antibiotika yang tinggi dalam darah dan lokasi penyayatan. Hal ini dikarenakan antibiotika tidak mengalami proses absorpsi terlebih dahulu di saluran
gastrointestinal, tetapi langsung mengalami distribusi lalu masuk ke sirkulasi sistemik setelah diadministrasikan. Akibatnya konsentrasi antibiotika dalam darah
dan jaringan pun dapat diperoleh dalam waktu yang lebih singkat Bryant, et al., 2010.
4. Dosis pemberian
Dosis pemberian antibiotika seftriakson dan sefotaksim sebagai profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut di RS Baptis Batu Jawa Timur adalah 1 gram
hingga 2 gram untuk pasien dewasa dan anak – anak. dengan usia lebih dari 12 tahun sedangkan pada pasien anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun,
seftriakson diberikan pada dosis 1 gram. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel VIII yang menunjukkan bahwa
antibiotika paling banyak diberikan pada dosis 2 gram, yaitu pada seftriakson sebesar 15 kasus atau 40 n=38 sedangkan pada sefotaksim pemberian dosis 2
gram sebanyak 7 kasus atau 18 n=38. Pemberian dosis 1 gram menempati urutan kedua yaitu seftriakson dengan 9 kasus atau 24 dan sefotaksim sebesar 7
kasus atau 18 n=38. Antibiotika sefalosporin, khususnya seftriakson, memiliki konsentrasi yang memadai dalam darah dan jaringan untuk melawan bakteri
penyebab infeksi setelah pemberian dalam dosis 1 gram maupun 2 gram Martin et al., 1996 dan Pollock, et al., 1982.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian antibiotika sefalosporin dalam dosis 1 gram atau 2 gram dapat digunakan untuk
melawan bakteri penyebab infeksi sehingga kejadian infeksi setelah operasi dapat dihindari.
Tabel VIII.
Distribusi dosis pemberian antibiotika profilakis di RS Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011
No Antibiotika
Profilaksis Dosis
Pemberian Jumlah
Kasus n=38
1
Seftriakson 1 gram
9 24
2 gram 15
40
2
Sefotaksim 1 gram
7 18
2 gram 7
18
5. Lama pemberian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua antibiotika profilaksis dihentikan pemberiannya 24 jam setelah operasi pada pasien operasi apendisitis
akut. Antibiotika profilaksis yang diberikan lebih dari 24 jam tidak memberikan perlindungan tambahan dari risiko terjadinya infeksi dibandingkan dengan yang
dihentikan pemberiannya 24 jam setelah operasi Ward, et al., 2009 dan Dellinger, et al., 1994
. Keduanya mempunyai efikasi yang relatif sama, sehingga pemberian antibiotika profilaksis tidak lebih dari 24 jam setelah operasi sudah
memadai untuk mencegah infeksi dan juga tidak menambah besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien akibat penggunaan obat selama di rumah sakit
James, et al., 2008 dan Kanji, et al., 2008.