Model Pembelajaran Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL

kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan konsep lainnya. Suherman mengatakan bahwa dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun sebuah apartemen, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan terwujud apabila pondasi lantai pertama tidak kokoh. Begitu pula dalam mempelajari matematika, konsep pertama yang menjadi prasyarat harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya.

2.1.4. Model Pembelajaran

Menurut Suprijono 2007: 46, model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Suprijono 2007: 46, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah: 1. Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembanganya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Trianto, 2007: 6. Suprijono 2009: 46 berpendapat bahwa melalui model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2.1.5. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL

Model pembelajaran CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Model pembelajaran CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari peserta didik Johnson, 2011: 58. Model pembelajaran CTL juga didefinisikan sebagai cara untuk mengenalkan suatu hal dengan menggunakan variasi dari bentuk teknik belajar aktif untuk membantu peserta didik menghubungkan dengan apa yang telah mereka ketahui dengan apa yang diharapkan mereka untuk dipelajari dan untuk mengkonstruk pengetahuan baru dari analisis dan sintese yang dilakukan pada proses pembelajaran Hudson, 2007: 54. Model pembelajaran CTL merupakan sebuah sistem yang menyeluruh. Model pembelajaran CTL terdiri atas bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong peserta didik memahami tugas sekolah Johnson, 2011: 65. Untuk menerapkan CTL, ada sejumlah strategi yang mesti ditempuh. Ketujuh strategi ini sama pentingnya dan semuanya mesti ditempuh secara proporsional dan rasional Johnson, 2011: 21. 1. Pengajaran berbasis masalah Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama, peserta didik ditantang berpikir kritis untuk memecahkannya. Masalah seperti ini membawa makna personal dan sosial bagi peserta didik. 2. Menggunakan konteks yang beragam Makna ada di mana-mana dalam konteks fisik dan sosial. Selama ini ada yang keliru dengan menganggap makna pengetahuan adalah yang tersaji dalam materi ajar atau buku teks saja. Dalam CTL, guru membermaknakan beragam konteks sekolah, keluarga, masyarakat, tempat kerja, dan sebagainya, sehingga makna pengetahuan yang diperoleh peserta didik menjadi semakin berkualitas. 3. Mempertimbangkan kebhinekaan peserta didik Dalam konteks Indonesia, kebhinekaan baru sekadar pengakuan politik yang tidak bermakna edukatif. Dalam CTL, guru mengayomi individu dan meyakini bahwa perbedaan individual dan sosial seyogyanya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan membangun toleransi demi terwujudnya keterampilan interpersonal. 4. Memberdayakan peserta didik untuk belajar sendiri Setiap manusia harus menjadi pembelajar aktif sepanjang hayat. Jadi, pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi peserta didik untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri di kemudian hari. 5. Belajar melalui kolaborasi Dalam setiap kolaborasi selalu ada peserta didik yang menonjol dibandingkan dengan koleganya. Peserta didik ini dapat dijadikan fasilitator dalam kelompoknya. Apabila komunitas belajar sudah terbina sedemikian rupa di sekolah, guru tentu akan lebih berperan sebagai pelatih, fasilitator, dan mentor. 6. Menggunakan penilaian autentik Penilaian yang autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan kontekstual, dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 7. Mengejar standar tinggi Frasa “standar unggul” seyogyanya terus-menerus ditanamkan dalam benak peserta didik untuk mengingatkan agar menjadi manusia kompetitif pada abad persaingan seperti sekarang ini. Setiap sekolah seyogyanya melakukan benchmarking uji mutu dengan melakukan studi banding ke berbagai sekolah di dalam dan luar negeri. Dalam model pembelajaran CTL, ada tujuh komponen utama yang mendasari model pembelajaran tersebut Sihono, 2004: 75-80. 1. Konstruktivisme Constructivism Konstruktivisme merupakan landasan berpikir filosofi pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit. Peserta didik dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Dengan demikian pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. 2. Bertanya Questioning Questioning merupakan strategi utama pembelajaran CTL. Bagi peserta didik kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. 3. Menemukan Inquiry Menemukan merupakan kegiatan inti dari pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. 4. Masyarakat Belajar Learning Community Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar, memberikan informasi yang diperlukan oleh temannya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. 5. Permodelan Modeling Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Guru bukanlah satu-satunya yang memodelkan, karena model dapat dirancang dengan melibatkan peserta didik. 6. Refleksi Reflection Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL. Peserta didik mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7. Penilaian yang sebenarnya Authentic Assessment Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan proses pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas inilah yang disebut data otentik. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran CTL dalam kelas menurut Sihono 2004: 74 adalah sebagai berikut. 1. Kembangkan pemikiran. Anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya 4. Ciptakan masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dijelaskan, maka dalam penelitian ini, langkah model pembelajaran CTL yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik dan memotivasi peserta didik. 2. Guru menjelaskan prosedur dan persiapan praktik melukis garis singgung lingkaran, dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran. a. Peserta didik dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. b. Guru membagikan lembar kegiatan peserta didik LKPD kepada kelompok dan guru mengecek penguasaan materi prasyarat pada peserta didik. c. Peserta didik memahami beberapa materi dasar mengenai garis singgung lingkaran dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran. d. Guru mengajak peserta didik menemukan beberapa benda sehari-hari yang membentuk pola garis singgung lingkaran dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran. e. Peserta didik diharuskan mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk melukis. f. Masing-masing kelompok ditugaskan melukis garis singgung lingkaran, dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran. 3. Setiap kelompok melakukan percobaan a. Peserta didik mengukur panjang garis singgung lingkaran yang telah diketahui jari-jari dan jarak pusat kedua lingkaran. b. Peserta didik menuliskan hasil pengukuran tersebut pada LKPD. 4. Guru melakukan tanya jawab sekitar penugasan. 5. Peserta didik mendiskusikan hasil percobaannya dengan anggota kelompok masing-masing. 6. Peserta didik dipandu untuk menemukan rumus panjang garis singgung lingkaran, dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran. 7. Guru memberikan latihan-latihan soal terkait garis singgung lingkaran. 8. Peserta didik diharapkan mampu menyelesaikan latihan-latihan soal tersebut secara kelompok. 9. Setiap kelompok membuat soal pemecahan masalah terkait garis singgung lingkaran untuk kelompok lain. 10. Setiap kelompok memaparkan hasil pekerjaannya. Tabel 2.2 Hubungan Langkah Model CTL dan Teori Belajar yang Terkait No Langkah- langkah CTL Pelaksanaan Teori Belajar yang Terkait 1. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik dan memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan SK dan KD menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran dan menjelas- kan pentingnya materi pokok untuk memotivasi peserta didik. Teori Thorndike tentang Hukum Kesiapan yang menyatakan jika suatu organisme didukung kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus, maka pelaksanaan akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. 2. Guru menjelaskan prosedur dan persiapan praktik melukis garis singgung lingkaran, dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran a. Peserta didik dibagi menjadi kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. b. Guru membagikan lembar kegiatan peserta didik LKPD kepada peserta didik dan guru mengecek penguasaan materi prasyarat pada peserta didik. c. Peserta didik memahami beberapa materi dasar mengenai garis singgung lingkaran dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran. d. Guru mengajak peserta didik menemukan beberapa benda sehari-hari yang membentuk pola garis singgung lingkaran dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran. e. Peserta didik diharuskan untuk mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk melukis. f. Masing-masing peserta didik ditugaskan melukis garis singgung lingkaran, dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran. Teori Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila si anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain disertai suasana lingkungan yang mendukung supportive, dalam bimbingan atau pendampingan seseorang yang lebih mampu atau lebih dewasa, misalnya seorang pendidik. 3. Setiap kelompok melakukan percobaan a. Peserta didik mengukur panjang garis singgung lingkaran yang telah diketahui jari-jari dan jarak pusat kedua lingkaran. b. Peserta didik menuliskan hasil pengukuran tersebut pada LKPD. Teori Vygotsky, mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik dengan adanya interaksi dengan orang lain. 4. Guru melakukan tanya jawab Melakukan tanya jawab seputar penugasan Teori Piaget menyatakan guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban itu. 5. Peserta didik mendiskusikan hasil percobaan Diskusi seputar percobaan dengan masing-masing kelompok Teori Vygotsky pada penekanan hakikat sosial dari belajar dan zona perkembangan. 6. Peserta didik dipandu untuk menemukan rumus Peserta didik dipandu untuk menemukan rumus panjang garis singgung lingkaran, dan garis singgung persekutuan dalam dan luar lingkaran. Teori Konstruktivisme ini menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Teori Piaget menyatakan penyajian pengetahuan jadi ready made tidak mendapat penekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. 7. Pemberian latihan soal Guru memberikan latihan-latihan soal Teori Vygotsky memberikan statement terkait garis singgung persekutuan dua lingkaran. bahwa tugas guru adalah menyediakan tugas-tugas sedemikian sehingga setiap peserta didik bisa berkembang secara optimal dalam zona proksimal 8. Penyelesaian Setiap peserta didik siap untuk mengerjakan semua soal yang diberikan Teori Vygotsky yang penekanannya adalah pada sifat alami sosiokultural dari pembelajaran 9. Membuat soal untuk kelompok lain Setiap kelompok menyiapkan soal untuk dikerjakan oleh kelompok lain Teori Thorndike tentang Hukum Latihan yaitu semakin sering berlatih atau dilatih, maka asosiasi semakin kuat. 10. Pemaparan hasil Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil Teori Vygoskty yang merupakan petikan dari kekompakan kelompok, yakni membuahkan hasil sehingga dapat menyelesaikan dan memaparkan hasil kerja tim.

2.1.6. Model Pembelajaran Ekspositori

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CRH BERBANTUAN POWERPOINT PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII MATERI LINGKARAN

1 5 251

Keefektifan Pembelajaran Model TAPPS Berbantuan Worksheet Berbasis Polya terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Lingkaran Kelas VIII

1 11 214

KEEFEKTIFAN MODELRESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI LINGKARAN

6 26 297

PENGEMBANGAN KARAKTER KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL LAPS HEURISTIK MATERI LINGKARAN KELAS VIII

11 81 302

KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN PRAKARYA ORIGAMI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII

0 32 414

KEEFEKTIFAN MODEL TGT DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI LINGKARAN

0 22 239

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAGAR MERBAU T.A 2015/2016.

0 2 27

PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Penerapan Strategi Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas Viii Mts N

0 2 16

PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH Penerapan Strategi Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas Viii Mts N

0 2 11

10 Keefektifan Contextual Teaching and Learning Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 8 Pekalongan Nurina Hidayah

0 0 7