41
III. METODOLOGI KAJIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian dilakukan di Provinsi Riau, dan melibatkan seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Riau, terutama pada daerah-daerah di dalam Kawasan Strategis
Nasional. Pelaksanaan kajian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 hingga Januari 2007. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
bahwa daerah-daerah tersebut akan berperan penting dalam pengembangan Kawasan Strategis Nasional. Kota Dumai mendapatkan perhatian khusus dalam
kajian ini karena Kota Dumai merupakan pusat dari Kawasan Strategis Nasional yang akan dikembangkan di Provinsi Riau.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam kajian ini berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder mencakup: kondisi sumberdaya fisik dan manusia,
potensi produk dan jasa yang telah dan dapat dikembangkan, infrastruktur transportasi, listrik, air minum, kondisi sosial ekonomi masyarakat, serta
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan topik kajian. Data dan informasi tersebut diperoleh dari berbagai dokumen dan laporan berbagai instansi
terkait. Dokumen dan laporan yang dihimpun tersebut terdiri atas: Rencana Strategis Renstra Provinsi dan Daerah kabupaten dan Kota, Bahan Presentasi
Gubernur, serta Laporan-laporan dari Pemerintah Pusat, Provinsi dan Daerah. Data primer diperlukan dalam rangka penyusunan program pengembangan
Kawasan Strategis Nasional. Data tersebut diperoleh melalui wawancara yang
42 dilakukan terhadap beberapa experts tenaga ahli bidang pembangunan di
Provinsi Riau dan kabupatenkota terkait, pengusaha dan komponen masyarakat.
3.3. Metoda Pengolahan dan Analisis Data
Alat analisis yang akan digunakan pada kajian ini secara umum terdiri atas empat metode, yakni: analisis disparitas antar-wilayah, analisis location quotient
LQ, analisis dayasaing berdasarkan teori Porter, dan analisis kualitatif Tabel 1.
Tabel 1. Alat Analisis yang Digunakan dalam Kajian No Alat
Analisis Menganalisis
1 Indeks Williamson
Analisis disparitas sosial ekonomi antar daerah kabupaten dan kota di Provinsi
Riau 2
Location Quotient LQ Pemilihan Sektor unggulan di Kawasan
Strategis Nasional KSN 3
Daya Saing Teori Porter Analisis kualitatif terhadap kondisi faktor,
permintaan, industri terkait dan pen- dukung dan persaingan untuk menentukan
komoditas unggulan di dalam KSN 4
Analisis Kualitatif Lainnya Keterlibatan
dan kerjasama
antara pemerintah, swasta, komunitas, dan luar
negeri dalam pembangunan di dalam KSN
3.3.1 Analisis Disparitas Antar-Wilayah
Dispritas ekonomi dan sosial bertujuan untuk menggambarkan kesenjangan ekonomi dan sosial di Riau dari sisi lain. Dalam hal ini dipakai dua
variabel yang disatukan dalam sebuah analisis kuadran, yaitu variabel PDRB per
43 kapita atas dasar harga berlaku dan persentase rumah tangga miskin Riau dengan
acuan tahun 2005. Dari hasil analisis ini akan diperoleh sebaran wilayah-wilayah yang memiliki keadaan ekonomi dan sosial yang baik dan yang buruk.
Keterangan: W
w
= Indeks Williamson Pop
j
= Jumlah penduduk di wilayah j Y
j
= Pendapatan di wilayah j Pop = Total populasi
Y = Total Pendapatan Nilai indeks Williamson berkisar antara 0 dan 1. Semakin mendekati
angka 1 maka keragaman tingkat pendapatan semakin tinggi. Dengan kata lain ketimpangan pendapatan semakin tinggi
3.3.2 Analisis Location Quotient LQ
Location Quotients LQ merupakan suatu teknik untuk mengukur kapasitas “ekspor” dari suatu perekonomian lokal dan menentukan kemandirian
suatu sektor tertentu. Teknik LQ mengasumsikan: 1 adanya sedikit variasi dalam pola pengeluaran secara geografis, 2 produktivitas tenagakerja adalah
homogen sama, dan 3 setiap industri menghasilkan barang yang sejenis di dalam sektor yang bersangkutan.
Metode LQ bertujuan untuk menentukan apakah suatu kegiatan industri di suatu daerah tertentu dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan basis atau non-basis.
Y Pop
Pop Y
Y W
j j
w
∑
− =
.
2
44 Dengan kata lain, metode ini mengukur tingkat kemandirian suatu ekonomi lokal
dalam hal pendapatan atau tenaga kerja. Pengukuran LQ dapat diformulasikan secara matematis sebagai berikut Budiharsono, 2002:
t i
t i
i
V V
v v
LQ =
Keterangan: vi = pendapatan sektor i di daerah
vt = pendapatan total di daerah Vi = pendapatan sektor i di daerah referensi
Vt = pendapatan sektor i di daerah referensi
Dengan menggunakan pendekatan teori LQ ini, maka kegiatan masyarakat dapat dibadi menjadi dua, yakni kegiatan basis dan kegiatan non-basis. Suatu
kegiatan ekonomi dikatakan kegiatan basis apabila nilai LQ ≥ 1, sementara jika
nilai LQ 1, maka kegiatan ekonomi tersebut dikatakan bukan kegiatan basis. Kegiatan basis merupakan kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa
barang atau jasa ditujukan untuk ”diekspor” ke luar dari lingkungan masyarakat tersebut, baik ke luar daerah, domestik, maupun internasional. Kegiatan non-basis
merupakan kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang atau jasa diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam lingkungan ekonomi masyarakat
tersebut.
3.3.3 Analisis Dayasaing Porter
Analisis dayasaing yang digunakan kajian ini merupakan analisis kualitatif
45 didasarkan pada Teori Dayasaing Porter. Beberapa hal yang diperhatikan adalah:
1. Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan,
misalnya ketersediaan dan kesesuaian sumberdaya, tenaga kerja terampil yang dibutuhkan,
infrastruktur khusus yang tersedia, dan hambatan-hambatan tertentu 2.
Permintaan sektor rumah tangga, atau pelanggan-pelanggan lokal yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinovasi
3. Dukungan industri terkait, industri-industri pemasok lokal yang kompetitif
yang menciptakan infrastruktur bisnis dan memacu inovasi dan memungkinkan industri-industri untuk spin off
4. Strategi, struktur, dan persaingan, tingkat persaingan antar industri lokal
yang lebih memberikan motivasi dibanding persaingan dengan pihak luar negeri, dan “budaya” lokal yang mempengaruhi perilaku masing-masing
industri dalam melakukan persaingan dan inovasi.
3.4. Metode Penentuan Strategi dan Program Metode Penentuan Strategi. Strategi-strategi pengembangan KSN
didasarkan pada hasil analisis SWOT strength – weakness – opportunity – threat atau analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisis SWOT
dilakukan terhadap kondisi sumberdaya, masyarakat, dan pemerintahan daerah perangkat keras dan perangkat lunak pemerintah daerah. Berdasarkan ketiga
jenis komponen tersebut, tentukan strategi-strategi pengembangan Kawasan Strategis Nasional yang sesuai bagi Provinsi Riau.
Analisis SWOT terdiri atas analisis internal strength and weakness dan analisis eksternal opportunity and threat. Sebelum melakukan analisis SWOT,
46 faktor penting yang harus ditentukan adalah siapa sajakah stakeholders kajian ini?
Dalam hal ini, stakeholders yang akan dikaji adalah: faktor endowment yang ada di masing-masing kabupatenkota di Provinsi Riau – yakni limpahan sumberdaya
alam dan kondisi sumberdaya manusia; public sector – yakni perangkat pemerintah daerah serta kebijakan-kebijakan yang menyertainya; masyarakat dan
pengusaha yang terkait dengan pengembangan Kawasan Strategis Nasional KSN; serta faktor-faktor eksternal yang memiliki pengaruh terhadap program
pengembangan KSN ini. Pembatasan stakeholders ini dilakukan agar perencanaan menjadi lebih mudah dikelola manageable.
Prinsip-prinsip analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal disajikan pada Tabel 2. Dari analisis SWOT ini dihasilkan empat jenis strategi, yakni
strategi S-O, strategi S-T, strategi W-T, dan strategi W-O. Strategi S-O merupakan gabungan antara kekuatan dan peluang, dikenal juga sebagai strategi
agresif. Strategi S-T merupakan gabungan antara kekuatan dan ancaman, strategi yang dihasilkan dinamakan dengan strategi diversifikasi. Strategi W-T merupakan
gabungan antara kelemahan dan ancaman, disebut juga strategi defensif. Strategi W-O merupakan gabungan antara kelemahan dan peluang, dinamakan juga
dengan strategi orientasi putar balik Soesilo, 2002. Analisis internal Strength and Weakness memiliki elemen-elemen yang
berhubungan dengan: produk organisasi, pelayanan, sumberdaya alam, manusia, teknologi, informasi, hukum dan prosedur, budaya, dan strategi saat ini. Analisis
eksternal Opportunity and Threat memiliki dua elemen penting: 1 lingkungan sosial yang disingkat PEST Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi yang
merupakan faktor makro dan trend makro yang tak hanya mengenai organisasi,
47 tetapi juga berlaku untuk seluruh stakeholders, dan 2 lingkungan tugas, termasuk
faktortrend yang berkait langsung dengan misis organisasi, yaitu: Kompetisi, produk baru atau proses, perubahan kekuatan atau kebutuhan stakeholders.
Tabel 2. Analisis SWOT Pengembangan Kawasan Stategis Nasional
Kondisi Internal Kondisi
Eksternal Weakness W
Strength S Opporunity O
Strategi W-O Strategi S-O
Threat T
Strategi W-T Strategi S-T
Catatan: • Strengths = menggambarkan kekayaan atau kelebihan yang dimiliki oleh
Kawasan Strategis Nasional local assets • Weaknesses = mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat menjadi
penghalang pertumbuhan Kawasan obstancles to growth • Opportunities = mengidentifikasikan kondisi- kondisi eksternal yang
menguntungkan bagi pengembangan Kawasan favorable exogenous conditions
• Threats = mengidentifikasikan kondisi luar yang kurang menguntungkan bagi pengembangan Kawasan unfavorable exogenous conditions
Metode Penentuan Program. Program-program pengembangan KSN
dijabarkan dari strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT melalui Focus Group Discussion FGD dengan beberapa pakar pembangunan, sektor swasta dan
masyarakat. FGD adalah wawancara kelompok dari sejumlah individu demgam status sosial ekonomi yang relatif sama, yang memfokuskan interaksi dalam
kelompok berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh pengkaji
48 yang berperan sebagai moderator dalam kelompok diskusi tersebut.
FGD merupakan
suatu teknik pengumpulan data primer-kualitatif yang melibatkan sebanyak 8-10 orang yang tidak saling kenal dalam suatu diskusi
kelompok dengan fokus tertentu yang dikendalikan oleh seorang “moderator” yang berkepentingan terhadap data tersebut. Ada tiga kata kunci dalam FGD:
1 Diskusi—bukan wawancara; 2 Kelompok—bukan individual; dan 3 Terfokus—bukan bebas. Dengan demikian, FGD berarti suatu proses
pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok
Tonny, 1998 .
Berbeda dengan wawancara, dalam diskusi fasilitator tidak selalu bertanya. Tugasnya justru bukan untuk bertanya—tetapi mengemukakan suatu
permasalahan, suatu kasus, suatu kejadian—sebagai bahan diskusi. Jelas dalam prosesnya ia akan sering bertanya—tetapi itu hanya bagian dari keterampilan
mengelola diskusi agar tidak didominasi oleh sebagian peserta atau tidak macet. “Permasalahan tertentu yang sangat spesifik”—menunjukkan bahwa diskusi
dilaksanakan untuk memenuhi tujuan kajian yang sudah sangat jelas.
Formatted:
Heading 3, I ndent: First line: 1.27 cm, Space Before: 0 pt,
After: 0 pt, Line spacing: Double
46
IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU