Tabel XII
. Distribusi jumlah kasus menurut cara pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum WHO, 2009; Kanji, et al.,
2008; dan ASHP, 2013 di RS Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011
No Cara Pemberian
Antibiotika Pedoman Umum
WHO, 2009; Kanji, et al., 2008;
dan ASHP, 2013 Jumlah
n= 38
1 IV
Sesuai 38
100 2
Per Oral Tidak Sesuai
4. Dosis pemberian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dewasa dan anak – anak dengan usia lebih dari 12 tahun mendapat antibiotik seftriakson dan sefotaksim 1
gram hingga 2 gram, sedangkan untuk anak – anak dibawah usia 12 tahun mendapat seftriakson dengan dosis 1 gram. Hal ini sesuai dengan AHSP:
Ceftriaxone Systemic ASHP, 2013, Drug Information Handbook Lacy, et al.,
2002, dan ASHP Therapeutic Guidelines ASHP, 2013 yang merekomendasikan
dosis pemberian antibiotika golongan sefalosporin sebagai profilaksis operasi pada pasien dewasa dan anak-anak yang berusia lebih dari 12 tahun atau anak-
anak dengan berat badan lebih dari 50 kg adalah 1-2 gram, sedangkan pada anak- anak yang berusia kurang dari 12 tahun seftriakson diberikan dalam dosis 50-75
mgkg BB, dengan dosis maksimal per hari adalah 2 gram. Bila diberikan dosis yang kurang dari dosis yang dibutuhkan maka konsentrasi antibiotika pada darah
dan lokasi penyayatan tidak cukup mampu untuk melawan bakteri penyebab infeksi dan dosis yang diberikan melebihi dosis yang dibutuhkan mengakibatkan
pasien mengalami mual, muntah, diare, atau kejang. Oleh karena itu dosis pemberian yang optimal sangat penting untuk mencapai konsentrasi yang
memadai dalam darah dan lokasi penyayatan dan untuk menghindari efek yang merugikan pada pasien Hessen, et al., 2004.
Tabel XIII
. Distribusi jumlah kasus menurut dosis pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum WHO, 2009; Kanji, et al.,
2008; dan ASHP, 2013 di RS Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011
No Antibiotika
Profilaksis Dosis
Pemberian Pedoman
Umum WHO, 2009; Kanji, et
al., 2008; dan ASHP, 2013
Jumlah Kasus
n=38
1
Seftriakson 1 gram
Sesuai 9
24 2 gram
Sesuai 15
40
2
Sefotaksim 1 gram
Sesuai 7
18 2 gram
Sesuai 7
18
5. Lama pemberian
Hasil penelitian menunjukkan seluruh antibiotika profilaksis dihentikan pemberiannya 24 jam setelah operasi. Hasil ini sesuai dengan WHO Guidelines
for Safe Surgery WHO, 2009, Antimicrobial Prophylaxis in SurgeryKanji, et
al ., 2008, dan ASHP Therapeutic Guidelines ASHP, 2013 yang
merekomendasikan bahwa antibiotika yang digunakan sebagai profilaksis dihentikan pemberiannya 24 jam atau 1 hari setelah prosedur operasi. Penghentian
lebih dari 24 jam pada pasien yang menerima antibiotika profilaksis tidak akan mendapatkan perlindungan tambahan terhadap terjadinya infeksi setelah operasi
Ward, et al., 2009. Antibiotika profilaksis yang diberikan lebih dari 24 jam mempunyai efikasi yang relatif sama dengan antibiotika yang dihentikan
pemberiannya 24 jam setelah operasi, demikian pula pemberian antibiotika yang terlalu lama dapat menimbulkan risiko resistensi suatu strain bakteri dan
bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan James, et al., 2008 dan Kanji, et al.,
2008. Oleh karena itu, pemberian antibiotika profilaksis sebaiknya dihentikan 24 jam setelah operasi karena tidak memberikan manfaat lebih dalam mencegah
infeksi setelah operasi dan dapat menimbulkan risiko yang merugikan bagi pasien.\
Tabel XIV
. Distribusi jumlah kasus menurut dosis pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum WHO, 2009; Kanji, et al.,
2008; dan ASHP, 2013 di RS Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011
No Antibiotik
Profilaksis Jumlah Kasus Berdasarkan
Lama Pemberian Pedoman Umum WHO,
2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 2013
24 jam
24 jam 1
Seftriakson 24
Sesuai 2
Sefotaksim 14
Sesuai
E. Faktor-faktor yang Mendasari Pemilihan Antibiotika Profilaksis
Pada penelitian ini seluruh pasien operasi apendisitis akut menerima antibiotika sebagai profilaksis. Pasien yang menjalani operasi apendisitis akut
harus menerima antibiotika profilaksis karena pada saluran pencernaan sendiri sudah terdapat sejumlah besar bakteri yang berpotensi menyebabkan infeksi
setelah operasi. Selain itu, operasi yang dilakukan pada RS Baptis Batu Jawa Timur merupakan jenis operasi bersih terkontaminasi. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan seorang Dokter Bedah, Kepala Instalasi Farmasi, dan Wakil Kepala Kamar Bedah yang mempunyai pendapat sama terkait dengan pemberian
antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut.