Mekanisme Perijinan Ekstraction Permit Mekanisme Harga Water Pricing

222 baku perusahaan air minum kemasan, dan terrendah pada penggunaan irigasi usahatani jagung. Nilai air yang dihasilkan oleh masing-masing penggunaan 1 m P 3 P adalah: Rp 312 383 untuk penggunaan pada air minum dalam kemasan, Rp 55 306 untuk penggunaan perhotelan, Rp 8 875 untuk penggunaan rumah makan, Rp 2 713 untuk penggunaan usahatani padi, Rp 2075 untuk penggunaan PDAM, dan Rp 30 untuk penggunaan irigasi usahatani jagung.

8.2. Implikasi Kebijakan

Dari analisis, pembahasan dan kesimpulan dalam pengelolaan sumberdaya air di Pulau Lombok dapat ditarik beberapa implikasi kebijakan sebagai berikut:

8.2.1 Preservasi Air Tanah

Meskipun ketersediaan SD Air di P. Lombok pada saat ini masih mencukupi, namun karena tren permintaannya terus mengalami meningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan dan kualitas hidup, sementara di sisi lain potensi air permukaan justru cenderung mengalami penurunan seiring dengan makin rusaknya daerah tangkapan air sehingga kedepan akan semakin meningkatkan ketergantungan pada air tanah, maka perlu dilakukan pembatasan tingkat ekstraksi secara bertahap mulai dari sekarang, dan pembatasan agregat selambatnya pada tahun 2025. Pembatasan ekstraksi air tanah dapat dilakukan melalui dua cara:

1. Mekanisme Perijinan Ekstraction Permit

Kontrol terhadap tingginya tingkat eksploitasi air tanah dapat dilakukan dengan memberikan perijinan pembatasan pemompaan air tanah, terutama bagi pengguna besar dan pengguna yang mengekstraksi air tanah melalui pembangunan 223 sumur dalam, seperti perusahaan air minum kemasan, PDAM, dan perhotelan. Pengguna air tanah tersebut harus membayar sejumlah pajak tertentu payment on environmental services selama kurun waktu tertentu. Penggunaan air tanah melalui sumur dangkal rumahtangga, karena hanya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan domestik, dibebaskan dari keharusan memiliki perijinan dan membayar pajak. Kelemahan dari mekanisme ini adalah diperlukannya pengawasan yang ketat baik pada saat pembangunan infrastruktur dalam kaitannya pengontrolan terhadap kapasitas pompa dan instalasinya, dan jumlah ekstraksi air tanah yang dilakukan.

2. Mekanisme Harga Water Pricing

Relatif murahnya biaya penggunaan air tanah, baik berupa biaya ekstraksi yang dikeluarkan oleh pengguna untuk membangun infrastruktur dan biaya operasional, maupun besarnya pajak yang selama ini dipungut oleh pemerintah daerah, membuat pengguna besar seperti perusahaan air minum kemasan dan perhotelan lebih memilih menggunakan air tanah dari pada air permukaan air PDAM. Tarif air PDAM untuk golongan pengguna hotel, industry dan niaga besar, untuk penggunaan di atas 30 m P 3 P adalah sebesar Rp 5000. Biaya ekstraksi air tanah dari sumur dalam rata-rata sebesar Rp 1355,- per m P 3 P dan besarnya pajak yang selama ini dipungut pemerintah daerah rata-rata sebesar Rp 288 per m3, sehingga total biaya penggunaan air tanah hanya sebesar Rp 1643,- per m3. Selisih harga sebasar Rp 3357,- merupakan insentif yang besar bagi pengguna untuk tetap menggunakan air tanah. Mengingat perkembangan ekstraksi air tanah kedepan yang cenderung terus meningkat dan menyebabkan kelangkaan air tanah pada masa mendatang maka 224 perlu diambil tindakan prefentif. Karena penggunaan air tanah dan air permukaan adalah dapat saling bersubstitusi, maka penggunaan sumberdaya air harus didorong kearah penggunaan air permukaan lebih banyak. Hal ini dapat ditempuh dengan menetapkan harga yang seimbang antara air permukaan dan air tanah, dengan jalan menaikkan pajak penggunaan air tanah sedemikian sehingga harganya seimbang dengan harga air permukaan.

8.2.2 Pengembangan Kemampuan Penyediaan Air PDAM