149
3. Pengguna Sumberdaya Air yang terdiri dari organisasi pengguna Air seperti P3A dan Federasi P3A. Pengguna sumberdaya air dapat mengajukan rencana
kebutuhan air untuk kemudian dilakukan pembahasan oleh Dewan Sumberdaya Air untuk penetapan Pola Kebijakan dan Pola Pengelolaan sumberdaya air.
Sesuai dengan Undang-Undang no. 7 tahun 2004, alokasi sumberdaya air dilakukan dengan memberikan prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan pokok
kehidupan masyarakat, kemudian untuk irigasi pertanian rakyat, perikanan, dan pengguna lainnya. Pendayagunaan sumberdaya air menganut sistem pengelolaan
berbagi, dengan menganut asas kedilan dan keterpaduan, baik antar sektor, antar wilayah maupun antar kelompok masyarakat dengan mendorong pola kerjasama.
1. Tingkat Propinsi
Pengelolaan air tanah di propinsi Nusa Tenggara Barat diatur dalam Peraturan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat No. 6 tahun 2010 tentang
Pengelolaan Air Tanah. Perda ini mengatur tentang inventarisasi, pendayagunaan air tanah, peruntukan pemanfaatan, konservasi dan pemantauan. Pengelolaan air
tanah adalah kewenangan Gubernur, dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Enegri.
Untuk menjalankan fungsinya sebagai pengelola sumberdaya air, Pemerintah Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat telah menerbitkan Perda No. 6 Tahun 2001
tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, yang dilengkapi dengan SK Gubernur No. 429 Tahun 2001 Tentang Penetapan
Harga Dasar Air Bawah Tanah dan Air Permukaan di Provinsi NTB dan SK Gubernur No. 616089c0793AP Tahun 1993 tentang Izin Pengambilan Air
Permukaan Kepada PDAM.
150
Pajak air permukaan dan air tanah dikenakan atas pengambilan dan pemanfaatan air, kecuali 1 pengambilan dan pemanfaatan oleh Pemerintah Pusat,
daerah, dan Desa untuk penyelenggaraan usaha eksploitasi dan pemeliharaan pengairan serta mengusahakan air dan sumber air, 2 Pengambilan dan pemanfaatan
air oleh Badan Usaha Milik Negara yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan usaha eksploitasi dan sumber-sumber air, 3 Pengambilan dan pemanfaatan air
untuk kepentingan pengairan rakyat, 4 Pengambilan dan pemanfaatan air untuk keperluan dasar rumah tangga, 5 Pengambilan dan pemanfaatan air untuk
kepentingan social dan peribadatan, dan 6 Pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dan atau sumber air di atas permukaan tanah termasuk air laut yang
digunakan di darat untuk kegiatan usaha pertambangan dan energi. Besarnya pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dan air tanah
ditetapkan atas dasar Nilai Perolehan Air NPA, yaitu besarnya volume air yang diambil dikalikan dengan Harga Dasar Air HDA. Besarnya Harga Dasar Air
ditetapkan secara periodik oleh Gubernur SK Gubernur No. 429 Tahun 2001 dengan memperhatikan faktor-faktor: jenis sumber air, lokasi sumber air, volume air
yang diambil, kualitas air, luas areal pemakaian air, musim pengambilan air, dan tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan atau
pemanfaatan air. Tarif pajak air ditetapkan sebesar 20 dari Nilai Perolehan Air. Pajak air permukaan dan air tanah merupakan pajak propinsi, namun
penerimaannya dibagi dengan imbangan 70 untuk Pemerintah KabupatenKota dan 30 untuk Pemerintah Daerah Tingkat I propinsi. Penerimaan pajak untuk
Pemerintah KabupatenKota dialokasikan dengan ketentuan 40 dibagi rata untuk masing-masing kabupatenkota, dan 60 dibagikan berdasarkan potensi atau
realisasi penerimaan pajak pada masing-masing kabupatenkota.
151
2. Tingkat KabupatenKota