Perilaku Kondisi Psikologis Mantan PSK
70 “Adikku awalnya kesal tetapi akhirnya ya memaafkan aku mbak kan
aku begitu untuk mereka juga, mereka bisa makan...sekolah...beli baju kan juga uang dari hasil kerjaku itu kan, jadi ya baik lah. Kalau ibuku
tetap baik kok mbak mengerti sekali kalau aku terpaksa” wawancara dengan MR pada tanggal 10 Agustus 2011.
Kondisi yang kurang lebih sama seperti yang dialami oleh subjek MR di atas, juga dialami oleh subjek AH berikut ini:
“Mertuaku sampai sekarang tidak mau menegur aku mbak, suami anak sama saudaraku yang lain baik. Bapak ibuku walaupun kecewa
tetapi mereka tetap memaafkan aku mbak” wawancara dengan AH pada tanggal 25 Agustus 2011.
Tampak dari hasil wawancara dengan kedua subjek di atas, subjek MR merasakan bahwa hubungan dengan adik-adik maupaun ibunya mulai membaik
setelah MR berhenti menjadi PSK dan dapat menjelaskan alasannya melakukan pekerjaan itu. Sementara subjek AH hubungan yang terjalin antar dirinya
dengan keluarga kandungnya mulai membaik, sementara dengan mertuanya masih kurang baik.
Dari penuturan MR dan AH di atas menunjukan bahwa mereka sudah diterima di keluarganya. Berbeda dengan yang dialami oleh YN. Dalam
keluarga YN, masih ada yang belum menerima keberadaannya yang sekarang. Berikut penuturanya:
“Bapak ibuku baik, adikku yang kedua juga baik cuma adikku yang ke tiga sampai hari ini pun belum memaafkan aku mbak, padahal aku
sudah cerita semua aku kerja begitu terpaksa itu juga demi keluargaku termasuk dia, tapi ya sudahlah tidak apa-apaaku terima saja”
wawancara dengan YN pada tanggal 18 Agustus 2011.
Berbeda halnya dengan subjek ST, yang masih merahasiakan statusnya yang bekerja menjadi seorang PSK terhadap keluarga. Hal ini berdasarkan
ahsil wawancara berikut ini:
71 “Baik sekali mbak, mereka sayang sekali sama aku. Mereka tidak tau
mbak apa yang aku alami, aku sengaja tidak cerita mbak tidak tega soalnya” wawancara dengan ST pada tanggal 15 September 2011.
Kondisi yang cukup memprihatinkan dialami oleh subjek DW, yang sampai pada saat wawancara dilakukan belum dimaafkan oleh keluarganya.
Kenyataan tersebut membuat DW enggan dan takut untuk menghubungi keluarganya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara berikut ini:
“Saya sudah lama mbak tidak berhubungan sama orangtua dan adek- adekku....bahkan lama banget, mungkin sampai sekarang bapakku
belum bisa memaafkan aku. Jangankan pulang mau telpon saja aku ga berani mbak” wawancara dengan DW pada tanggal 6 September
2011.
Hubungan sosialisasi yang terjalin antara subjek dengan tetangganya dilakukan dengan cara beradaptasi. Adaptasi yang dilakukan oleh masing-
masing subjek berbeda-beda. Hal ini tampak dalam kutipan wawancara berikut: “sama tetangga penting mbak, masa dirumah saja. Aku ibarat muka
tembok tidak punya malu mau dibilang apa saja yang aku baik sama tetangga, aku coba bantu tetangga yang butuh tenagaku” wawancara
dengan MR pada tanggal 10 Agustus 2011.
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek MR di atas, tampak bahwa cara yang dilakukan MR dalam adaptasi dengan tetangga dapat dikatakan
bersikap cuek. MR tidak peduli dengan tanggapan tetangga tentnag masa lalu dirinya sebagai seorang PSK, akan tetapi dia berpedoman bahwa siapa saja
tetangganya ynag membutuhkan bantuannya akan segera dibantunya. Sementara itu, subyk YN mengalami kondisi adaptasi yang berbeda
dengan MR. YN merasa bahwa dirinya masih sangat sulit untuk beradaptasi dengan tetangganya. YN masih merasa minder, meskipun demikian YN tetap