Penyebab apendisitis Klasifikasi Apendisitis Akut 1. Pengertian

diberikan pada dosis 1,5-2 mg kgBB dan metronidasol diberikan pada dosis 500 mg. Penambahan dosis antibiotika profilaksis dalam prosedur operasi diperlukan jika operasi berlangsung lebih dari 4 jam atau pasien kehilangan 1500 ml darah selama proses operasi berlangsung Kanji, et al., 2008, Kernodle, et al., 2000, dan ASHP, 2013. Antibiotika profilakis dihentikan pemberiannya 24 jam atau 1 hari setelah operasi dilakukan WHO, 2009. Namun, pemberian antibiotika profilaksis dapat dilanjutkan pada pasien yang ditemukan perforasi atau gangraen mikroperforasi pada apendiksnya Kanji, et al., 2008. Infeksi pada luka operasi merupakan infeksi yang sering terjadi setelah melakukan operasi apendisitis. Tingkat infeksi luka operasi pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut dapat mencapai 7- 30 ASHP, 2013. Tanda- tanda klinis luka operasi apendisitis yang mulai terinfeksi adalah terjadinya pembengkakan dan warna kemerahan pada daerah yang disayat, muncul rasa sakit di daerah sayatan, atau daerah sayatan operasi apendisitis mengeluarkan cairan atau nanah. Tanda-tanda ini muncul dalam waktu 30 hari setelah operasi dilakukan Mangram, et al., 1999.

G. Mekanisme kerja antibiotika profilaksis

Suatu antibiotika idealnya mempunyai aktivitas bakterisidal atau membunuh bakteri untuk mencegah terjadinya infeksi setelah operasi. Antibiotika yang mempunyai aktivitas bakterisidal diantaranya adalah penisilin, sefalosporin, monobaktam, kuinolon, dan vankomisin James, et al., 2008. Pada operasi apendisitis akut, Bacteroides fragilis bakteri anaerob dan Escherichia coli bakteri gram negatif merupakan jenis bakteri yang paling banyak ditemukan pada kultur infeksi luka setelah operasi Elhag, et al., 1986 dan Lau, et al ., 1984. Sefalosporin generasi kedua sefositin, sefotetan bekerja sangat aktif dalam membunuh bakteri gram negatif dan bakteri anaerob tersebut. Oleh karena itu, sefalosporin generasi kedua banyak direkomendasikan sebagai antibiotika profilaksis pada operasi apendisitis akut WHO, 2009, Kanji, et al., 2008, dan ASHP, 2013. Antibiotika ini menghambat cross-linking peptidoglikan sehingga dinding sel bakteri menjadi lemah, bakteri lisis, dan kemudian mati Woodin, et al ., 1994 dan Kalman, et al., 1990. Agen lain yang dapat digunakan sebagai profilaksis pada operasi apendisitis akut adalah kombinasi gentamisin dengan metronidasol. Gentamisin merupakan suatu aminoglikosida yang mempunyai aktivitas bakterisidal dengan mekanisme pengikatan ribosom 30S secara ireversibel sehingga mengakibatkan sintesis protein bakteri menjadi terhambat. Gentamisin memiliki aktifitas terhadap bakteri gram negatif, seperti Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus, Acinetobacter , dan Enterobacter. Selain itu gentamisin juga dapat melawan Staphylococcus aureus . Metronidasol aktif melawan bakteri anaerob dan sebagian besar protozoa. Mekanismenya dalam melawan bakteri anaerob adalah dengan menembus atau berdifusi ke dalam sel bakteri kemudian metronidasol mengalami reduksi menjadi suatu bentuk radikal bebas. Radikal bebas metronidasol ini mengakibatkan kerusakan DNA bakteri Gordon, 2009 dan Graumlich, 2003.

H. Operasi Apendisitis Akut

Operasi apendisitis merupakan penanganan apendisitis yang dilakukan dengan jalan operasi untuk mengangkat atau membuang apendiks Kozar, et al., 2003. Operasi apendisitis akut harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk. Hal ini dikarenakan apendisitis akut mempunyai risiko untuk berkembang menjadi apendisitis perforasi pada setiap 12 jam berikutnya setelah timbulnya gejala Busch, et al., 2011, Papaziogas, et al., 2009, dan Ditillo, et al., 2006. Perforasi atau pecahnya apendiks ini dapat memungkinkan terjadinya komplikasi seperti peritonitis umum atau abses. Operasi pada kasus apendisitis akut dapat dilakukan dengan 2 teknik, yaitu operasi apendisitis akut terbuka dan laparaskopi apendisitis. Operasi apendisitis akut terbuka maupun laparaskopi apendisitis menggunakan antibiotika profilaksis pada 1 jam sebelum operasi dimulai. Antibiotika profilaksis yang diberikan dapat berupa sefositin atau sefotetan dalam dosis 1-2 gram, sedangkan bagi pasien yang mengalami alergi terhadap antibiotika golongan β-laktam dapat diberikan kombinasi gentamisin dan metronidasol, masing-masing dalam dosis 1,5-2 mgkgBB dan 500 mg Kanji, et al., 2008, Omran, 2008, dan Kernodle, et al., 2000. Operasi apendisitis terbuka dilakukan dengan membuat sebuah sayatan dengan panjang sekitar 2-4 inci pada bagian kanan bawah abdomen dan appendiks dipotong melalui lapisan lemak dan otot apendiks atau usus buntu. Kemudian apendiks diangkat atau dipisahkan dari usus, sedangkan laparaskopi merupakan teknik yang paling sederhana untuk penanganan apendisitis. Dokter bedah akan membuat 1 hingga 3 sayatan kecil di perut. Sebuah pipa semprot dimasukkan ke dalam salah satu celah, dan gas CO 2 memompa abdomen kemudian sebuah laparascope dimasukkan ke celah yang lain. Peralatan bedah ditempatkan di

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2014 Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Bedah Apendisitis Di Rsud Dr Moewardi Tahun 2014.

3 18 14

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Operasi Apendiktomi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Tahun 2013.

0 2 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDEKTOMI DI RUMAH SAKIT Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasien Operasi Apendiktomi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Tahun 2013.

0 3 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Tahun 2011-2012.

0 6 17

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009.

0 1 16

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun 2011.

0 1 14

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Badung Provinsi Bali tahun 2011.

0 4 101

Evaluasi penggunaan antibiotika pada Pasien Febris Rawat Inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

0 1 174

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GASTROENTERITIS AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT “X” DI SURABAYA TIMUR

0 2 15

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 - USD Repository

0 0 108