Thailand sebesar 1.48 persen cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa harga internasional berhubungan positif dengan
volume ekspor kopi. Dengan adanya peningkatan harga kopi di pasar internasional, maka ini
merupakan insentif bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor kopinya karena diharapkan akan memberikan keuntungan yang jauh lebih besar. Hal ini sesuai
dengan teori Lipsey 1995 yang menyatakan bahwa harga sejumlah komoditas mempunyai hubungan positif dengan jumlah yang ditawarkan yaitu semakin
tinggi harganya semakin besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus. Harga internasional yang meningkat akan mendorong negara-negara eksportir kopi
utama seperti Indonesia untuk meningkatkan penawaran ekspornya karena dianggap lebih menguntungkan.
5.4.3 Produksi Domestik PROD
Penggunaan produksi domestik ini menunjukkan jumlah kopi Indonesia yang dapat dihasilkan per tahunnya. Variabel produksi kopi domestik berpengaruh
secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen 0.0003 0.0500.
Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui koefisien regresi pada data panel adalah sebesar 4.92. Hal ini menunjukkan nilai elastisitas pada variabel
tersebut adalah sebesar 4.92. Ini artinya jika terjadi kenaikan pada produksi domestik sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan volume ekspor kopi
Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand sebesar 4.92 persen cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis
awal yang menyatakan bahwa produksi domestik berhubungan positif dengan volume ekspor kopi.
Kebijakan pemerintah dewasa ini yang terus mendukung peningkatan pertumbuhan industri kopi dari hulu ke hilir menyebabkan semakin meningkatnya
produksi kopi Indonesia. Meningkatnya produksi kopi domestik menyebabkan semakin bertambah jumlah pasokan kopi di dalam negeri, bahkan berlebih.
Kelebihan jumlah komoditas ini menjadi insentif tersendiri bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor kopinya, karena diharapkan volume kopi yang dapat
diekspor ke negara lain menjadi lebih banyak sehingga akan memberikan keuntungan yang jauh lebih besar.
5.4.4 PDB per Kapita GDP
Penggunaan Produk Domestik Bruto PDB per kapita ini dilakukan sebagai pendekatan dari pendapatan masyarakat Indonesia. Variabel PDB per
kapita berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen 0.0000 0.0500.
Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui koefisien regresi pada data panel adalah sebesar -4.53. Hal tersebut menunjukkan nilai elastisitas pada
variabel tersebut adalah sebesar 4.53. Tanda negatif menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan PDB per kapita sebesar 1 persen, maka akan menurunkan volume
ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand sebesar 4.53 persen cateris paribus. Hal ini sesuai
dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa pendapatan suatu negara berhubungan negatif dengan volume ekspor kopi.
Peningkatan PDB per kapita menyebabkan insentif bagi Indonesia untuk mengekspor kopinya semakin menurun. Hal itu disebabkan pendapatan PDB per
kapita yang meningkat menunjukkan semakin meningkat pula daya beli konsumen, sehingga jumlah konsumsi juga akan meningkat. Jumlah konsumsi di
dalam negeri yang meningkat akan mendorong peningkatan harga, sehingga para eksportir akan mengalihkan penjualan produknya di dalam negeri. Hal ini
diharapkan akan lebih memberikan keuntungan yang jauh lebih besar bila penawaran kopi di pasar domestik ditingkatkan.
5.4.5 Nilai Tukar ER