Penggolongan Antibiotika Antibiotika 1. Pengertian

untuk terapi definitif, terapi empiris dan terapi profilaksis. Penggunaan antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab yang telah teridentifikasi disebut pengobatan definitif. Pada terapi secara empiris, pemberian antibiotik diberikan pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya, sedangkan terapi profilaksis adalah terapi yang diberikan untuk pencegahan pada pasien yang rentan terkena infeksi. Antibiotika yang diberikan adalah antibiotika yang berspektrum sempit dan spesifik Kakkilaya, 2008.

B. Antibiotika Profilaksis

Antibiotika profilaksis yaitu antibiotika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi baik sebelum maupun sesaat setelah terpapar mikroorganisme patogen tetapi belum menunjukan manifestasi infeksi Anonim, 2000. Waktu pemberian antibiotik profilaksis merupakan hal yang paling penting. Antibiotik harus diberikan ½ - 1 jam sebelum operasi untuk memastikan kadar obat yang cukup pada waktu operasi Dipiro, 2005. Penggunaan antibiotika profilaksis dalam operasi melibatkan pertimbangan risiko dan keuntungan. Maka dari itu harus dihentikan setelah 24 jam setelah prosedur operasi Anonim, 2000. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2011 dasar pemberian antibiotika profilaksis yaitu : 1 Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus yang bersangkutan. 2 Spektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi bakteri. 3 Toksisitas rendah. 4 Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian obatan estesi. 5 Bersifat bakterisidal. 6 Harga terjangkau. Tujuan pemberian antibiotika profilaksis pada kasus pembedahan adalah untuk mencegah terjadinya infeksi saat dilakukan pembedahan. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2011 adalah : 1 Penurunan dan pencegahan kejadian Infeksi Luka Operasi ILO. 2 Penurunan morbiditas dan mortalitas pasca operasi. 3 Penghambatan muncul floral normal resisten. 4 Meminimalkan biaya kesehatan.

C. Apendiks

Gambar 1. Posisi Apendiks Faiz and Moffat, 2004 Apendiks merupakan organ digestif yang terletak pada rongga abdomen bagian kanan bawah. Apendiks berbentuk tabung dengan panjang kisaran 10 cm dan berpangkal utama di sekum. Apendiks memiliki beberapa kemungkinan posisi, yang didasarkan pada letak terhadap struktur-struktur sekitarnya, seperti sekum dan ileum. 30 terletak pelvikum artinya masuk ke rongga pelvis, 65 terletak di belakang sekum, 2 terletak preileal, dan kurang dari 1 yang terletak retroileal Putz, 2010. Apendiks memiliki 4 lapisan yaitu, mukosa, submukosa, muskularis eksternapropria otot longitudinal dan sirkuler, dan serosa. Apendiks dapat tidak terlihat karena membran Jackson yang lapisan peritoneum yang menyebar dari bagian lateral abdomen ke ileum terminal, menutup sekum dan apendiks. Lapisan mukosa terdiri dari satu lapis epitel bertingkat dan crypta lieberkuhn. Dinding dalam inner circular layer berhubungan dengan sekum dan dinding luar outer longitudinal muscle dilapisi oleh pertemuan ketiga taenia coli pada pertemuan sekum dan apendiks. Taenia anterior digunakan sebagai pegangan untuk mencari apendiks. diantara mukosa dan submukosa terdapat lymphonodes. Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dan jaringan elastik yang membentuk jaringan saraf, pembuluh darah dan limfa Pieter, 2005. Fungsi apendiks dalam tubuh manusia sampai saat ini masih belum sepenuhnya dipahami. Salah satu yang dikatakan penting adalah terjadi produksi imunoglobulin oleh Gut Associated Lymphoid Tissue GALT yang menghasilkan IgA. GALT ini sama dengan lapisan pada sepanjang saluran cerna lainnya karena jumlahnya yang sedikit dan minimal pengangkatan apendiks dikatakan tidak mempengaruhi sistem pertahanan mukosa saluran cerna. Apendiks juga menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL setiap harinya. Aliran ini akan dialirkan ke sekum dan berperan untuk menjaga kestabilan mukosa apendiks. Apendisitis seringkali terjadi karena gangguan aliran cairan apendiks ini Sjamsuhidajat, 2011.

D. Apendisitis Akut 1. Pengertian

Apendisitis akut secara umum terjadi karena proses inflamasi pada apendiks akibat infeksi. Penyebab utama terjadinya infeksi adalah karena terdapat obstruksi. Obstruksi yang terjadi mengganggu fisiologi dari aliran lendir apendiks, dimana menyebabkan tekanan intralumen meningkat sehingga terjadi kolonisasi bakteri yang dapat menimbulkan infeksi pada daerah tersebut. Pada sebagian kecil kasus, infeksi dapat terjadi semerta-merta secara hematogen dari tempat lain sehingga tidak ditemukan adanya obstruksi Sjamsuhidajat, 2011.

2. Penyebab apendisitis

Penyebab utama terjadinya apendisitis akut adalah penyumbatan obstruksi lumen apendiks yang diikuti dengan terjadinya peradangan akut. Penyumbatan lumen apendiks dapat disebabkan oleh adanya fekalit material fekal, hiperplasia limfoid, adanya benda asing atau adanya tumor pada dinding apendiks Kozar, et al., 2003.

3. Klasifikasi

Secara klinis apendisitis dibagi menjadi apendisitis akut dan kronis, apendisitis akut dibagi menjadi apendisitis akut focal dan supurativ. Apendisitis akut focal ialah proses peradangan awal yang terjadi pada apendiks sehingga menimbulkan gejala klinis nyeri perut kanan bawah, sedang apendisitis akut supurativa adalah proses peradangan pada apendiks dimana lumen apendiks sudah terisi oleh pus Bernard et al., 2000 dan Craig, 2005. 3.Keluhan

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2014 Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Apendisitis Di Rsud Dr Moewardi Tahun 2014.

3 18 14

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Operasi Apendiktomi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Tahun 2013.

0 2 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDEKTOMI DI RUMAH SAKIT Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Operasi Apendiktomi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Tahun 2013.

0 3 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Tahun 2011-2012.

0 6 17

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009.

0 1 16

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun 2011.

0 1 14

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Badung Provinsi Bali tahun 2011.

0 4 101

Evaluasi penggunaan antibiotika pada Pasien Febris Rawat Inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

0 1 174

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GASTROENTERITIS AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT “X” DI SURABAYA TIMUR

0 2 15

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 - USD Repository

0 0 108