40 merupakan
strategi progresif
dengan memaksimalkan
kekuatan dan
memanfaatkan peluang dalam mengembangkan kawasan. Berdasarkan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
diketahui posisi Cikole Jayagiri Resort dan langkah selanjutnya dalam tahap pencocokan adalah menyusun faktor-faktor strategi yang berkaitan dengan upaya
mengembangkan kawasan di Cikole Jayagiri Resort dapat dilihat pada Lampiran 3. Dalam matriks SWOT strategi yang dapat dipilih diantaranya strategi S-O
Strength- Opportunities, strategi S-T Strength- Threats, strategi W-O Weakness- Opportunities, dan strategi W-T Weakness- Threats. Posisi Cikole
Jayagiri Resort berada pada kuadran satu dan alternatif yang perlu dilakukan saat ini adalah S- O Strength- Opportunity.
Untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki Cikole Jayagiri Resort dalam mengembangkan kawasan wisata, maka perlu dilakukan faktor
strategi sebagai berikut: 1.
Memanfaatkan seluruh potensi wisata yang ada seperti mengutamakan keaslian hutan pinus yang memiliki keindahan alam dan keanekaragaman aktivitas luar
ruang, dan terdapat sarana dan prasarana yang lengkap dan berada didalam satu kawasan seperti penginapan yang mengadopsi etnik Jawa, Sunda, dan Lombok.
Dengan segala potensi wisata yang dimiliki Cikole Jayagiri Resort dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar kawasan.
2. Meningkatkan promosi melalui media masa dengan memanfaatkan tren sosial
back to nature serta meningkatkan sarana dan prasarana yang terdapat di Cikole Jayagiri Resort dan tetap mempertahankan keberadaan hutan pinus serta
keindahan pemandangan yang didukung dengan berbagai macam kegiatan luar ruang.
3. Melibatakan berbagai stakeholder dalam bekerjasama untuk perencanaan dan
pengelolaan kawasan yang bertujuan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Cikole Jayagiri Resort merupakan salah satu rencana pengembangan
wisata andala Perum Perhutani maka kerjasama yang dapat dilakukan dengan masyarakat sekitar kawasan dan Pemda Kabupaten Bandung Barat, adanya
kerjasama yang dilakukan oleh pihak pengelola dapat membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar kawasan.
41
6.3 Pemilihan Prioritas Produk Wisata
Berdasarkan Marimin 2010 tahap awal dalam metode AHP adalah penyusunan hirarki atau biasa disebut dekomposisi. Permasalahan yang kompleks
dan tidak terstruktur diuraikan menjadi kelompok-kelompok yang homogen dan kemudian menyusunnya ke dalam suatu hierarki melalui proses dekomposisi.
Masing-masing elemen pada setiap level dalam struktur hierarki didapatkan melalui wawancara dengan pakar serta melalui pengisian kuisioner.
Pengisian kuisioner yang bertujuan menentukan prioritas produk wisata alam berbasis ekologi di kawasan Cikole Jayagiri Resort diberikan kepada
pengelola kawasan Cikole Jayagiri Resort sebagai responden. Responden ditentukan berdasarkan tingkat jabatan dan pengetahuan seorang pakar atau
responden terhadap suatu organisasi tersebut, dan responden yang diambil untuk proses AHP adalah site manager, kepala bagian pemasaran outbound, dan tata
usaha. Dalam
prinsip penilaian
menggunakan AHP
adalah melakukan
perbandingan berpasangan dalam sebuah matriks. Matriks tersebut merupakan tabel untuk membandingkan elemen satu dengan elemen lain terhadap suatu
kriteria yang ditentukan. Skala 1-9 ditetapkan sebagai pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen disetiap level hierarki terhadap suatu elemen
yang berada di level atasnya. Penilaian tersebut dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan sertifikasi. Nilai inconsistency ratio dari setiap level
masing-masing pakar harus kurang dari 0,1. Apabila nilainya lebih besar dari 0,1 maka dilakukan revisi penilaian atau pemberian bobot kembali oleh pakar yang
bersangkutan Marimin 2010. Struktur hirarki dari model penentuan keputusan prioritas produk wisata
alam di Cikole Jayagiri Resort terdiri dari 3 tiga level. Level 1 satu merupakan penentuan sasaran yang ingin dicapai untuk memperoleh prioritas produk wisata
alam di Cikole Jayagiri Resort. Level 2 dua dari struktur AHP merupakan kriteria atau pertimbangan utama untuk menentukan prioritas produk. Kriteria
yang digunakan adalah potensi sumberdaya, karakteristik pengunjung, dukungan stakeholder, dan sarana prasarana. Level 3 tiga dari struktur AHP adalah
alternatif strategi, dalam penentuan prioritas produk wisata alam di Cikole
42 Jayagiri Resort terdapat tiga alternatif produk, yaitu menikmati pemandangan
alam, berkemah, dan outbound. Dalam menentukan prioritas produk wisata alam berbasis ekologi di Cikole Jayagiri Resort, digunakan kriteria level 2 dan
alternatif level 3, dan untuk mecapai tujuan atau sasaran pada level satu. Dalam menentukan pemilihan prioritas produk wisata alam berbasis ekologi
di kawasan Cikole Jayagiri Resort maka dilakukan perbandingan berpasangan pada setiap kriteria dan kemudian diolah menggunakan Expert Choice 11. Hasil
dari perbandingan berpasangan pada setiap kriteria dapat diketahui bobot prioritas tertinggi adalah sarana dan prasarana sebesar 0.287, potensi sumberdaya dan
dukungan stakeholder memiliki bobot prioritas sebesar 0.248 dan karakteristik pengunjung sebesar 0.218.
Setiap kriteria dilakukan pembobotan secara horisontal pada alternatif produk dengan menggunakan Expert choice 11 untuk mengetahui prioritas produk
wisata alam berbasis ekologi yang dapat dikembangkan di Cikole Jayagiri Resort, yang terdapat pada Tabel 14.
Tabel 14 Matriks bobot alternatif produk
Kriteria Alternatif produk
Pemandangan alam Berkemah
Outbound Potensi sumberdaya
0.483 0.178
0.339 Karakteristik pengunjung
0.460 0.221
0.319 Dukungan stakeholder
0.213 0.256
0.532 Sarana dan prasarana
0.221 0.319
0.460 Sumber: Hasil analisis data primer 2014
Berdasarkan pembobotan kriteria yang dilakukan secara horisontal dalam menentukan pemilihan produk wisata alam dilihat dari kriteria potensi
sumberdaya dan karakteristik pengunjung prioritas produk utama yang dapat dikembangkan di Cikole Jayagiri Resort adalah pemandangan alam yang memiliki
bobot masing-masing sebesar 0.483 dan 0.460. Hal ini terlihat pada penilaian kawasan Cikole Jayagiri Resort berdasarkan skala Likert sebagian besar
pengunjung memiliki penilaian sangat baik terhadap pemandangan. Selain itu Cikole Jayagiri Resort mempertahankan keberadaan dari hutan pinus untuk
menarik minat pengunjung. Berdasarkan pembobotan kriteria yang dilakukan secara horisontal yang
berdasarkan kriteria dukungan stakeholder dan sarana prasarana prioritas produk
43 utama yang dapat dikembangkan adalah outbound dengan nilai bobot dari kriteria
dukungan stakeholder untuk kegiatan outbound sebesar 0.532 serta bobot nilai berdasarkan kriteria sarana prasarana untuk kegiatan outbound sebesar 0.460. Hal
ini terlihat dari banyaknya kegiatan outbound yang disediakan oleh pengelola Cikole Jayagiri Resort seperti treetop, fun games, ATV ride, paint ball, hiking,
dan safari hutan atau offroad. Dukungan stakeholder seperti Perhutani, investor, dan pemerintah daerah setempat saling bekerjasama dalam membangun sarana
dan prasarana yang terdapat di Cikole Jayagiri Resort khususnya dalam mengembangakan outbound. Pengembangan outbound tersebut disediakan oleh
Perhutani dengan tetap mempertahankan keberadaan hutan pinus. Fasilitas outbound disediakan oleh pihak investor dan Pemda Kabupaten Bandung Barat
mempromosikan Cikole Jayagiri Resort sebagai tujuan utama wisata alam di Kabupaten Bandung Barat melalui website.
Dalam menetukan prioritas produk wisata di Cikole Jayagiri Resort berdasarkan empat kriteria yang berupa potensi sumberdaya, karakteristik
pengunjung, dukungan stakeholder, dan sarana serta prasarana maka dilakukan pembobotan secara vertikal atau keseluruhan dengan menggunakan Expert Choice
11 seperti yang terdapat pada Gambar 5. Sasaran
Kriteria
Alternatif
Gambar 5 Struktur hirarki prioritas produk wisata alam Cikole Jayagiri Resort Berdasarkan analisis AHP secara keseluruhan kegiatan outbound yang
memiliki bobot nilai sebesar 0.414 merupakan produk wisata yang menjadi prioritas pertama dalam pengembangan produk wisata alam berbasis daya dukung
Pemilihan produk wisata
Karakteristik pengunjung
0.218 Potensi
sumberdaya 0.248
Dukungan stakeholder
0.248 Sarana dan
prasarana 0.287
Menikamati pemandangan
0.338 Berkemah
0.248 Outbound
0.414
44 di Cikole Jayagiri Resort dengan kriteria penentuan alternatif adalah potensi
sumberdaya, karakteristik pengunjung, dukungan stakeholder, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Cikole Jayagiri Resort yang masih mempertahankan
keberadaan hutan pinus menjadikan kegiatan menikati pemandangan alam sebagai prioritas kedua dengan bobot nilai sebesar 0.338 berdasarkan analisis AHP secara
keseluruhan atau vertikal. Alternatif ketiga yang dapat dikembangkan di Cikole Jayagiri Resort yang ditentukan dengan empat kriteria tersebut adalah kegiatan
berkemah dengan bobot nilai sebesar 0.248. Berdasarkan hasil analisis AHP secara keseluruhan diperoleh nilai rasio
inkonsistensi sebesar 0.01. Nilai tersebut menunjukan informasi yang diperoleh terdapat pada tingkat kepercayaan yang cukup tinggi dan dapat diterima. Dalam
hal ini responden konsisten dalam pemberian nilai dengan tingkat penyimpangan yang kecil.
Agar dalam pengembangan kawasan yang disesuaikan dengan pemilihan prioritas produk wisata tidak menyebabkan over carrying capcity. Pihak pengelola
Cikole Jayagiri Resort perlu melakukan perhitungan daya dukung kawasan pada setiap kegiatan wisata yang terdapat dalam kawasan tersebut. Perhitungan daya
dukung yang dilakukan pada setiap kegiatan wisata yang tersedia dalam kawasan ditentukan per hari baik pada saat low season dan peak season.
6.4 Daya Dukung Kawasan Cikole Jayagiri Resort
Menentukan daya dukung kawasan berdasarkan prioritas wisata alam yang terdapat di Cikole Jayagiri Resort, diperlukan data mengenai luas, unit atau guide
dan waktu yang digunakan berdasarkan kenyamanan pengunjung per kegiatan wisata serta waktu yang disediakan pengelola. Tabel 15 menjelaskan preferensi
pengunjung mengenai luas, unit atau guide dan waktu yang dibutuhkan oleh pengunjung dalam menikmati kegiatan wisata yang disediakan oleh pihak
pengelola kawasan Cikole Jayagiri Resort. Kemudian dipilih luas, unit, guide dan waktu yang paling dominan yang dipilih oleh responden sehingga dapat mewakili
kenyamanan pengunjung.