209
7.3 Nilai Kini Total Benefit Sosial Netto
Benefit bersih dari penggunaan sumberdaya air pada kegiatan produksi dan konsumsi dihitung dari besarnya consumer surplus dan producer surplus dan nilai
produk marginal khusus untuk sektor pertanian. Nilai sekarang total dari benefit sosial bersih netto model optimasi sumberdaya air di Pualau Lombok disajikan
pada Table 53. Nilai tersebut bervariasi untuk setiap skenario kebijakan, masing- masing dipengaruhi oleh discount rate dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Selama
horison waktu 16 tahun, pada kondisi pertumbuhan ekonomi riil kondisi pada saat penelitian dilakukan yaitu 5.3 untuk SSWS Dodokan, 4.8 untuk SSWS
Jelateng, 5.2 untuk SSWS Menanga, dan 5.1 untuk SSWS Putih nilai benefit sosial untuk kondisi status quo, swasembada dan kebijakan kuota ekstraksi air tanah
pumping quota secara berturut mencapai Rp 4.3046-Rp 10.1279 trilyun, Rp 5.3750- Rp 12.0352 trilyun, dan Rp 2.3362–Rp 7.2419 trilyun.
Table 53. Nilai Fungsi Tujuan untuk 3 Kategori Model dengan Skenario Discount Rate dan Pertumbuhan Ekonomi. dalam trilyun rupiah
NO
SKENARIO PERTUMBUHAN EKONOMI
RIIL PERTUMBUHAN
EKONOMI 2 6
10 18
6 10
18 DISCOUNT RATE
DISCOUNT RATE 1 STATUS QUO
10.1279 6.9106
4.3036 10.8101
7.2511 4.4496 2 SWASEMBADA
11.2411 7.9465
5.3750 12.0352
8.3065 5.5038 3 QUOTA AIR TANAH
6.6792 4.1161
2.3362 7.2419
4.3545 2.4081 DEVIASI TERHADAP KEBIJAKAN STATUS QUO
1 STATUS QUO XXX
XXX XXX
XXX XXX XXX
2 SWASEMBADA 11.33
14.56 23.70
10.99 14.990
24.9 3 QUOTA AIR TANAH
-33.01 -39.95
-45.88 -34.05 -40.438
-45.7
Secara umum skenario swasembada, seperti yang diharapkan, memiliki nilai total benefit bersih lebih besar dibandingkan dengan kedua skenario lainnya, status
quo di urutan kedua, dan kebijakan pembatasan ekstraksi air tanah pada urutan
210
terakhir. Urutan tersebut konsisten baik pada tingkat discount rate yang berbeda, maupun untuk tingkat pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Kebijakan pembatasan
ekstraksi air tanah secara total, atau hanya mengijinkan ekstraksi tidak melebihi tingkat recharge sumberdaya telah menurunkan skala kegiatan ekonomi, sehingga
sebagai konsekuensinya benefit yang dihasilkan juga mengalami penurunan, namun disisi lain kebijakan ini dapat menjamin kelestarian sumberdaya. Kebijakan
swasembada pangan meningkatkan nilai total benefit bersih dengan kisaran kenaikan antara 11 hingga 25. Kebijakan swasembada pangan yang dicapai dengan
intensifikasi maupun ekstensifikasi telah meningkatkan skala kegiatan dan penggunaan sumberdaya air, sehingga nilai benefit yang dihasilkan juga meningkat.
Kebijakan pembatasan ekstraksi air tanah sebaliknya menurunkan penggunaan air dan skala kegiatan produktif sehingga total nilai benefit mengalami penurunan
dengan kisaran penurunan sebesar 33 hingga 45.88 dibandingkan kondisi status quo.
Nilai riil total benefit sosial pada setiap tahun tidak dipengaruhi oleh tingkat discount rate
yang digunakan, namun dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi. Nilai tahunan benefit sosial pada ketiga kebijakan dan variasi nilai
discount rate dan pertumbuhan ekonomi secara lengkap disajikan pada lampiran 8. Perubahan tingkat pertumbuhan ekonomi dan discount rate berpengaruh
terhadap besarnya present value dari nilai sosial benefit. Secara umum semakin rendah tingkat discount rate, akan semakin tinggi net present value NPV nilai total
benefit sosial. Nilai tersebut dapat berubah meningkat atau menurun dengan perubahan discount rate 10 sebagai dasar menjadi 6 atau 18. Tabel 54
menunjukkan bahwa penurunan discount rate dari 10 menjadi 6 telah meningkatkan nilai total benefit sosial berkisar 41.46 hingga 62.67 untuk
211
skenario tingkat pertumbuhan ekonomi 0, 44.89 hingga 66.31 untuk pertumbuhan ekonomi rill.
Peningkatan discount rate berpengaruh berlawanan, peningkatan dari 10 menjadi 18 telah menurunkan nilai benefit sosial dengan kisaran 32.36 hingga
43.24 untuk skenario tingkat pertumbuhan ekonomi riil, dan 33.74 hingga 44.7 untuk pertumbuhan ekonomi 2. Hal ini menunjukkan bahwa nilai fungsi
tujuan sangat sensitif terhadap perubahan discount rate. Pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh terhadap besarnya net present value
dari nilai total benefit sosial. Pertumbuhan ekonomi seharusnya berpengaruh positif terhadap nilai fungsi tujuan, seperti dalam temuan Syaukat 2000, namun dalam
penelitian ini justru sebaliknya, penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi meningkatkan nilai fungsi tujuan, sebaliknya peningkatan pertubuhan ekonomi
menurunkan nilai fungsi tujuan. Tabel 54. Pengaruh Perubahan Discount Rate dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Nilai Benefit
Skenario Kebijakan
Pertumb. Ekonomi Riil Pertumb. Ekonomi 2
6 10
18 5
10 18
Real Discount Rate Real Discount Rate
Pengaruh Perubahan Discount Rate: Dasar Discount Rate 10 Status Quo
46.56 XXXX
-37.72 49.08
XXXX -38.64
Swasembada 41.46
XXXX -32.36
44.89 XXXX
-33.74 Quota Air Tanah
62.27 XXXX
-43.24 66.31
XXXX -44.70
Pengaruh Perubahan Pertumbuhan Ekonomi: Dasar Pertumbuhan Ekonomi Riil Status Quo
XXXX XXXX
XXXX 6.74
4.93 3.39
Swasembada XXXX
XXXX XXXX
7.06 4.53
2.39 Quota Air Tanah
XXXX XXXX
XXXX 8.42
5.79 3.07
212
Tabel 54 memperlihatkan bahwa penurunan pertumbuhan ekonomi dari pertumbuhan riil 5.3, 4.8, 5.2, dan 5.1 berturut-turut untuk SSWS Dodokan,
jelateng, Menanga, dan Putih menjadi 2 meningkatkan net present value fungsi tujuan dengan kisaran 2.39 hingga 8.42. Kemungkinan penjelasan fakta ini
adalah bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan akan menggeser kurva permintaan ke atas move upward. Peningkatan
permintaan ini akan mendorong peningkatan produksi sehingga juga akan meningkatkan permintaan derived demand produsen akan input, termasuk air.
Penggunaan air dalam jumlah besar akan meningkatkan kelangkaan sumberdaya sehingga akan meningkatkan harga input air yang pada akhirnya akan meningkatkan
biaya produksi. Kelangkaan sumberdaya ini akan menggeser kurva penawaran barang-barang dan jasa supply curve ke atas, sehingga ada kemungkinan besarnya
net surplus consumer dan producer surplus pada keseimbangan pasar yang baru lebih kecil dibandingkan pada keseimbangan pasar sebelumnya.
7.4 Nilai Sumberdaya Air