan sebanyak 35 unit. Disamping itu, termina barang ini juga dilengkapi dengan gudang kering sebanyak satu unit seluas 750 m 2 , gudang 90 basah satu unit dengan luas 600 m 2 , pelataran penumpukan seluas 6.620 m 2 , gedung fasilitas umum satu unit dengan luas 454 m 2 , gedung pengelola satu unit dengan luas 625 m 2 . b Terminal Bus AKAP Kelakap Tujuh dengan luas areal 35.000 m 2 yang mampu menampung bus besar sebanyak 75 unit, mobil pribadi sebanyak 25 unit, yang didukung oleh ruang hall umum seluas 553 m 2 , sirkulasi seluas 44 m2, bengkel dan service seluas 176 m 2 , menara pengawas, ruang istirahat sopir, ruang sirkulasi penumpang, kanopi untuk melindungi penumpang ketika mereka naikturun kendaraan, mushalla, kios, dan ruang sirkulasi kendaraan. c Bandar Udara Pinang Kampai, yang memiliki panjang landasan pacu 1.800 m dan lebar 50 m, sehingga dapat didarati oleh pesawat jenis Fokker-100. Bandar udara ini telah dilengkapi dengan seluruh sarana perhubungan udara dan direncanakan akan diperpanjang menjadi 2.500 m agar dapat didarati oleh pesawat Boeing 737 atau yang sekelas. d Pelabuhan. Pada saat ini di Kota Dumai terdapat tidak kurang dari sembilan dermaga yang mampu mendukung kota Dumai sebagai Kota Pelabuhan. Dermaga tersebut antara lain: 1 Pelabuhan Samudera Kota Dumai, yang dikelola PT. Pelindo I Cabang Dumai. Panjang dermaga adalah 1.061 meter yang merupakan dermaga utama aktivitas ekspor-impor barang dari dan ke mancanegara, serta pelabuhan penumpang domestik dan mancanegara; 2 Dermaga Pertamina UP II Dumai dan Dermaga PT. CPI sepanjang 1.900 meter yang berfungsi sebagai pelabuhan ekspor migas; 3 Dermaga PT. Patra Dock Dumai sepanjang 370 meter, yang digunakan sebagai sarana perbaikan 90 tanker; 4 Dermaga PT. Sari Dumai Sejati sepanjang 50 meter yang digunakan sebagai bongkar muat CPO untuk keperluan ekspor; 5 Dermaga PT. Sentana tahap I sepanjang 400 meter yang digunakan sebagai pelabuhan eksport pupuk NPK dan CPO serta produk turunannya; 6 Dermaga PT. Semen Padang sepanjang 88 meter yang digunakan bagi aktivitas ekspor semen; 7 Dermaga Navigasi sepanjang 70 meter yang digunakan bagi keperluan navigasi; 8 Dermaga Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Dumai sepanjang 80 meter; dan 9 Dermaga Rakyat sepanjang sungai Dumai, yang digunakan bagi bongkar muat barang terutama jenis pelayaran antar pulau intrinsuler. Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, Kota Dumai juga memiliki beberapa kawasan industri yang berperan penting dalam pengembangan ekonomi di wilayah KSN, yaitu: a Kawasan Industri Pelintung, yang telah dimulai pembangunannya pada tahun 2001 di atas lahan seluas 4.000 Ha. Pada saat ini telah berdiri beberapa jenis industri utama antara lain: pabrik pupuk NPK yang diperkirakan akan menjadi pabrik pupuk NPK terbesar di Asia Tenggara, serta beberapa industri CPO dan tanki timbun. Pada kawasan ini juga telah terbangun dermaga ekspor yang dapat digunakan untuk sandar tanker tiga unit sekali sandar. Hal ini baru pada tahap pertama pembangunan dermaga pelabuhan tersebut. b Kawasan industri Bukit Kapur yang merupakan perluasan areal industri PT. Bukit Kapur Reksa, PT. Taluk Kuantan Perkasatama, PT. Inti Benua Perkasa. 90 Pada kawasan ini juga akan dikembangkan industri turunan CPO dengan luas kawasan 115 Ha. c Kawasan Industri Lubuk Gaung yang memiliki luas lahan 1.475 Ha. Kawasan ini Sangay strategis dan memiliki sarana penunjang transportasi darat berupa jalan hotmix, dan jaringan listrik yang baik. Pada saat ini telah berkembang industri CPO dan pengepakan semen Andalas serta telah dibangun pula dermaga pelabuhan yang cukup besar. d Kawasan industri Dock Yard yang merupakan kawasan industri yang paling strategis karena berdekatan dengan semua jaringan bisnis kota Dumai dengan luas kawasan 300 Ha. Memiliki akses jalan yang baik, jaringan telpon dan listrik serta berdampingan dengan terminal AKAP Kota Dumai.

VI. STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN