Persepsi Pengunjung Terhadap Kawasan Cikole Jayagiri Resort

23 4. Kuadran IV negatif, negatif Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

4.4.2.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan untuk menyususn formulasi strategi yang dapat mengembangkan empat jenis strategi, diantaranya strategi SO kekuatan-peluang, strategi WO kelemahan-peluang, strategi ST kekuatan- ancaman, dan strategi WT kelemahan-ancaman. Tujuan dari formulasi strategi ini adalah untuk menghasilkan rumusan arahan strategi pengembangan kawasan Cikole Jayagiri Resort yang disesuaikan dengan faktor internal dan eksternal yang dimiliki kawasan dengan pendekatan matriks SWOT Tabel 7. Tabel 7 Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Strength S Faktor-faktor kekuatan Weakness W Faktor-faktor kelemahan Opportunities O. Faktor-faktor Peluang Strategi S-O Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi W-O Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Threats T Faktor-faktor Ancaman Strategi S-T Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Strategi W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: Rangkuti 1997

4.4.3 Analisis Pemilihian Prioritas Produk Wisata Alam

Penyusunan strategi prioritas bertujuan untuk menentukan strategi yang paling baik yang dapat dijalankan oleh Cikole Jayagiri Resort. Penggunaan AHP bertujuan untuk menyederhanakan persoalan yang kompleks dan proses pengambilan keputusannya dipercepat. Secara grafis, AHP dapat dikonstruksikan 24 sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. Prinsip kerja dari AHP itu sendiri, yaitu : 1. Decomposition, yaitu pemecahan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat, pemecahan juga dilakukan tehadap unsur-unsurnya sampai tak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan hirarki dari persoalan tadi. 2. Comparative Judgement. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian itu merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penelitian disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison Tabel 8. Tabel 8 Kategori perbandingan penentuan tingkat kepentingan elemen Kategori Perbandingan Nilai Faktor vertikal sama penting dengan faktor horisontal 1 Faktor vertikal lebih penting dari faktor horisontal 3 Faktor vertikal jelas lebih penting faktor horisontal 5 Faktor vertikal sangat jelas lebih penting dari faktor horisontal 7 Faktor vertikal mutlak lebih penting dari faktor horisontal 9 Apabila ragu-ragu diantara kedua nilai elemen yang diperbandingkan didekati dengan nilai tengah yang berdekatan. 2,4,6,8 Kebalikan dari keterangan nilai tingkat 2-9 12-9 Sumber: Saaty 1983 3. Synthesis of Priority. Pada setiap matriks pairwise comparison terdapat prioritas lokal. Oleh karena pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan keseluruhan prioritas harus dilakukan sintesa diantara prioritas lokal tersebut. Pengurutan elemen-elemen tersebut menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa yang dinamakan priority setting Gambar 3. 25 Sasaran Kriteria Alternatif Gambar 3 Struktur hirarki penentuan prioritas 4. Logical consistency. Konsistensi dalam hal ini mempunyai dua makna. Pertama bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dari relevasinya. Kedua bahwa tingakat hubungan Antara objek- objek didasarkan pada kriteria tertentu misalnya sama penting, jelas lebih penting, mutlak lebih penting.

4.4.4 Analisis Daya Dukung

Analisis daya dukung ditujukan pada pengelola kawasan Cikole Jayagiri Resort dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada dan tetap mempertahankan keaslian dari kawasan itu senidiri. Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung dikawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia Yulianda 2007. Perhitungan daya dukung kawasan digunakan dengan pendekatan CC Carrying Capacity dengan formula sebagai berikut Boullon, 1985 dalam Libosada, 1998 : Carrying Capacity CC = ...............3 Koefesien rotasi = …………... 4 Daya dukung kawasan per hari = ............................5 Pemilihan produk wisata Karakteristik pengunjung Potensi sumberdaya Dukungan stakeholder Sarana dan prasarana Menikamati pemandangan Berkemah Outbound