Prinsip pemberian antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut
2003. Operasi apendisitis akut harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk. Hal ini dikarenakan apendisitis akut mempunyai
risiko untuk berkembang menjadi apendisitis perforasi pada setiap 12 jam berikutnya setelah timbulnya gejala Busch, et al., 2011, Papaziogas, et al., 2009,
dan Ditillo, et al., 2006. Perforasi atau pecahnya apendiks ini dapat memungkinkan terjadinya komplikasi seperti peritonitis umum atau abses.
Operasi pada kasus apendisitis akut dapat dilakukan dengan 2 teknik, yaitu operasi apendisitis akut terbuka dan laparaskopi apendisitis. Operasi apendisitis
akut terbuka maupun laparaskopi apendisitis menggunakan antibiotika profilaksis pada 1 jam sebelum operasi dimulai. Antibiotika profilaksis yang diberikan dapat
berupa sefositin atau sefotetan dalam dosis 1-2 gram, sedangkan bagi pasien yang mengalami alergi terhadap antibiotika golongan β-laktam dapat diberikan
kombinasi gentamisin dan metronidasol, masing-masing dalam dosis 1,5-2 mgkgBB dan 500 mg Kanji, et al., 2008, Omran, 2008, dan Kernodle, et al.,
2000. Operasi apendisitis terbuka dilakukan dengan membuat sebuah sayatan
dengan panjang sekitar 2-4 inci pada bagian kanan bawah abdomen dan appendiks dipotong melalui lapisan lemak dan otot apendiks atau usus buntu. Kemudian
apendiks diangkat atau dipisahkan dari usus, sedangkan laparaskopi merupakan teknik yang paling sederhana untuk penanganan apendisitis. Dokter bedah akan
membuat 1 hingga 3 sayatan kecil di perut. Sebuah pipa semprot dimasukkan ke dalam salah satu celah, dan gas CO
2
memompa abdomen kemudian sebuah laparascope
dimasukkan ke celah yang lain. Peralatan bedah ditempatkan di
bagian terbuka celah yang kecil dan digunakan untuk mengangkat apendiks Kozar, et al., 2003.