Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

No. Indikator Bentuk Soal Pilihan Ganda Bentuk Soal Uraian No. Soal Kelom- pok No. Soal Kelom- pok pendiskontoan wesel 8. Menghitung dan mencatat nilai tunai pendiskontoan wesel tanpa bunga 1 C3 9. Menghitung dan mencatat nilai tunai pendiskontoan wesel berbunga 2 C3 3. Catatan Lapangan Catatan lapangan digunakan untuk mencatat berita acara pelaksanaan pembelajaran berupa catatan kejadian seperti interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan lain-lain. Catatan lapangan dibuat untuk setiap kali pertemuan pada masing-masing siklus.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif a. Analisis Kualitas Tes Analisis kualitas tes ini dapat dilihat dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal. Dalam penelitian ini, analisis butir soal dilakukan dengan menggunakan software Anates V4. 1 Validitas Menurut Scravia B. Anderson, dkk dalam Suharsimi Arikunto, 2012: 80, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah sahih. Dalam penelitian ini, instrumen tes diukur dengan menggunakan validitas butir soal atau validitas item. Rumus untuk menghitung validitas butir soal bentuk objektif yaitu: Keterangan: = koefisien korelasi biserial = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya = rerata skor total = standar deviasi dari skor total proporsi p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah q = I – p Suharsimi Arikunto, 2012: 93 Rumus untuk menghitung validitas butir soal bentuk uraian yaitu rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar: Keterangan: = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan Suharsimi Arkunto, 2012: 87 Besarnya koefisien korelasi r yang dihitung kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:  Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi  Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi  Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup  Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah  Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah Zainal Arifin, 2012: 257 2 Reliabilitas Reliabilitas merupakan tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen Zainal Arifin, 2012: 258. Dalam penelitian ini, reliabilitas instrumen tes bentuk objektif dapat diukur dengan menggunakan rumus KR20: Keterangan: = reliabilitas tes secara keseluruhan = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah = jumlah hasil perkalian antara p dan q = banyaknya item = standar deviasi dari tes Suharsimi Arikunto, 2012: 115 Besarnya koefisien korelasi r yang dihitung kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:  Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi  Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi  Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup  Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah  Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah Zainal Arifin, 2012: 257 Reliabilitas bentuk tes uraian dapat diukur dengan menggunakan rumus Alpha: Keterangan: = reliabilitas yang dicari = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total Suharsimi Arikunto, 2012: 122 Besarnya koefisien korelasi r yang dihitung kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:  Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi  Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi  Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup  Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah  Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah Zainal Arifin, 2012: 257 3 Tingkat Kesukaran Menurut Zainal Arifin 2012: 266, perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal dimana jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Lebih lanjut lagi, Zainal Arifin 2012: 271 menyatakan bahwa dalam analisis butir soal secara klasikal, tingkat kesukaran dapat diperoleh dengan beberapa cara, salah satunya dengan proporsi menjawab benar proportion correct. Cara ini sangat banyak digunakan karena dianggap lebih mudah. Persamaan yang digunakan untuk menentukan proportion correct p adalah: p = Keterangan: p = tingkat kesukaran ΣB = jumlah peserta didik yang menjawab benar N = jumlah peserta didik Zainal Arifin, 2012: 272 Hasil tingkat kesukaran soal yang diperoleh kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria berikut: p 0,70 = mudah 0,30 ≤ p ≤ 0,70 = sedang p 0,30 = sukar Zainal Arifin, 2012: 272 Tingkat kesukaran soal bentuk uraian dapat dihitung menggunakan rumus: x 100 Penafsiran tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut:  Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27 termasuk mudah.  Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28 sampai dengan 72 termasuk sedang.  Jika jumlah peserta didik yang gagal 72 ke atas termasuk sukar. Zainal Arifin, 2012: 273 4 Daya Pembeda Perhitungan daya pembeda merupakan pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu Zainal Arifin, 2012: 273. Daya pembeda untuk bentuk tes objektif dapat dihitung dengan rumus: Keterangan: J = jumlah peserta tes = banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Suharsimi Arikunto, 2012: 228-229 Hasil D yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi daya pembeda berikut ini:  D = 0,00-0,20 : jelek poor  D = 0,21-0,40 : cukup satisfactory  D = 0,41-0,70 : baik good  D = 0,71-1,00 : baik sekali excellent Suharsimi Arikunto, 2012: 232 Daya pembeda untuk bentuk tes uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: = rata-rata dari kelompok atas = rata-rata dari kelompok bawah = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah n = 27 x N baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah Zainal Arifin, 2012: 279 Zainal Arifin 2012: 279 mengatakan bahwa hasil t hitung tersebut kemudian dibandingkan dengan t tabel untuk menginterpretasikan daya pembeda tes uraian. Jika t hitung t tabel maka artinya daya pembeda soal tersebut signifikan. Untuk mengetahui t tabel, dihitung terlebih dahulu degree of freedom df = n 1 -1 + n 2 -1. Dimana n 1 yaitu jumlah peserta didik kelompok atas, sedangkan n 2 adalah jumlah peserta didik kelompok bawah. Dengan df dan tingkat kepercayaan 1, t tabel dapat diketahui. 5 Pola Jawaban Soal Pola jawaban soal dapat diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, d, e, atau yang tidak memilih pilihan manapun. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh distractor berfungsi sebagai pengecoh dengan baik ataukah tidak Suharsimi Arkunto, 2012: 233. Lebih lanjut lagi, Suharsimi Arikunto 2012: 234 menyatakan bahwa suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 dari pengikut tes. b. Menghitung Skor Aktivitas Belajar 1 Menentukan kriteria pemberian skor terhadap masing-masing indikator aktivitas belajar yang diamati. 2 Menghitung dan menjumlahkan skor indikator aktivitas belajar yang diperoleh setiap siswa. 3 Menghitung dan menjumlahkan skor masing-masing indikator aktivitas belajar yang diamati. 4 Menghitung persentase skor aktivitas belajar yang diperoleh setiap siswa dengan rumus: x 100 5 Menghitung persentase skor untuk setiap indikator aktivitas belajar yang diamati dengan rumus: x 100 Sugiyono, 2013: 143-144 6 Menghitung persentase skor rata-rata aktivitas belajar siswa dengan rumus: x 100 c. Menghitung Peningkatan Hasil Belajar Peningkatan hasil belajar dapat diketahui dengan menggunakan rumus Mean sebagai berikut: Keterangan: Me = rata-rata Mean = jumlah semua nilai = jumlah siswa Sugiyono, 2010: 49 Langkah selanjutnya yaitu menghitung persentase ketuntasan belajar dengan rumus sebagai berikut: x 100 Keterangan: KB = Ketuntasan Belajar T = Jumlah siswa yang memenuhi KKM 69 = Jumlah siswa yang mengikuti tes Trianto, 2012: 49 2. Penyajian Data Data yang telah diolah kemudian disajikan ke dalam bentuk tabel dan grafik. Dari tabel dan grafik tersebut, data akan dipaparkan secara naratif agar lebih mudah dipahami. 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam analisis data. Setelah data disajikan, dari data tersebut akan diambil intisari yang dituliskan dalam bentuk pernyataan yang memiliki makna lebih tegas atas hasil analisis yang telah dilakukan.

H. Prosedur Penelitian