132
digunakan. Hal ini dikarenakan kemasan gelas lebih banyak dikonsumsi untuk acara-acara besar, sedang kemasan lainnya lebih banyak dikonsumsi untuk
kebutuhan minum perorangan atau keluarga. Tabel 24. Jumlah Produksi Air Minum Kemasan Menurut Jenis Produk Perusahaan
Air Minum di Pulau Lombok, tahun 2010
No. Nama Perusahaan
Jumlah Produksi unit per tahun Galon
Gelas Botol 600ml
Botol 1500 ml 1
Netral Harum Manis 680 000
87 000 000 8 200 000
4 100 000 2
Narmada Awet Muda 1 100 000
142 502 400 13 356 000
6 678 000 3
Tirta Monsegar 110 100
14 054 400 1 317 600
658 800 4
NeTeBe 90 000
11 520 000 1 080 000
540 000 5
AMDK 101 700
13 017 600 1 220 400
610 200 6
Adita 28 800
3 686 400 345 600
172 800 J u m l a h
2 110 600 271 780 800 25 519 600
12 759 800
Produk air minum kemasan yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Pulau Lombok saja, namun juga dipasarkan ke
Pulau Sumbawa. Selain produk air minum perusahaan lokal, di Pulau Lombok juga beredar air minum kemasan Aqua dan merek lainnya yang diproduksi di luar Pulau
Lombok.
5.3.2 Sektor Pertanian
Sumberdaya air merupakan input paling krusial bagi Sektor Pertanian, meskipun selama ini keberadaan sumberdaya air kurang diperhitungkan dalam
perencanaan pembangunan pertanian. Dinas Pertanian dalam membuat perencanaan tanam hanya mempertimbangkan luas lahan, jumlah benih, pupuk, dan pestisida
yang harus disediakan, sedang ketersediaan air kurang menjadi pertimbangan dalam mementukan luas areal tanam, dan selalu diasumsikan bahwa ketersediaan dan
distribusi air mencukupi baik secara spasial maupun waktu. Demikian juga riset yang dilakukan oleh Lembaga penelitian hanya berfokus pada teknik budidaya
seperti studi tentang pengaruh pupuk, penggunaan benih unggul, teknik pengolahan
133
tanah, dan social ekonomi patani. Penelitian tentang pengaruh tingkat ketersediaan air terhadap produksi masih sangat terbatas dilakukan, sehingga jika terjadi
kekeringan atau kelebihan air dampak terhadap produksi atau kegagalan panen belum bisa diprediksi.
Pengelolaan air irigasi dibawah tanggung jawab Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian. Alokasi sumberdaya air
dilakukan atas dasar kebutuhan standar yaitu sebesar 1,2 liter per hektar per detik, atau sebesar 8 917 m
P
3
P
per hektar per musim tanam. Sedang alokasi sumberdaya air belum dilakukan atas dasar nilai ekonomi dari suatu kegiatan ekonomi dan
pembangunan. Menurut data Balai Hidrologi 2004 kebutuhan air untuk sektor pertanian di
Pulau Lombok mencapai 2 318.87 juta m
P
3
P
dengan rincian 55.52 juta m
P
3
P
untuk SSWS Jelateng, 1576.99 juta m
P
3
P
untuk SSWS Dodokan, 162.78 juta m
P
3
P
untuk SSWS Putih dan 523.59 juta m
P
3
P
untuk SSWS Menanga. Sedang menurut perhitungan atas dasar alokasi 1.2 liter per hektar per detik dan konsep air maya,
kebutuhan air untuk sektor pertanian, khususnya untuk komoditas padi, jagung kedelai dan kacang tanah, sebesar 1 873 juta m
P
3
P
yang terdiri 1 633 juta m
P
3
P
untuk tanaman padi dan 240 juta m
P
3
P
untuk palawija. Kebutuhan air untuk padi ditentukan atas dasar kebutuhan air yang telah
ditetapkan Dinas Kimpraswil dikalikan luas panen padi dikalikan waktu pemberian air. Dalam penelitian ini umur padi diasumsikan 86 hari. Luas tanam, produksi dan
kebutuhan air untuk tanaman padi disajikan pada Tabel 25. Luas areal tanam padi di Pulau Lombok mencapai 177 032 ha dengan
produksi sebesar 896 674 ton dan produktivitas rata-rata sebesar 5.1 ton per ha. SSWS Dodokan dan Menanga merupakan sentra produksi padi di Pulau Lombok,
134
86.23 padi dihasilkan dari wilayah ini. Kebutuhan air untuk irigasi tanaman padi mencapai sekitar 1.6 juta m
P
3
P
per tahun. Dari estimasi kebutuhan air ini dapat dihitung kebutuhan air maya untuk padi di Pulau Lombok.
Tabel 25. Luas Panen dan Produksi Padi di Pulau Lombok, Tahun 2009
No .
SSWS Luas Panen
Hatahun Produksi
Tontahun Produktivitas
Tonha Estimasi Kebutuhan
Air M
P
3
P
tahun 1
Dodokan 107 251.67
552 880.97 5.16
956 307 371 2
Jelateng 11 819.82
53 966.19 4.75
105 391 189 3
Menanga 45 408.39
228 869.00 5.05
404 883 001 4
Putih 12 552.12
60 957.84 5.14
111 920 727 Jumlah
177 032.00 896 674.00
5.10 1 578 502 278
Sumber: BPS Kota Mataram, 2009-2010; BPS Kabupaten Lombok Barat, 2009-2010; BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2009-2010; BPS Kabupaten Lombok Utara, 2009-2010;
BPS Kabupaten Lombok Timur, 2009-2010.
Rata-rata kebutuhan air maya padi kering panen sebesar 1748 liter per kg, lebih rendah dari kebutuhan air maya yang dihitung oleh Haryani 2008 sebesar
2 .
150 liter per kg. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan dalam sistem usahatani terutama dalam pengolahan tanah. Pengolahan tanah pada Sistem
Gogorancah yang diterapkan di Pulau Lombok dilakukan pada kondisi tanah kering sehingga tidak memerlukan air.
Kebutuhan air maya tertinggi dialami oleh SSWS Jelateng yaitu sebesar 1
. 875 liter per kg, sedang terendah dicapai oleh SSWS Dodokan yaitu sebesar 1
. 729
liter per kg. Besarnya kebutuhan air maya untuk komoditas padi ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya kondisi lahan, dan produktivitas padi di setiap daerah,
dimana SSWS Jelateng memiliki produktivitas terendah yaitu hanya 4.75 ton per hektar, sedang SSWS Dodokan mencapai 5.16 ton per hektar.
Selain padi usaha pertanian yang dilakukan juga meliputi tanaman palawija berupa jagung, kedele, kacang tanah, dan tanaman sayuran. Produksi dan luas tanam
palawija di Pulau Lombok disajikan pada Tabel 26. Dari tabel 26 terlihat bahwa penanaman jagung di Pulau Lombok mencapai 29 370 hektar dengan produksi
135
sebesar 92 763 ton per tahun dan produktivitas sebesar 3.16 ton per hektar. Penanaman kedelai mencapai 25 928 hektar dengan produksi sebesar 34 282 ton per
tahun dan produksititas mencapai 1.32 ton per hektar. Sedang penanaman kacang tanah mencapai 14 290 hektar dengan produksi sebesar 19 481 ton per tahun,
produktivitas sebesar 1.38 ton per hektar. Tabel 26. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Tanaman Palawija di Pulau
Lombok, Tahun 2009
No. SSWS
Jagung Kedelai
Kacang Tanah L. Lahan
Ha Produksi
Ton L. Lahan
Ha Produksi
Ton L. Lahan
Ha Produksi
Ton 1
Dodokan 9 647
32 984 4 837
6 419 8 910
12 156 2
Jelateng 4 121
12 626 19 104
25 306 4 340
6 318 3
Menanga 15 562
47 024 23 941
31 795 1 011
1 327 4
Putih 40
129 990
1 285 29
40 jumlah
29 370 92 763
48 872 66 805
14 290 19 841
Sumber: BPS Kota Mataram, 2009-2010; BPS Kabupaten Lombok Barat, 2009-2010; BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2009-2010; BPS Kabupaten Lombok Utara, 2009-2010;
BPS Kabupaten Lombok Timur, 2009-2010.
Selain sebagai sentra produksi padi, SSWS Dodokan dan Menanga juga sebagai sentra produksi palawija terutama jagung, share produksinya sebesar
85.83. Produksi Kedelai tertinggi dicapai oleh SSWS Menanga dan Jelateng dengan masing-masing share produksi sebesar 49 dan 39, sedang produksi
kacang tanah dicapai oleh SSWS Dodokan dengan share produksi sebesar 62. Atas dasar luas lahan dan produksi dari ketiga komoditas tersebut, maka
kebutuhan air untuk tanaman palawija dapat dihitung dengan menggunakan kebutuhan air maya dari komoditas tersebut Tabel 27, yakni sebesar 279 843 305
m
P
3
P
per tahun yang terdiri dari 119 200 455 m
P
3
P
untuk komoditas jagung, 131 554 150 m
P
3
P
untuk kedelai dan 29 008 700 m
P
3
P
untuk kacang tanah.
136
Tabel 27. Kebutuhan Air untuk Tanaman Palawija di Pulau Lombok, Tahun 2010
No. SSWS
Jagung Kedelai
Kacang Tanah Produksi
Ton Kebutuhan Air
M
P
3
P
Produksi Ton
Kebutuhan Air M
P
3
P
Produksi Ton
Kebutuhan Air M
P
3
P
1 Dodokan
32 984 42 384 440
6 419 13 030 570
8 910 18 087 300
2 Jelateng
12 626 16 224 410
25 306 51 371 180
4 340 8 810 200
3 Menanga
47 024 60 425 840
31 795 64 543 850
1 011 2 052 330
4 Putih
129 165 765
1 285 2 608 550
29 58 870
Jumlah 92 763
119 200 455 34 282
131 554 150 14 290
29 008 700
5.3.3 Sektor Industri