Perumusan Masalah Analisis pengembangan wisata alam berbasis daya dukung di kawasan cikole jayagiri resort lembang jawa barat.

7 makan, sarana kesehatan, sarana keamanan dan tempat-tempat hiburan. Ketiga amenitas, merupakan fasilitas yang dapat memberikan kenyaman bagi wisatawan. 3. Suasana yang kondusif Situasi atau kondisi yang memberikan rasa tenteram, aman, dan nyaman bagi wisatawan. 4. Jasa layanan Jasa layanan berupa perbuatan atau tindakan-tindakan dalam bentuk pelayanan yang diberikan kepada wisatawan sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan seperti tour operator, pemanduan yang diberikan oleh pramuwisata, agen perjalanan, dan informasi wisata yang diberikan oleh petugas informasi. 5. Kenang-kenangancinderamata Merupakan segala sesuatu yang berbentuk kebendaan yang dapat menjadi alat bantu untuk mengingatkan para wisatawan akan kunjungan mereka ke DTW tertentu, seperti souvenircinderamata, postcard, film, video. Selain itu kenang- kenangan juga diartikan sebagai kesan yang tertera dalam ingatan wisatawan tentang apa yang dilihat dan dialaminya dalam kunjungannya ke DTW tertentu.

2.3 Pengembangan Produk Wisata

Pengembangan dapat diartikan memajukan dan memperbaiki, atau meningkatkan sesuatu yang telah ada Lubis 2006. Moraru 2011 menyatakan bahwa pengembangan produk wisata merupakan peningkatan produk yang sudah ada termasuk memelihara dan memajukan produk yang sudah ada serta mempekenalkan produk baru. Pengembangan produk wisata merupakan prasyarat untuk memenuhi perubahan permintaan pengunjung dan menjamin keuntungan jangka panjang dari sebuah industri wisata, dan pengembangannya harus memperhatikan aspek permintaan dan penawaran produk wisata Smith 1994 dalam Purnamasari 2004. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan produk wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan evaluasi sebelum produk wisata dikembangkan. Hal ini penting dilakukan agar perkembangan produk wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk 8 menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. Menurut Yoeti 2008, terdapat tiga karakteristik utama objek wisata yang hatus diperhatikan dalam upaya pengembangan produk wisata, diantaranya adalah: a. “Something to see” artinya objek wisata harus memiliki suatu produk wisata yang bisa dilihat ataun dijadikan tontonan bagi wisatawan. b. “Something to do” artinya objek wisata harus memiliki produk wisata tertentu, misalnya berupa fasilitas rekreasi baik itu area bermain atau tempat makan sehingga ada kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan. c. “Something to buy” artinya objek wisata harus menyediakan produk wisata yang berupa fasilitas bagi wisatawan untuk berbelanja, seperti souvenir dan kerajinan tangan masyarakat sekitar kawasan. Pengembangan terhadap produk wisata dapat dilakukan melalui pengemasan secara optimal komponen-komponen pembentuknya. Perjalanan wisata ke DTW dapat terpuaskan jika didukung oleh pengemasan produk wisata yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengunjung Fiatiano 2007. Pengembangan produk sangat ditentukan oleh semua stakeholder terkait dan dilaksanakan secara terpadu Purnomo 2008. Fiatiano 2007 juga menambahkan bahwa pengembangan produk wisata tersebut disempurnakan dengan adanya komitmen dan kerjasama antara penyelenggara kepariwisataan seperti pemerintah daerah, jasa-jasa kepariwisataan dan masyarakat disekitar objek. Kewajiban pemerintah daerah adalah merencanakan pembangunan, pengorganisasian, pemeliharaan dan pengawasan dalam segala sektor yang mendukung kegiatan pariwisata. Industri jasa harus memberikan pelayanan yang unggul dalam diferensiasi dan inovasi produk. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam bersikap menerima kedatangan wisatawan, ikut terlibat dalam mengambil keputusan pembangunan pariwisata dan berpartisipasi dalam memelihara sarana-sarana yang terdapat di objek wisata. Selain itu, masyarakat ikut andil mendukung kegiatan pariwisata dalam bentuk berjualan produk khas daerah tersebut dengan tetap memperhatikan faktor higienis dan sanitasinya serta pelayanannya Fiatiano 2007. 9

2.4 Daya Dukung

Daya dukung lingkungan carrying capacity, adalah jumlah individu maksimum yang dapat ditampung pada suatu area dengan tidak mempengaruhi atau merusak lingkungan dan dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung dan masyarakat setempat Maulana 2009 dalam Adyanti. Hendee dalam Isterah 2014 menyatakan bahwa daya dukung adalah konsep dasar dalam pengelolaaan sumber daya alam yang merupakan batas penggunaan suatu area yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan, misalnya makanan, tempat berlindung, atau air. Daya dukung untuk wisata alam merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pemanfaatan jasa sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari berdasarkan kemampuan sumberdaya alam itu sendiri. Konsep ini dikembangkan dengan tujuan untuk mengurangi atau meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya sehingga dapat dicapai pengelolaan sumberdaya alam yang optimal secara kuantitatif maupun kualitatif dan berkelanjutan Hawkins et al., 2005. Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata Yulianda 2007. Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasarkan tujuan pariwisata. Sarana pariwisata juga merupakan faktor dalam penentuan daya dukung, antara lain jalan dan tempat peristirahatan. Selain itu juga penting untuk melihat dari segi kemampuan lingkungan untuk mendukung sarana itu. Perencanaan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan menurunkan kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem yang dipakai untuk pariwisata itu, sehingga akhirnya akan menghambat bahkan menghentikan perkembangan pariwisata itu Soemarwoto 2004.

2.5 Skala Likert

Skala Likert merupakan skala yang paling umum digunakan dalam kuisioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Skala Likert digunakan untuk mengukur persepsi atau pendapat seseorang atau