seharusnya. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya permintaan kopi Indonesia yang menggeser kurva Dc
pada negara tujuan ekspor ke kiri bawah sebesar tarif impor, menjadi Dc
1
. Pergeseran kurva Dc mengakibatkan harga kopi dunia turun menjadi P
2
, sedangkan harga yang dibayar konsumen di negara tujuan ekspor menjadi P
1
. Pada kondisi ini, volume kopi yang dapat diekspor turun dari A Qe
1
- Qe
2
menjadi B Qe
3
-Qe
4
. Pada negara pengimpor pemberlakuan tarif impor menyebabkan
peningkatan harga produk, penurunan jumlah konsumsi dan volume impor, dan peningkatan penerimaan pemerintah yang berasal dari tarif impor. Di sisi lain,
bagi negara pengekspor pemberlakuan tarif impor menyebabkan volume ekspor menurun. Dengan kata lain, penghapusan tarif impor yang selama ini menjadi
salah satu penghambat perdagangan mendorong penurunan harga di negara tujuan ekspor. Harga kopi Indonesia yang semakin murah menjadi insentif tersendiri,
dimana permintaan konsumen di negara tujuan ekspor akan semakin bertambah seiring dengan semakin menurunnya tingkat keseimbangan harga.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan penulis sebagai referensi penelitian terbagi menjadi 3 kategori. Kategori pertama adalah penelitian terdahulu
mengenai ekspor kopi. Kategori kedua adalah penelitian terdahulu mengenai data panel, yaitu model yang digunakan dalam penelitian ini. Kategori yang terakhir
adalah mengenai perdagangan bebas ASEAN-China.
2.4.1 Ekspor Kopi
Analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia pernah diteliti oleh Rosandi 2007 dengan menggunakan metode
ECM error correction model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama periode tahun 1976 sampai 2005 penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka
panjang secara signifikan dipengaruhi oleh produksi kopi dan pengaruhnya positif. Sedangkan konsumsi domestik kopi dan harga domestik kopi
memengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia secara signifikan dan pengaruhnya negatif. Harga ekspor kopi dan nilai tukar berpengaruh tidak
signifikan terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang. Penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka pendek secara signifikan
dipengaruhi oleh produksi kopi dan harga domestik kopi setahun sebelumnya dan pengaruhnya positif. Sedangkan konsumsi domestik kopi, harga ekspor kopi tahun
sebelumnya, dan dummy krisis ekonomi memengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia secara signifikan dan pengaruhnya negatif. Dummy kebijakan
penghapusan kuota ekspor berpengaruh tidak signifikan. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Widayanti 2009 yang menganalisis
ekspor kopi Indonesia periode tahun 1975 sampai 1997 menggunakan model persamaan simultan dalam bentuk double logaritma dengan metode two stage
least square 2SLS. Hasil penelitian ini dibagi menjadi 3, yaitu pertama faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas ekspor kopi Indonesia. Faktor yang berhubungan positif adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan
penawaran kopi tahun sebelumnya. Harga ekspor kopi FOB berhubungan negatif dengan kuantitas ekspor, hal ini disebabkan mutu kopi Indonesia masih
rendah sehingga tidak memenuhi kualitas yang diminta konsumen luar negeri. Harga kopi dalam negeri berhubungan positif terhadap kuantitas ekspor
disebabkan permintaan kopi dalam negeri yang masih rendah. Kedua, faktor- faktor yang berpengaruh terhadap penawaran kopi dalam negeri. Faktor-faktornya
semua berhubungan positif yaitu harga kopi dalam negeri, tingkat teknologi, dan penawaran kopi setahun sebelumnya. Ketiga, faktor yang berpengaruh terhadap
permintaan kopi dalam negeri adalah tingkat pendapatan masyarakat.
2.4.2 Data Panel