Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa produk Domestik Bruto PDB per kapita Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-
rata pertumbuhan sebesar 3.73 persen per tahunnya pada periode tahun 1999 sampai 2011. Pada tahun 1999 PDB per kapita Indonesia yaitu sebesar US746.79
dan terus meningkat sampai pada tahun 2011 mencapai US1 206.99.
Sumber: World Bank 2012.
Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Periode Tahun 1999-2011 RpUS
Sedangkan perkembangan nilai tukar kurs Indonesia cenderung mengalami fluktuasi dengan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
yang menguat sebesar 0.42 persen per tahunnya seperti terlihat pada Gambar 4.2. Selama periode tahun 1999 sampai 2011 nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika berada pada titik terendah tahun 1999 sebesar Rp7 855.15 per dolar. Titik tertinggi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berada pada tahun 2009
yaitu nilainya sebesar Rp10 389.94 per dolar, peningkatan drastis ini disebabkan karena tingginya inflasi akibat krisis global yang melanda dunia.
4.2.2 Perkembangan Produksi Kopi Indonesia
Indonesia memproduksi 2 jenis kopi yang diperdagangkan yaitu Kopi Robusta dan Kopi Arabika. Berdasarkan kepemilikannya produksi kopi dibagi
menjadi 3 yaitu perkebunan negara, perkebunan swasta, dan perkebunan rakyat.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Produksi kopi Indonesia secara keseluruhan Arabika dan Robusta mengalami fluktuasi dengan trend yang positif seperti terlihat pada Gambar 4.3.
Sumber: Ditjenbun 2012.
Gambar 4.3 Perkembangan Produksi Komoditas Kopi Indonesia Periode Tahun 1999-2011 Ribu Ton
Produksi total kopi Indonesia dalam periode tahun 1999 sampai 2011 memiliki perkembangan rata-rata sebesar 2.39 persen. Pada tahun 1999 produksi
kopi Indonesia tercatat sebesar 531.69 ribu ton, kemudian meningkat sampai pada tahun 2011 total produksinya menjadi sebesar 709 ribu ton. Perkembangan
tertinggi produksi kopi Indonesia terjadi pada periode tahun 2001 sampai 2002 sebesar 19.81 persen, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara
pengekspor ke-4 terbesar dunia mulai tahun 2002 ini. Perkembangan terendah terjadi pada periode tahun 2003 sampai 2004 yaitu berupa penurunan produksi
sebesar 3.56 persen. Pada saat terjadi krisis kopi dunia tahun 1999 sampai 2001, produksi kopi Indonesia tetap menunjukkan nilai yang positif. Produksinya
berturut-turut sebesar 531.69 ribu ton, 554.57 ribu ton, dan 569.23 ribu ton. Jika dilihat produksi sebelum diberlakukannya EHP pada periode tahun
1999 sampai 2003 rata-rata menghasilkan sebesar 601.75 ribu ton per tahun, sedangkan setelah EHP pada periode tahun 2004 sampai 2011 rata-rata produksi
kopi Indonesia meningkat sebesar 677.51 ribu ton per tahun.
100 200
300 400
500 600
700 800
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 EHP
Negara Swasta
Rakyat
4.2.3 Perkembangan Harga Komoditas Kopi
Harga komoditas kopi terbagi menjadi 2, yaitu harga internasional dan harga domestik. Harga kopi internasional pada perkembangannya berfluktuasi
mengikuti kondisi global seperti supply kopi dunia, krisis ekonomi, dan perubahan alam. Sedangkan perkembangan harga kopi domestik setiap tahunnya mengalami
perubahan, hal ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan permintaan dan penawaran terhadap komoditas tersebut serta adanya pengaruh dari harga kopi dunia. Apabila
penawaran lebih besar daripada permintaannya, maka akan terjadi penurunan harga. Sedangkan jika permintaan kopi sedang tinggi maka harga akan meningkat
dan memberikan insentif petani kopi untuk meningkatkan produksi.
Sumber: ICO 2012.
Gambar 4.4 Perkembangan Harga Komoditas Kopi Periode Tahun 1999-2011 US
Perkembangan harga kopi dapat dijelaskan dalam 2 periode yaitu sebelum dan sesudah diberlakukannya EHP, seperti terlihat pada Gambar 4.4. Pada periode
krisis over supply kopi dunia periode tahun 1999 sampai 2001, harga dunia terus mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga mencapai titik terendah yaitu
US0.91 per kilogram pada tahun 2001. Hal ini dikarenakan jumlah pasokan kopi yang berlebih mengakibatkan harga menjadi semakin rendah. Harga mulai
mengalami peningkatan setelah tahun 2002 dan pada tahun 2003 angkanya sebesar US1.04 per kilogram. Seperti pada harga internasional, krisis over supply
kopi dunia juga berpengaruh terhadap harga kopi domestik Indonesia sebelum
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
4.5
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 EHP
dunia domestik
diberlakukannya EHP. Akibat krisis tersebut harga domestik kopi Indonesia mencapai titik terendah pada tahun 2001 sebesar US0.81 per kilogram.
Sejak diberlakukannya EHP setelah tahun 2004, harga kopi di dunia dan domestik mulai mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2008
ke tahun 2009 harga kopi dunia mengalami penurunan yaitu dari US2.48 per kilogram menjadi US2.31 per kilogram akibat inflasi yang tinggi dari krisis
global, namun kemudian terus mengalami peningkatan sampai menyentuh harga tertinggi dengan nilai sebesar US4.21 per kilogram pada tahun 2011. Sedangkan
pada tahun 2004 harga domestik sebesar US1.04 per kilogram terus meningkat mencapai titik tertinggi di tahun 2011 yaitu sebesar US2.78 per kilogram.
4.3 Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Pasar ASEAN-China