96
Dari kedua data tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh iklan potongan harga
yang melekat pada kartu kredit terhadap pembelian impulsif remaja putri pengguna kartu kredit dan pembelian impulsif remaja putri yang
disajikan iklan potongan harga yang melekat pada kartu kredit lebih tinggi daripada pembelian impulsif remaja putri yang disajikan iklan non-
potongan harga yang melekat pada kartu kredit diterima.
3. Korelasi Kecenderungan Pembelian Impusif dengan Perilaku
Pembelian Impulsif
Tabel 10. Uji Korelasi Kecenderungan Pembelian Impulsif
– Perilaku Pembelian Impulsif Diskon
Uji Korelasi
r 0,498
p 0,001
Tabel 11. Uji Korelasi Kecenderungan Pembelian Impulsif
– Perilaku Pembelian Impulsif Non-Diskon
Uji Korelasi
r 0,410
p 0,005
Korelasi antara skala perilaku pembelian impulsif dan skala kecenderungan pembelian impulsif, yang sudah diambil datanya satu bulan
97
sebelum penelitian eksperimen, menunjukkan hasil r = 0,498, p 0,01. Hal ini menunjukkan dukungan yang kuat untuk validitas perilaku pembelian
impulsif pada iklan potongan harga yang melekat pada kartu kredit. Selain itu, korelasi ini juga menunjukkan dukungan yang kuat untuk validitas
perilaku pembelian impulsif pada iklan non-potongan harga yang melekat pada kartu kredit dengan r = 0,410, p 0,01.
4. Laporan Produk
Dalam penelitian ini juga dapat dilihat jenis produk yang paling banyak dibeli sampai yang paling tidak diminati subjek untuk dibeli. Pada
iklan potongan harga yang melekat pada kartu kredit pakaian dibeli oleh 32 subjek, alas kaki dibeli oleh 34 subjek, barang yang berkaitan dengan
hobi atau koleksi dibeli oleh 28 subjek, aksesoris dibeli oleh 12 subjek, dan produk perawatan tubuh atau kecantikan body care dibeli oleh 26
subjek. Pada iklan non-potongan harga yang melekat pada kartu kredit,
pakaian dibeli oleh 26 subjek, alas kaki dibeli oleh 29 subjek, barang yang berkaitan dengan hobi atau koleksi dibeli oleh 23 subjek, aksesoris dibeli
oleh 9 subjek, dan produk perawatan tubuh atau kecantikan body care dibeli oleh 23 subjek.
Dari data pada dua kelompok subjek tersebut diketahui produk yang paling banyak dibeli subjek sampai produk yang paling sedikit dibeli
subjek. Produk tersebut adalah alas kaki, pakaian, barang-barang yang
98
berkaitan dengan hobi atau koleksi, produk perawatan tubuh atau kecantikan body care, dan aksesoris.
Untuk barang yang tidak subjek beli, pada iklan potongan harga yang melekat pada kartu kredit, 5 subjek memilih untuk tidak membeli
pakaian karena belum membutuhkan, 1 subjek dengan alasan tidak suka. Sepatu tidak dibeli oleh 4 subjek dengan alasan belum membutuhkan.
Barang yang berkaitan dengan hobi atau koleksi tidak dibeli oleh 6 subjek karena tidak suka atau tidak tertarik, sedangkan sebanyak 4 subjek tidak
membeli karena belum membutuhkan. Untuk aksesoris, sebanyak 15 subjek membeli karena tidak suka atau tidak tertarik, sedangkan 11 subjek
tidak membeli karena tidak membutuhkan. Produk perawatan tubuh atau kecantikan body care, sebanyak 6 subjek tidak membeli karena tidak
membutuhkan dan 6 subjek tidak membeli karena tidak suka atau tidak tertarik. Pada iklan potongan harga yang melekat pada kartu kredit,
totalnya terdapat 30 alasan untuk tidak membeli produk karena belum membutuhkan dan 28 alasan untuk tidak membeli karena tidak suka atau
tertarik. Sedangkan pada iklan non-potongan harga yang melekat pada
kartu kredit, subjek yang memilih untuk tidak membeli produk antara lain, pada iklan pakaian sebanyak 6 subjek tidak membeli karena barang
tersebut tidak berdiskon, 5 subjek beralasan karena belum membutuhkan, 1 subjek beralasan tidak suka dengan fashion pakaian. Untuk alas kaki,
sebanyak 5 subjek tidak membeli karena barang tersebut tidak berdiskon,
99
sebanyak 4 subjek tidak membeli karena tidak membutuhkan. Barang yang berkaitan dengan hobi atau koleksi tidak dibeli oleh 6 subjek dengan
alasan tidak suka atau tidak tertarik, sebanyak 5 subjek tidak membeli karena barang tidak berdiskon, 4 subjek karena tidak membutuhkan.
Untuk aksesoris, sebanyak 17 subjek tidak membeli karena tidak suka, 9 subjek tidak membeli karena tidak membutuhkan, 3 subjek tidak membeli
dengan alasan tidak berdiskon. Untuk produk perawatan tubuh atau kecantikan body care, 7 subjek beralasan tidak membeli karena tidak
suka, 5 subjek karena tidak membutuhkan, 3 subjek karena tidak berdiskon. Total sebanyak 31 alasan yang tidak membeli karena tidak
menyukai atau tidak tertarik pada barang yang ditawarkan, 27 alasan yang tidak membeli karena tidak membutuhkan, dan 22 alasan karena barang
tersebut tidak berdiskon. Dari data pada dua kelompok subjek tersebut diketahui produk
yang paling banyak tidak dibeli subjek sampai produk yang paling sedikit tidak dibeli subjek. Produk itu antara lain aksesoris, produk perawatan
tubuh atau kecantikan body care, barang yang berkaitan dengan hobi atau koleksi, pakaian, dan alas kaki.
Kelima produk ini dipilih dengan alasan jenis produk tersebut adalah produk yang menyebabkan pembelian impulsif Herabadi dkk,
2009. Dalam penelitian ini namun dapat dilihat bahwa tidak semua dari produk yang dipilih merupakan favorit subjek. Aksesoris adalah produk
yang paling tidak diminati. Alasan subjek untuk tidak membeli produk
100
aksesoris adalah subjek tidak menyukai atau tidak tertarik dengan aksesoris. Hal ini dikarenakan aksesoris tidak dijadikan penunjang
penampilan oleh kebanyakan subjek. Selain itu, subjek juga berargumen jika subjek lebih suka bila aksesoris dibeli dengan uang tunai
dibandingkan dengan kartu kredit. Untuk produk yang paling banyak dibeli adalah alas kaki kemudian diikuti produk pakaian yang tidak
berselisih jauh. Hal ini dijelaskan oleh Kacen dan Lee 2002 bahwa pakaian adalah salah satu barang yang paling disukai konsumen dalam
pembelanjaan impulsif.
E. Pembahasan