21
keteguhan a lack of persistence, dan sikap riang carefree attitude. Rohman 2009 menambahkan jika reaksi impulsif yang dirasakan oleh
seseorang membuatnya sulit untuk membatasi perilaku dan seringkali konsisten dengan pembelian impulsif dalam kontek berbelanja.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif merupakan pembelian yang terjadi secara spontan serta tergesa-
gesa yang didasari oleh pemikiran yang kurang perenungan dan kurangnya pertimbangan sehingga mudah menerima gagasan baru
dengan tiba-tiba serta dikuasai oleh respon emosional dan kekerasan hati yang mendorong pembeli untuk memenuhi keinginannya saat itu juga.
Definisi dan ciri-ciri dari pembelian impulsif digunakan dalam menyusun skala perilaku pembelian impulsif.
2. Aspek-Aspek Pembelian Impulsif
Pembelian Impulsif memiliki dua aspek Verplanken Herabadi,
2001 yaitu:
a. Aspek Kognitif
Aspek kognitif yang dimaksud adalah kekurangan dalam perencanaan dan pertimbangan dalam pembelian yang dilakukan.
Senada dengan hal tersebut, Verplanken dan Aarts dalam Verplanken dan Herabadi, 2001 menyatakan bahwa pembelian yang
dilakukan mungkin tidak terencana atau tidak dipertimbangkan untuk berbagai alasan. Misalnya, ketika pembelian tidak terencana
22
nampaknya sudah direncanakan jauh sebelumnya, atau dalam pengulangan atau kebiasaan pembelian. Verplanken dan Herabadi
2001 menambahkan bahwa aspek kognitif yang dimaksud seperti tidak
adanya pertimbangan,
pemikiran, perencanaan,
dan kecenderungan roman seperti roman perasaan senang, roman
kegembiraan, dan roman perasaan bersalah. Aspek kognitif juga termasuk pada kondisi sebelum melakukan pembelian, seperti
tingkat perencanaan dan adanya alasan untuk membeli barang tertentu.
b. Aspek Afektif
Aspek afektif meliputi tanggapan emosional yang mungkin timbul lebih dulu, secara serentak, atau sebelum pembelian tidak
terencana. Perasaan yang paling menonjol, yang biasanya mengiringi pembelian impulsif adalah rasa senang dan kegembiraan. Tetapi juga
tetap ada perasaan tiba-tiba dan seketika yang mendorong untuk lebih dulu melakukan pembelian impulsif, yang mana dapat
diperlakukan sebagai bentuk yang lebih halus dari kompulsi. Dittmar dan Drury dalam Verplanken dan Herabadi, 2001 lebih lanjut
menambahkan bahwa aspek afektif juga meliputi perasaan atau hasrat yang secara tiba-tiba muncul untuk melakukan pembelian
berdasarkan keinginan hati, yang sifatnya berkali-kali atau kompulsif, tidak terkontrol, terdapat perasaan puas, kecewa, dan
penyesalan karena telah membelanjakan uang hanya untuk
23
memenuhi keinginannya. Verplanken dan Herabadi 2001 menambahkan bahwa aspek afektif yang dimaksud adalah
kegembiraan, perasaan kompulsif, dan dorongan untuk menyentuh produk. Selain itu juga termasuk penyesalan yang terjadi setelah
pembelian. Jadi aspek pembelian impulsif yang dipakai dalam
penelitian ini terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif untuk skala kecenderungan pembelian impulsif.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif