2.1.5 Pietisme
Pada akhir abad 17 dan memasuki abad 18, gerakan Pietisme mulai merebak. Gerakan ini dipelopori Phillip Jakob Spener pada tahun 1670, yang memberikan reaksi terhadap
meningkatnya formalitas dan kekakuan di dalam Gereja. Gerakan Pietisme ini mendorong orang-orang Kristen untuk hidup di dalam kerohanian mereka dan memperhatikan ibadah
pribadi mereka. Sehingga gerakan Pietisme ini menghasilkan himne-himne yang bersifat subyektif, lebih menekankan karakter-karakter pribadi. Karena karakter inilah, maka himne-
himne Pietisme lebih sesuai untuk ibadah pribadi daripada ibadah bersama di dalam Gereja. Himnishimnis dari gerakan Pietisme ini antara lain: Johann J. Schultz, Adam Drese, dan yang
terkenal adalah Joachim Neander dengan himnenya Lobe den Herren, dem machtigen Konig der Ehren Praise to the Lord, the AlmightyMari Memuji Tuhan.
2.1.6 Moravian
Kelompok Moravian adalah para pengikut John Hus dari Bohemia, sekarang Cekoslovakia, yang mati secara martir pada tahun 1415. Kelompok ini sering mendapatkan penganiayaan, baik
dari Gereja Roma Katolik maupun dari Gereja Protestan. Kelompok ini sangat kuat dalam pengiriman tenaga-tenaga misionaris ke luar Eropa.
42
Himne-himne yang terkenal dari kelompok Moravian ini antara lain: Nicolaus Ludwig von Zinzendorf 1700-1760; Christian
Gregor 1723-1801.
2.1.7 Nyanyian Mazmur
42
Julian, hal., 765-769.
Universitas Sumatera Utara
Nyanyian Mazmur berkembang hanya di Perancis, Belanda dan Inggris. Mereka hanya menyanyikan Mazmur, karena mereka sulit menerima lagu-lagu himne hasil tulisan manusia.
Mereka hanya menerima yang berasal dari Firman Tuhan saja.
2.1.7.1 Nyanyian Mazmur Di Prancis
Di Perancis pelopor nyanyian Mazmur ini adalah John Calvin, seorang ahli theologia reformed. Berbeda dengan Luther, Calvin menolak semua musik dan liturgi peninggalan Gereja
Roma Katolik, bahkan dia juga menolak penggunaan organ, paduan suara dan himne-himne yang ditulis oleh manusia; hanya mazmur atau himne yang berdasar dari Mazmur saja yang
boleh dinyanyikan dalam ibadah-ibadah, itupun harus dinyanyikan secara unison tanpa iringan. Dengan filosofi seperti ini, mereka menghasilkan peningkatan nyanyian Mazmur di Perancis.
Ini terbukti dengan terbitnya buku Calvin’s Strassburg Psalter pada tahun 1539, yang diikuti
oleh buku-buku Pslater yang lain yang diterbitkan di Geneva. Puncaknya dengan terbitnya Genevan Psalter pada tahun 1562, yang memuat 150 Mazmur, ditambah 10 Perintah Allah dan
Nunc Dimittis. Buku ini memuat 125 melodi dalam 110 meter yang berbeda.
43
2.1.7.2 Nyanyian Mazmur di Inggris
Yang melatar belakangi kelompok penyanyi Mazmur dari Inggris ini penganiayaan terhadap orang-orang Kristen Protestan oleh Queen Mary pada tahun 1553-1558, yang terkenal
dengan sebutan “Bloody Mary”. Sehingga orang-orang Kristen Protestan melarikan diri keluar dari Inggris, sebagian besar lari ke Geneva dan membentuk Gereja Anglo-Genevan yang
digembalakan pertama kali oleh John Knox pada tahun 1555. Kelompok Genevan Psalter inilah
43
Eskew McElrath, hal., 115.
Universitas Sumatera Utara
yang mempengaruhi kelompok Anglo-Genevan ini untuk menyanyikan Mazmur di dalam ibadah-ibadah mereka.
44
Mereka menyanyikan nyanyian-nyanyian Mazmur gubahan Sternhold dan Hopkins serta William Willingham. Pada tahun 1561, mereka menerbitkan Anglo-Genevan Psalter, yang
sebagian lagunya diambil dari buku Genevan Psalter. Tradisi menyanyikan Mazmur ini terus berlanjut setelah mereka kembali ke Inggris, sesudah Queen Mary meninggal.
2.1.7.3 Nyanyian Mazmur di Skotlandia
Pada awalnya orang-orang Skotlandia bersatu dengan orangorang Inggris di Geneva karena mereka juga mengalami penganiayaan yang sama dari Queen Mary. Mereka juga
menyanyikan mazmur dari sumber yang sama, yaitu Anglo-Genevan Psalter. Namun pada tahun 1559, orang-orang Skotlandia ini kembali ke tanah air mereka dan mulai merevisi Anglo-
Genevan Psalter. Pada tahun 1564, mereka menerbitkan versi mereka sendiri yang diberi nama The Forme of Prayers and Ministration of the Sacraments.
2.1.7.4 Nyanyian Himne di Inggris
Untuk membahas nyanyian himne di Inggris, kita tidak bisa melupakan 2 nama, yaitu Isaac Watts dan keluarga Wesley. Isaac Watts adalah orang yang memulai penulisan dan
penggunaan nyanyian himne di Inggris, khususnya di Gereja Anglikan, yang sebelumnya hanya menyanyikan nyanyian-nyanyian Mazmur saja. Pada waktu itu sebagai seorang muda yang
berusia 21 tahun, Isaac Watts mengeluh tentang kualitas dari nyanyian-nyanyian Mazmur itu. Ayahanda Isaac Watts lalu memberikan tantangan kepada Isaac Watts untuk menulis yang teks
44
Ibid, hal., 117-119.
Universitas Sumatera Utara
yang lebih baik. Selanjutnya Isaac Watts membuktikannya dengan menampilkan salah satu karyanya, yaitu
“Behold Glories of the Lamb”, yaitu teks dari Mazmur yang diparafrase.
45
Setelah itu Isaac Watts banyak menulis “nyanyian baru” yang diilhami dari pengalamannya, pemikirannya, perasaannya, dan aspirasinya. Watts masih menggunakan
bentuk-bentuk musik yang sudah ada, namun syair-syairnya memiliki kekhususan, yaitu: satu lagu hanya memiliki satu tema, kalimat-kalimat yang sederhana namun dapat memuat makna
yang dalam, jalan pemikiran yang menuju ke klimaks, dan syair-syairnya juga sangat cocok dengan khotbah, serta lebih sesuai digunakan untuk persekutuan bersama orang-orang Kristen,
tidak cocok untuk ibadah pribadi. Penekanannya adalah pada masyarakat Kristiani yang telah ditebus dan penebusan melalui kayu salib. Karena itulah, Isaac Watts disebut sebagai “Bapak
Nyanyian Himne Inggris ”.
Nyanyian himne yang ditulis oleh Isaac Watts, antara lain: “Alas And did my Savior
bleed”, “Am I a soldier of the cross?”, ”Come, we that love the Lord”, “I sing the almighty power of God”, “When I survey the wondrous cross”, dll. Sedangkan parafrase dari Mazmur
yang ditulis olehnya, antara lain: “My Shepherd will supply my need Mzm 23”, “Jesus shall
reign Mzm 72”, “O God our help in ages past Mzm 90”, “Joy to the world Mzm 98”, “From all that dwell below the skies Mzm 117”, “This is the day that the Lord hath made
Mzm 118”, “I’ll praise my maker while I’ve breath Mzm 146”, dll. Selain Isaac Watts, dua bersaudara yang tidak boleh kita lupakan yaitu John dan Charles
Wesley. Mereka adalah pendiri denominasi Methodist. Charles Wesley yang berbakat menulis nyanyian-nyanyian himne. Dia sudah menulis 8989 puisi religius, paling sedikit 6000 di
antaranya adalah himne. Penekanan nyanyian-nyanyian himne Wesley adalah sebagian besar
45
James Sallee, 1978. A History of Evangelistic Hymnody, Grand Rapids: Baker Book House, hal., 11.
Universitas Sumatera Utara
menekankan tentang penginjilan, diilhami oleh pengalaman pribadi. Secara teks mengalami peningkatan mutu daripada himnehimne sebelumnya, biasanya dinyanyikan tanpa iringan, dan
penekanan John Wesley adalah pada sikap hati dalam menyanyi. Hasil karya Charles Wesley, antara lain:
“Praise the Lord who reigns above”, “Come, Thou long-
expected Jesus”, “Hark The herald angels sing”, “And can it be that I should gain”, “Tis finished The Messiah dies”, “Christ the Lord is risen today”, “Hail the day that
sees Him rise”, “Jesus, lover of my soul”, “Rejoice the Lord is King”, “Lo, He comes with clouds
descending”, “O for a thousand tounges”, “Love divine, all loves excelling”, “Depth of mercy Can it be”, “Ye servants of God”, dll.
Selain Isaac Watts dan Wesleys, sebenarnya masih banyak penulis-penulis himne yang lain, namun karena keterbatasan waktu, maka penulis hanya menyebutkan satu nama lagi, yaitu
John Newton, yang sudah menulis sekitar 280 himne, di antaranya yaitu: “Amazing Grace”,
“Glorious things of thee are spoken”, “How sweet the name of Jesus sounds”, “May the grace of Christ our Saviour”, dll.
2.1.7.5 Nyanyian Himne di Amerika
Mulai abad ke-16 sampai dengan awal abad ke-18, Nyanyian Mazmur masih aktif digunakan di gereja-gereja Amerika. Pada umumnya tradisi menyanyikan Mazmur dibawa dari
benua Eropa, baik dari Perancis maupun dari Inggris oleh para misionaris mereka. Huguenot membawa French Metrical Psalms ke Florida, khususnya kepada orang-orang Indian, pada
tahun 1562-1565. Sir Francis Drake dari Inggris baru datang pada tahun 1579, dan Henry Ainsworth juga dari Inggris datang pada tahun 1620. Kemudian orang Puritan mendirikan
Massachusetts Bay Colony di bagian Utara Boston pada tahun 1630. Selanjutnya pada tahun
Universitas Sumatera Utara
1640, mereka menerbitkan The Whole Book of Psalms Faithfully Translated into English Metre, yang sekarang disebut sebagai Bay Psalm Book. Pada edisi ke-9 dari buku ini mereka
menggunakan notasi FaSoLaMi FSLM, yang merupakan solmisasi tua yang digunakan di Inggris.
Pada tahun 1734, Jonathan Edward dan George Whitefield mempelopori gerakan “Kebangunan Besar” Great Awakening di Northampton, Massachusetts, yaitu suatu gerakan
yang bereaksi melawan institusi keagamaan yang tradisional. Pada masa ini, memang nyanyian Mazmur masih digunakan di gerejagereja, namun orang-orang lebih menyukai nyanyian-
nyanyian himne Isaac Watts yang dibawa oleh Whitefield dari Inggris. Pada akhir abad ke-18, nyanyian rakyat juga diadopsi sebagai nyanyian jemaat, pada
umumnya tidak dicatat karena mereka melestarikannya dari mulut ke mulut. Mereka menggunakan melodi dari lagu-lagu rakyat yang sudah dibawa oleh para pendatang sebelumnya
dari Inggris, sehingga lebih dikenal dengan sebutan Anglo-American Folksongs. Mereka menggunakan musik pentatonik dan melodi modal seperti: Dorian, Myxolydian, dll. Tema-
tema yang umumnya dipakai dalam himne-himne mereka adalah pertobatan orang berdosa, antisipasi terhadap kematian, dan kepastian akan penghakiman terakhir.
Pada awal abad ke-19, gerakan Camp-meeting juga melanda Amerika, dimulai dari Carolina dan Kentucky. Gerakan ini adalah gerakan interdenominasi, karena gerakan ini
dipelopori oleh gereja-gereja Methodist, Presbiterian dan juga Baptist. Lagu-lagu camp-meeting ini menggunakan bahasa yang sederhana; lagunya seperti lagu rakyat sehingga mudah dipelajari
dan mudah dinyanyikan serta banyak pengulangan; pada umumnya bertemakan keselamatan bagi yang berdosa. Selain itu, gerakan ini juga memperhatikan masalah-masalah sosial, seperti:
kepentingan anakanak, hak-hak wanita, tenaga kerja anak-anak, hak-hak buruh, dan lain-lain; khususnya gerakan anti-perbudakan yang menyebabkan Perang Sipil Civil War di tahun 1861.
Universitas Sumatera Utara
Dari abad ke-18 sampai awal abad ke-19, banyak gerakan-gerakan baru bermunculan di Amerika, antara lain: Gerakan Sekolah Minggu Sunday School Movement, 1824; Negro
Spiritual, 1870; Gospel Songs, 1874; dan lain-lain. Banyak sekali lagu-lagu himne yang tercipta untuk kebutuhan Gerakan Sekolah Minggu
ini. Komposer-komposer yang terkenal antara lain adalah William Bradbury 1816-1868, yang sudah menulis: Jesus loves me Yesus
kasih ‘kan daku-PPR 334, He leadeth me Muchalislah Pemimpinku-PPR 111, Sweet hour of prayer Inilah saat minta doa-PPR 160, Just as I am,
without one plea Seadanya ku tak layak-PPR 42, My hope is built on nothing less, Saviour like a shepherd lead us Yesus seperti gembala. Selain itu adalah Fanny Crosby 1820-1915,
penulis syair yang sudah buta sejak lahir, yang syair-syairnya ditambahkan oleh William H. Doane 1832-1915 sehingga dapat dinyanyikan, seperti: Blessed Assurance Jaminan mulia,
Praise Him Praise Him Puji Puji, Pass me not, O gentle Saviour Jangan Engkau lalui, Jesus keep me near the cross Bawalah aku dekat ke salib, To the work Marilah bekerja.
Robert Lowry 1826-1899 juga adalah penulis lagu-lagu himne yang terkenal, juga Elizabeth P. Prentiss, Phoebe P. Knapp dengan
“Jesus is tenderly calling thee home”; Joseph M. Scriven dengan
“What a friend we have in Jesus” Yesus sahabat sejati; juga Londoner Katherine Hankey yang menulis
“I love to tell the story” Kusuka mengabarkan Injil; dll. Dalam masa Gospel Era, penginjilan keliling merebak dan di belakang masing-masing
penginjil besar itu terdapat penulis lagu-lagu himne, contohnya: Major D.W. Whittle, penginjil bekerja sama dengan Phillip P. Bliss. Lagu-lagunya antara lain adalah: I gave My life for thee
Nyawaku diberikan, It is well with my soul Nyamanlah Jiwaku, Whosoever will Lemah lembut suara Yesus memanggil, Wonderful words of life Kalam memberi hidup. Kemudian
pasangan D.L. Moody dan Ira D. Sankey, kumpulan dari lagu-lagu himne pada masa Gospel Era ini dibukukan dalam buku-buku: Gospel Songs milik Bliss, 1874; Gospel Hymns and Sacred
Songs milik Sankey dan Bliss, 1875; sedangkan Sankey, Stebbins dan McGranahan
Universitas Sumatera Utara
menerbitkan Gospel Hymns nomor 2-6 masing-masing pada tahun 1876, 1878, 1883, 1887, 1891. Lalu semuanya dikumpulkan menjadi satu edisi Gospel Hymns Complete pada tahun
1894.
2.2 Perkembangan Nyanyian di Gereja HKBP
Sebelum membahas bagaimana perkembangan musiknyanyian gereja HKBP, penulis ingin memberikan gambaran umum tentang berdirinya HKBP di Tanah Batak Toba. Gambaran
umum tentang sejarah HKBP ini sekaligus mempunyai hubungan tentang perkembangan nyanyian gereja di HKBP.
2.2.1 Berdirinya HKBP
HKBP berdiri pada tanggal 7 Oktober 1861, tanggal itu menjadi titik balik sejarah penginjilan dan sejarah gereja HKBP. Sejarah penginjilan dan sejarah gereja adalah ibarat dua
sisi dari satu mata uang yang sama. Gereja tanpa penginjilan bukanlah gereja. Itulah sebabnya peristiwa 7 Oktober 1861 diartikan dan dimaknai dari dua segi, yakni penginjilan
dan gereja. Pada awalnya tanggal 7 Oktober 1861 adalah titik balik penginjilan dari lembaga sending
Rhein di dunia ini. Karena jauh sebelum tahun 1861 sending Rhein telah membuka daerah penginjlannya di Namibia
– Afrika Selatan, Cina, Kalimantan dan di Afrika Utara. Tetapi sejak 7 Okto e
di uka suatu dae ah pe gi jila a u di “u ate a, Batakla de atau Tanah Batak. Dae ah pe gi jila a u i i di e i a a Batta issio yang kemudian disebut
Batak mission atau Missio – Batak . Tanggal lahir Batak Mission di tentukan pada 7
Universitas Sumatera Utara
Oktober 1861 bertepatan dengan tanggal dari rapat pertama para penginjill utusan RMG di Tanah Batak.
Badan Zending penginjilan Rheinische Mission Gesselschaf RMG berdiri di Barmen, Jerman pada tahun 1828 sebagai gabungan badan-badan zending di Jerman yang
dilatarbelakangi kesalehan, kebangunan rohani dan kebangunan pekabaran Injil. Pada tanggal tersebut, dua misionaris RMG yang sebelumnya bekerja di Kalimantan yakni
Klammer dan Betz bersama dua misionaris dari Ermelo, yakni van Asselt dan Heine melakukan Rapat di Sipirok untuk memulai pekerjaan RMG di tanah Batak. Di samping itu,
pada tahun itu juga ditandai dengan masuknya orang Batak menjadi Kristen untuk pertama kalinya yakni Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar, melalui baptisan kudus yang
dilakukan Pdt Van Asselt di Sipirok.
46
Na a Batak Mission telah elekat dala i gata pa a pe gi jil ‘MG da juga u at Kristen Batak yang terhimpun dalam berbagai huriajemaat. Penginjil Dr. Johannes Warneck
Ephorus sejak 1920-1932 menulis sebuah buku dalam rangka dalam menyambut jubileum Batak- Mission ke-
da tahu de ga judul : “e hzi g Jahre Batak issio i “u atera 60 tahun Mission
– Batak di Sumatera.
47
Pemaknaan sedemikian juga telah dijemaatkan oleh para pelaku sejarah
Batak issio sejak 1905 : tanggal 7 Oktober 1861 adalah hari jadi Batak Missio di Tanah Batak.
Tahun 1936 dimaknai oleh HKBP sebagai hari jadi HKBP sebagaimana termaktub dalam buku Jubileum 75 tahun HKBP: 1861-1936. Buku jubileum tersebut adalah hasil karya tulis
46
Moksa Nadaek, et al. 1995. Krisis HKBP. Biro Informasi HKBP
47
J. Warneck, Sechzing Jahre Batakmission in Sumatera 60 tahun Mission – Batak di
Sumatera, Berlin, 1925. Tentang Rapat 7 Oktober 1861 baca hal., 22
Universitas Sumatera Utara
majelis pusat HKBP 1936.
48
Lembaga pengiilan RMG terpaksa mengakhiri pelayananya di Tanah Batak 1940 akibat perang dunia II. Pada tahun 1949 lembaga penginjilan RMG menyerahkan
secara resmi seluruh assetnya di Tanah Batak kepada HKBP sebagai lembaga kegerejaan hasil penginjilan lembaga Pekabaran Injil RMG.
Pemahaman akan makna hari lahir HKBP sedemikian juga dikemukakan Ephorus J. “iho
i g dala ajalah I a uel te ita 1951, untuk mengingat 90 tahun : parmulaan
i ulao i Ko gres issio Bar e ‘.M.G di ta o ta o , a a g ari hatutu u i huria ta…. Pa 90-
haliho .
49
Arti ya Per ulaa pelaya a ‘MG di ta ah kita atau Hari kelahira Gereja kita . DR. T.S. Sihombing selaku Sekjen HKBP dan redaktur Immanuel mengungkapkan
apresiasi kepada lembaga ‘MG se agai ula-ula i De ata alat di ta ga Allah u tuk
pararatho Barita auli e e a ka e ita kesukaa da paojakhon Huria ni Kristus i di
tongatonga ni bangsont a mendirikan Gereja Kristus di tangahtengah bangsa kita .
50
Beliau memandang bahwa lembaga RMG adalah
I a i Huria Kriste Batak Protesta ibu dari HKBP.
Kata Huria bisa diartikan sebagai Jemaat. Kata Batak menjadi salah satu identitas, sering dipahami khalayak ramai sebagai sisi pembatasan atau ketertutupan bagi orang lain
di luar suku Batak. Hal itu semakin diperkuat dengan asal muasal, tempat kelahiran dan Kantor Pusatnya di Tapanuli Utara, latar belakang dan sejarah pertumbuhan, perkembangan
dan keanggotaannya yang mayoritas orang Batak. Namun dalam Tata Gereja HKBP memakai istilah Aturan untuk Anggaran Dasar dan Peraturan untuk Anggaran Rumah
Tangga HKBP. Pasal 1 Aturan disebutkan bahwa HKBP adalah wadah persekutuan dari
48
Hoofdbestuur ni HKBP,Eben-Ezer:75 taon huria Kristen Batak Protestant, Laguboti: Sendings-Werkplatsen, tanpa tahun.
49
Sihombing, “ Parningotan di ari 7 Oktober 1861-1951”, dalam Immanuel 1861-7 Oktober - 1851 nomor parolopolopon, hal., 7.
50
T. Sihombing, “ Redaksi : Hata Patujolo “, dalam “ Immanuel 71051”, hal., 3.
Universitas Sumatera Utara
orang yang berasal dari segala kelompok, kalangan dan suku bangsa yang berada di seluruh Indonesia, serta di seluruh dunia ini, yang dibaptiskan ke dalam nama Allah Bapa,
AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Pasal ini dengan jelas memperlihatkan bahwa HKBP bukanlah gereja atau organisasi kristen yang bersifat kesukuan, melainkan ia terbuka
untuk seluruh suku bangsa dan bangsa-bangsa di dunia.
51
HKBP memiliki jemaat sekitar 4.5 juta anggota di seluruh Indonesia. HKBP juga mempunyai beberapa gereja di luar negeri, seperti di
Singapura ,
Kuala Lumpur ,
Los Angeles ,
New York ,
Seattle dan di negara bagian
Colorado . HKBP adalah anggota
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia PGI, anggota
Dewan Gereja-gereja Asia CCA, dan anggota
Dewan Gereja-gereja se-Dunia DGD. Sebagai gereja yang
berasaskan ajaran Lutheran
, HKBP juga menjadi anggota dari Federasi Lutheran se-
Dunia Lutheran World Federation yang berpusat di
Jenewa ,
Swiss .
52
Pada mulanya ruang lingkup HKBP hanya terbatas dalam wilayah dan kehidupan orang Batak di Tapanuli. Pada masa-masa awal, HKBP hanya memakai bahasa Batak
Toba, Simalungun, Angkola dan Pakpak sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan bergereja. Seiring dengan perkembangan di wilayah Nusantara, terutama setelah
Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, HKBP semakin bergerak ke luar tanah Batak, khususnya ke Sumatera Timur, Jawa dan kemudian ke seluruh pelosok tanah
air dan bahkan luar negeri. Perkembangan yang sedemikian rupa itu, ditambah dengan amanat Tata Gereja yang terbuka untuk seluruh suku, maka bahasa yang dipakai di HKBP
berubah, tidak lagi hanya bahasa Batak, tetapi juga bahasa Indonesia dan bahasa-
51
Op, Cit., Moksa Nadaek, et al. hal., 5.
52
Jubileum 150 Tahun HKBP – Bahan Penelahan Alkitab
Universitas Sumatera Utara
bahasa lain yang dimengerti oleh warga. Sejak tahun 50-an, HKBP telah memulai kebaktian berbahasa Indonesia di gereja-gereja HKBP yang ada di wilayah Jawa, khususnya Jakarta.
Pada mulanya hal ini diprakarsai para pemuda dan khusus dilakukan untuk ibadah-ibadah pemuda. Pemakaian bahasa Indonesia itu kemudian berlanjut dan berkembang hingga
ke Tapanuli. Dalam berbagai acara dan dokumen-dokumen HKBP, bahasa Indonesia telah dipakai secara resmi. Dengan tetap mempertahankan pemakaian bahasa Batak itu, memang
harus diakui adanya kaitan yang khusus antara masyarakat Batak dengan HKBP dan sekaligus menjadi salah satu bagian yang kuat dalam memelihara kelestarian budaya Batak. Bahasa
sebagai salah satu pengungkapan budaya tetap dipakai dan dikembangkan di dalam kehidupan bergereja. Warga HKBP yang menyebar keseluruh pelosok tanah air, bahkan
hingga ke luar negeri, minimal dapat mendengar bahasa Batak secara serius dalam kebaktian maupun acara-acara lain yang bersifat gerejawi.
53
Pdt Ingwer Ludwig Nommensen merupakan nama yang sangat dihormati warga H KBP termasuk masyarakat Batak. Ia bahkan sering disebut sebagai rasul tanah Batak, sebagai
pengakuan terhadap berbagai karya dan ketekunannya dalam memajukan HKBP khususnya dan tanah Batak umumnya.
Sebelum Nommensen datang ke tanah Batak pada tahun 1862, beberapa penginjil dari berbagai negara telah menginjakkan kakinya ke tanah Batak. Penginjil Burton dan Ward
adalah yang pertama, sebagai utusan Gereja Baptis Inggris ke tanah Batak tahun 1824. Mereka langsung kembali tanpa meninggalkan karyanya. Menyusul kemudian adalah Pdt
Munson dan Lyman dari Badan Zending Amerika pada tahun 1829. Mereka ini mengalami nasib yang tragis dan menjadi martir, terbunuh di Lobu Pining, Tapanuli Utara. Setelah itu,
53
Op, cit., Moksa Nadaek, et al. hal., 6.
Universitas Sumatera Utara
van der Tuuk pada tahun 1849 yang menyalin sebagian Injil ke bahasa Batak dan Pdt van Asselt pada tahun 1857 yang berhasil membaptis orang Batak menjadi Kristen untuk yang
pertama kali. Dua orang terakhir ini berasal dari Belanda. Nommensen adalah penginjil yang diutus RMG, suatu Badan Zending di Jerman. Ia
melayani di tanah Batak sejak bulan Mei 1862 dan tercatat sebagai Ephorus
54
HKBP yang pertama dan juga orang yang pertama berhasil membangun jemaat di tanah Batak, yakni
di Huta Desa Dame, Saitnihuta Tarutung tanggal 20 Mei 864. Jabatan Ephorus dipangkunya sejak tahun 1881 hingga meninggal dunia pada tanggal 23 Mei 1918 di
Sigumpar. Tahun pengangkatannya sebagai Ephorus merupakan tahun terbitnya Tata Gereja Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangga HKBP.
Selama kurang lebih 56 tahun melayani dan memimpin, Nommensen berhasil meletakkan semacam kerangka dasar HKBP, yang di kemudian hari dikembangkan para
pemimpin berikutnya. Selain melaksanakan pemberitaan Injil sebagai tugas utama, paling tidak ada empat hal lain yang menjadi benang merah yang berkesinambungan
dalam sejarah HKBP yang tidak dapat dilepaskan dari peranan Nommensen, yakni: pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial komunikasi dan percetakanpenerbitan. Hal
itu terbukti dengan adanya sekolah-sekolah, rumah sakit, panti asuhan yang dibangun pada masa Nommensen dan hingga kini masih terus dilanjutkan oleh HKBP.
Dalam hal pendidikan, pada tahun 1868 misalnya, HKBP telah membuka Sekolah Guru di Parausorat, Sipirok. Bahkan dalam bidang pendidikan teologi, HKBP
merupakan pelopor di Indonesia ketika membuka Sekolah Pendeta pada tahun 1883. Demikian juga dalam hal kesehatan dan pelayanan sosial. Pada tanggal 2 Juni 1900 berhasil
54
Ephorus adalah pimpinan tertinggi dalam struktur HKBP
Universitas Sumatera Utara
dibangun rumah sakit di Pearaja yang kemudian dikembangkan menjadi Rumah Sakit Tarutung dan pada tanggal 5 September tahun yang sama dibangun panti sosial bagi orang
yang menderita penyakit kusta di Huta Salem. Sementara itu, dalam bidang komunikasi, pada tanggal 1 Januari 1890, HKBP menerbitkan majalah Immanuel.
Sekolah untuk umum, walau masih terbatas untuk kalangan tertentu seperti anak raja dan tokoh-tokoh masyarakat waktu itu juga dibuka di Narumonda pada tahun 1900.
Sekolah ini selain memberikan pelajaran umum, juga memberikan ketrampilan teknik pertukangan. Salah satu tenaga pengajarnya pada waktu itu adalah Pdt Otto Marcks. Sekolah
ini kemudian berubah menjadi seminari pada tahun 1905 dan anak didiknya tidak lagi terbatas untuk kalangan elite tetapi sudah terbuka untuk umum. Sekolah umum ini adalah
yang pertama di tanah Batak, sebab baru pada tahun 1911 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Holland Inlands Schools HIS di Sigompulon, Tarutung.
2.2.2 Nyanyian Jemaat di HKBP