nyata 5 persen 0.0000 0.0500 maka keputusannya adalah tolak H dimana
untuk model secara keseluruhan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara bersamaan semua faktor bebas dalam model
sudah mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume penawaran ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand. Uji-t dilakukan dengan melihat probabilitas dari masing-masing variabel
bebasnya Tabel 5.1. Pada model diatas, semua variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia ke China,
Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Uji koefisien determinasi Goodness of Fit merupakan suatu ukuran yang
penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Berdasarkan Tabel 5.1 nilai R
2
atau koefisien determinasi pada model yaitu sebesar 0.9603 yang menunjukkan bahwa sebesar 96.03 persen
keragaman variabel tidak bebas pada unit cross section dapat dijelaskan oleh model tersebut, sedangkan sisanya sebesar 3.97 persen dijelaskan oleh peubah lain
diluar model.
5.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Indonesia
Setelah dilakukan beberapa pendekatan, didapat hasil estimasi terbaik yaitu pendekatan model fixed effect dengan pembobotan SUR Seemingly
Uncorrelated Regression . Berikut adalah penjelasan hasil analisis dari masing-
masing variabel bebas yang memberikan pengaruh nyata terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia dengan menggunakan model terbaik tersebut :
5.4.1 Harga Domestik PDOM
Penggunaan harga domestik ini dilakukan sebagai pendekatan dari harga kopi Indonesia yang berlaku di dalam negeri. Variabel harga domestik kopi
berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf nyata 5 persen 0.0382 0.0500.
Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui koefisien regresi pada data panel adalah sebesar -1.24. Hal ini menunjukkan nilai elastisitas pada
variabel tersebut adalah sebesar 1.24. Tanda negatif menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga domestik sebesar 1 persen, maka akan menurunkan volume
ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand sebesar 1.24 persen cateris paribus. Hal ini sesuai
dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa harga domestik berhubungan negatif dengan volume ekspor kopi.
Peningkatan harga domestik menyebabkan insentif bagi Indonesia untuk mengekspor kopinya semakin menurun. Hal itu disebabkan harga yang meningkat
menunjukkan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar di pasar domestik. Sehingga para pelaku pasar akan cenderung mengalihkan
penawaran komoditas kopinya ke pasar domestik dan mengurangi volume ekspornya. Peningkatan harga suatu komoditas di pasar domestik akan mendorong
eksportir untuk mengalihkan produknya ke pasar domestik, karena merasa pasar domestik lebih menguntungkan dibandingkan dengan pasar internasional.
Sehingga ada kecenderungan peralihan pasar yang semula berorientasi pada pasar luar negeri kemudian beralih menjadi ke pasar dalam negeri.
5.4.2 Harga Internasional PINT
Penggunaan harga internasional ini dilakukan sebagai pendekatan dari harga ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan China, Brunei Darussalam,
Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Variabel harga kopi internasional berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia
ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf
nyata 5 persen 0.0064 0.0500. Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui koefisien regresi pada
data panel adalah sebesar 1.48. Hal ini menunjukkan nilai elastisitas pada variabel tersebut adalah sebesar 1.48. Ini artinya jika terjadi kenaikan harga kopi
internasional sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan volume ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand sebesar 1.48 persen cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa harga internasional berhubungan positif dengan
volume ekspor kopi. Dengan adanya peningkatan harga kopi di pasar internasional, maka ini
merupakan insentif bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor kopinya karena diharapkan akan memberikan keuntungan yang jauh lebih besar. Hal ini sesuai
dengan teori Lipsey 1995 yang menyatakan bahwa harga sejumlah komoditas mempunyai hubungan positif dengan jumlah yang ditawarkan yaitu semakin
tinggi harganya semakin besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus. Harga internasional yang meningkat akan mendorong negara-negara eksportir kopi
utama seperti Indonesia untuk meningkatkan penawaran ekspornya karena dianggap lebih menguntungkan.
5.4.3 Produksi Domestik PROD