Etnografi HKBP Helvetia Kesimpulan

yang didirikan oleh gereja HKBP Helvetia. Peserta rapat terdiri dari Penetua-penetua gereja HKBP Helvetia, mewakili jemaat HKBP Helveti dan Penetua-penetua dari gereja tetangga disekitar Desa Parladangan Gereja Katolik, GKPI dan HKBP. Hasil dari pertemuan tersebut adalah, memberikan mandat bagi Bapak Aritonang seorang pengusaha Penggilingan Padi di Desa Parladangan untuk meneruskan kelanjutan Sekolah Dasar yang dibentuk Gereja Helvetia sebelumnya. Bapak Aritonang kemudian membangun gedung sekolah yang baru dan memindahkan lokasi belajar di gereja ke jalan Boom. Nama sekolah ini kemudian dikenal dengan Perguruan Markus yang sampai sekarang masih beroperasi. Saat ini, Perguruan Markus sudah membuka sekolah TK, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah Atas SMA dan Sekolah Luar Biasa SLB 69 .

5.3 Etnografi HKBP Helvetia

Letak geografis dari gereja HKBP Helvetia masuk dalam kecamatan Medan Helvetia yang berbatasan dengan Medan Sunggal disebalah Barat, Medan Barat di Timur, Medan Petisah disebelah Selatan, Medan Marelan di sebelah Utara. Gereja HKBP Helvetia ini diapit oleh satu jalan utama dan dua jalan yang kesil, yaitu; 1 sebelah kiri gereja HKBP Helvetia adalah Jalan Flamboyan IV; 2 sebelah kanan gereja HKBP Helvetia adalah Jalan Flamboyan III; dan 3 didepan gereja HKBP Helvetia adalah Jalan Mawar. Posisi Gereja HKBP Helvetia tepat dilintasi oleh jalan utama di perumnas Helvetia sebelah kiri 69 Sekolah Luar Biasa SLB diperuntukkan untuk anak-anak yang mempunyai keterbelakangan mental. Universitas Sumatera Utara dari jalan Bomn, sehingga gereja HKBP Helvetia secara otomatis banyak dilewati oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Masyarakat di lingkungan sekitar gereja HKBP terdiri dari masyarakat yang heterogen, yaitu; dihuni oleh berbagai suku, seperti; suku Batak lainnya Karo, Simalungun, Mandailing, orang Jawa, orang Aceh, orang Padang, orang Sunda dan orang India Tamil. Walaupun masyarakat di sekitar gereja HKBP Helvetia terdiri dari berbagai suku dan agama, masyarakat disana dapat menjaga kerukunan beragama sehingga tercipta suasana yang damai dan hidup dengan tenteram. Toleransi beragama yang dijalin selama ini dapat dilihat dengan tidak adanya konflik-konflik yang terjadi antar agama walaupun tempat-tempat ibadah letaknya saling berdekatan. Gambar 11 Peta Kecamatan Medan Helvetia Dokumen Pemerintahan kota Medan Universitas Sumatera Utara Gambar 12: Gereja HKBP Helvetia Dokumen Pribadi

5.4 Pe ggu aa Lagu Las Roha gku Lao Ma uji Dala Ibadah Gereja

Dari hasil pengamatan secara langsung di gereja HKBP Helvetia dan juga hasil a a a a a g dilakuka pe ulis aka dapat disi pulka ah a pe ggu aa lagu Las Rohangku Lao M a uji dala i adah eliputi:

5.4.1 Partangiangan

Universitas Sumatera Utara Partangiangan berasal dari bahasa batak yang akar kata tangiang yang artinya doa, maka jika diartikan secara harafiah partangiangan dapat diartikan kegiatan doa. 70 Dalam kegiatan gerejawi, partangiangan lebih diartikan sebagai kegiatan ibadah yang lebik kompleks dari doa, yang di dalamnya ada nyanyian jemaat dan khotbah. Partangiangan dapat didefinikasikan ibadah untuk kelompok kecil ibadah yang dihadiri kira-kira 15 orang. Ibadah dalam kelompok kecil merupakan ibadah persekutuan saling mengenal satu sama lain. Ada beberapa jenis partangiangan yang sering ditemui saat ini, diantaranya; 1 partangiangan weik adalah partangiangan yang diadakan oleh pihak gereja yang mana jadwalnya disesuaikan dengan ketentuan gereja yang bersangkutan yang sudah disermonkan sebelumnya; 2 partangiangan lingkungan adalah partangiangan yang diadakan oleh lingkungan tertentu sesuai dengan jadwal yang disepakati sebelumnya; dan 3 partangiangan marga 71 adalah partangiangan yang diadakan oleh berdasarkan marga. Partangian-partangiangan yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba 72 selalu dimulai dengan ibadah. 73 Dalam ibadah tersebut, nyanyian jemaat merupakan hal yang penting sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Salah satu nyanyian pujian yang dikumandangkan adalah lagu Kami Puji Dengan Riang atau Lagu Las Rohangku Lao Mamuji. Berikut liturgi ibadah partangiangan weik oleh gereja HKBP: 70 Lothar Schreiner. Adat dan Injil: Perjumpaan Adat Dengan Iman Kristen di Tanah Batak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003. 71 Marga adalah kelompok kekerabatan yg eksogam prinsip perkawinan dan unilinear mengikuti satu garis arah, baik secara matrilineal maupun patrilineal KBBI 72 Wilayah kebudayaan etnik Batak Toba adalah daerah yang sebagian besar termasuk Tapanuli Utara, yang mengitari Danau Toba. Letaknya di sebelah tenggara kota Medan. Luas empat kabupaten di Tapanuli Utara adalah 10.605 km². Umumnya tanah di Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada ketinggian 70-2.300 meter di atas permukaan laut. Posisinya adalah berada pada 2º-3º Lintang Utara dan 98º-99,5º Bujur Timur Pemprovsu, 2003. Monografi Sumatera Utara. Medan: Pemprovsu. 73 Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yg didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. KBBI:2005 Universitas Sumatera Utara 1. Saat Teduh 74 2. Marende 3. Votum 75 4. Marende 5. Responsoria 6. Marende 7. Kotbah 76 8. Marende 9. Doa Syafaat 10. Marende 11. Doa Penutup 77 Gambar 13 Lagu Kami Puji Dengan Riang dalam ibadah Partangiangan Weik 74 Saat Teduh adalah disiplin ibadah pribadi secara teratur, melalui mana seorang Kristen memelihara hubungan rohani dalam anugerah penyelamatan Yesus Kristus, melalui Alkitab dan doa, untuk makin mengenal Allah, bertumbuh dalam segala kebenaran dan kehendak Allah untuknya. Pancar Pijar Alkitab Sabda.org 75 Votum adalah pembacaan ayat-ayat suci pada acara kebaktian di gereja Protestan sebelum khotbah KBBI 76 Khotbah adalah pengajaran akan kebenaran Firman Allah yang digenapi dalam Yesus Kristus dan penyertaan Roh Kudus. 77 Bahan Penelahan Alkitab Untuk Lingkungan Weik – Seri Jubileum 150 Tahun HKB, Kator Pusat HKBP. 2011, hal. 70-73 Universitas Sumatera Utara

5.4.2 Ibadah Martumpol HKBP

Martumpol e asal da i aka kata tumpol , a g e a ti e hadap-hadapan, tatap muka, dan dialog, maksudnya kedua calon mempelai datang ke gereja bersama orangtua keluarga masing-masing untuk menyampaikan kesepakatan mereka untuk melangsungkan pernikahan dan membentuk rumah tangga. Pada jaman dahulu di Tanah Batak partumpolon dilakukan di konsistori atau kantor gereja dan dihadiri terbatas oleh calon mempelai dan keluarga dekatnya, dan bukan sebuah perhelatan besar. Majelis gereja akan memeriksa kesiapan dan kesungguhan calon mempelai untuk menikah. Selain kelengkapan administrasi akta baptis dan sidi, surat keterangan dari gereja asal bagi calon yang berasal dari luar jemaat bersangkutan Majelis akan menanyakan langsung apakah mempelai masih atau tidak lagi memiliki ikatan dengan perempuanlaki-laki lain. Sesuai dengan tradisi adat lama, orangtua wali pengantin juga akan ditanya apakah mereka pernah membuat ikatan dengan pihak lain untuk berbesan. Jika semua sudah beres maka Majelis Gereja akan meminta mempelai dan orangtua wali serta para saksi menandatangani surat perjanjian atau kesepakatan untuk menikah. Berdasarkan surat perjanjian inilah gereja akan mewartakan rencana pemberkatan nikah kedua calon mempelai selama dua minggu berturut-turut. Tujuannya adalah agar seluruh pihak mengetahui bahwa si A dan si B merencanakan hendak menikah, sebab itu jika ada keberatan yang sah dari seseorang maka dapat diajukan sebelum pemberkatan dilakukan. Dalam kebaktian ibadah martumpol yang dilakukan, pihak keluarga atau majelis sering memilih lagu Kami Puji Dengan Riang atau Las Rohangku LaoMamuji sebagai Universitas Sumatera Utara nyanyian pembuka. Hal ini menunjukkan bahwa martumpol merupakan suatu sukacita yang diberikan Tuhan bagi calon pengantin untuk mempersiapkan dirinya dituntun dan dibentuk oleh Tuhan agar menjadi sebuah keluarga yang baru. Universitas Sumatera Utara Gambar no. 14 Ibadah Martumpol di Gereja HKBP Helvetia Medan

5.4.3 Ibadah Pernikahan

Masyarakat Batak Toba yang secara tradisional bermukim di wilayah provinsi Sumatera Utara merupakan masyarakat yang patrilineal, di mana garis keturunan ditelusuri lewat sistem klan yang disebut marga. Keseluruhan marga yang ada saling berhubungan, dan meyakini bahwa mereka berasal dari satu keturunan. Hubungan sosial marga diatur dalam dalihan natolu harfiah: “tiga tungku”, yakni sebuah struktur kemasyarakatan yang dibangun berdasarkan tiga pilar: hula-hula pihak pemberi istri, boru pihak penerima istri, dan dongan sabutuha saudara seibu. Dalam setiap upacara Universitas Sumatera Utara adat kita dapat melihat bagaimana peran serta hubungan relasional dari ketiga pihak tersebut terhadap individu atau keluarga yang mengadakan upacara suhut tercermin. Dalam tradisi perkawinan, masyarakat Batak Toba menganut konsep bahwa sebuah ikatan perkawinan merupakan penyatuan dua set dari unsur dalihan na tolu dari dua keluarga luas individu yang akan menikah. 78 Pernikahan dalam pandangan Kristen adalah suatu proses dimana terdapat campur tangan Tuhan dalam mempertemukan seorang laki-laki dengan seorang perempuan dewasa dalam ikatan pernikahan yang suci dan berjanji dihadapan Tuhan untuk setia sehidup semati, dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit tanpa dapat dipisahkan oleh seorangpun kecuali oleh kematian. Dalam kebaktian ibadah pernikahan yang dilakukan, keluarga atau pengantin sering memilih lagu Kami Puji Dengan Riang atau Las Rohangku LaoMamuji sebagai nyanyian pembuka. Hal ini tidak terlepas dimana pernikahan ini merupakan sukacita besar yang diberikan Tuhan bagi pengantinkeluarga. 78 Hutajulu. Rithaony, “Uang dan Adat Perkawinan Batak Toba.” Majalah Gong No. 101IX2008, halaman 25. Universitas Sumatera Utara Gambar. 15 Ibadah Pernikahan di Gereja HKBP Helvetia Medan

5.4.4 Ibadah Perayaan Natal

Bagi kebanyakan orang Kristen, masa Natal mulai pada hari Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya Santo Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Pada masyarakat Batak Toba, perayaan natal sudah dimulai setelah Adven yang pertama sampai tanggal 30 Desember. Perayaan natal yang sering dilakukan oleh masyarakat Batak Toba mencakup perayaan natal; marga, lingkungan Serikat Tolong Universitas Sumatera Utara Menolong STM, Instansi NegeriSwastap; dan natal keluarga. Dalam ibadah natal tersebut, lagu Kami Puji Dengan RiangLas Rohangku Lao Mamuji sering dipilih sebagai yanyian jemaat. Lagu ini dimaknai sebagai nyanyian sukacita karena kelahiran Tuhan Yesus juru selamat manusia. 79

5.4.5 Ibadah Mangompoi Jabu

Mangopoi Jabu adalah sebuah acara adat Batak Toba dimana satu keluarga memasuki rumah yang baru atau menempati rumah baru. Pada acara tersebut dilaksanakan acara adat yaitu memberikan tudu-tudu ni sipanganon kepada pihak hula-hula. 80 Dalam masyarakat Batak Toba, biasanya satu keluarga hanya diperbolehkan melakukan acara Mangopoi Jabu satu kali saja. Rumah tersebut dilarang untuk dijual dan diharapkan menjadi tempat tinggal sampai hari tuanya nanti. Biasanya hewan yang dipotongdisembelih dalam acara adat ini adalah sigagat duhut KerbauLembu. Pada saat ini pelaksanaan acara Mangopoi Jabu sudah mengalami perubahan seperti; hewan yang disembelih tidak harus KerbauLembu, hal ini disesuaikan dengan kemampuan ekonomiyang melaksanakan hajatan; terkadang adakeluarga yang melaksanakan Mangopoi Jabu lebih dari satu kali; dan dalam kondisi tertentu sudah ada keluarga yang mana sebelumnya telah melaksanakan acara Mangopoi Jabu, kemudian menjual rumah tersebut. Sebelum acara adat dilaksanakan biasanya dilakukan ibadah yang dipimpin oleh pihak gereja pendeta dan penetua gereja. Nyanyian Kami Puji Dengan RiangLas 79 Pdt. Anggiat Hutabarat, S.Th pendeta Resort HKBP Helvetia Madan 80 Tudu-tudu sipanganon arti harafiahnya penanda perjamuan lazim disebut na margoar bila lengkap bagian-bagian hewan yang diberi nama sesuai dengan yang berhak menerimanya dalam parjambaran atau pembagian daging hewan. Tudu-tudu sipanganon adalah bagian-bagian tertentu hewan sembelihan yang diletakkan di tengah-tengah sebagai simbol penghormatan hasuhuton kepada undangannya khususnya hula-hula. Maksudnya: untuk menjamu hula-hula pihak hasuhuton tuan rumah tidak membeli daging kiloan rambingan tetapi rela mengorbankan nyawa satu ekor hewan. Sebagai balasnya hula-hula akan memberikan ikan dengke dan beras. beras disebut boras sipir ni tondi atau beras penguat roh. Universitas Sumatera Utara Rohangku Lao Mamuji sering dipilih sebagai nyanyian jemaat. Hal ini sebenarnya menunjuk kepada sukacita yang Tuhan berikan pada keluarga tersebut untuk dapat menempatimemasuki rumah baru. 81

5.4.6 Ibadah Gereja HKBP

Dalam setiap ibadah gereja HKBP yang dilaksanakan setiap minggunya sudah memiliki tata ibadah yang sudah baku yang sampai kini masih dipertahankan oleh pimpinan gereja dan jemaatnya. Dalam tata ibadah gereja HKBP peranan nyanyian jemaat menjadi penting, ini dapatdilihat bahwa tata ibadah yang dilaksanakan di gereja HKBP didominasi oleh nyanyian jemaat. Nyanyian jemaat HKBP diambil dari Buku Ende HKBP dan Buku Logu Suplemen khusus untuk gereja yang berbahasa Batak Toba. Salah satu nyanyian pujian yang sering dinyanyikan adalah lagu Las Rohangku Lao Mamuji BES No. 565. 81 Johannes Pangaribuan, S.Sn, seorang praktisi musik tradisi dan musik tiup di Kota Medan. 19 Juni 2011 di Medan Universitas Sumatera Utara Gambar 16 Acara Minggu Hari Kenaikan Tuhan Yesus Gambar 17 Acara Minggu Pagi di Gereja HKBP 5.4.7 Evanggelisasi Koor Evangelisasi adalah pewartaan Kristus, yang dilakukan dengan kesaksian hidup dan kata-kata. Dalam Gereja HKBP konsep dari Evanggelisasi adalah sebuah proses: 1 Didorong oleh kasih; 2 Menjadi saksi di dunia; 3 memberitakan Injil dengan tujuan utama pewartaan adalah pertobatan; 4 Memperkenalkan iman dan kehidupan kristiani kepada mereka yang telah menerima Kristus atau kepada mereka yang telah berbalik untuk mengikuti Kristus; 5 Secara terus menerus memelihara berkat persatuan dari Universitas Sumatera Utara umat Allah dengan cara memberikan edukasi secara terus menerus di dalam iman, sakramen-sakramen dan perbuatan kasih; dan 6 Secara terus-menerus mempromosikan misi dengan mengirimkan murid-murid Kristus untuk memberitakan Injil, baik dengan kata-kata maupun perbuatan kepada seluruh dunia, demi keselamatan jiwa-jiwa. http:katolisitas.org . Universitas Sumatera Utara Gambar 18 Evanggelisasi Koor: Lagu Kami Puji Dengan Riang Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Perkembangan nyanyian di gereja HKBP tidak terlepas dari perkembangan nyanyian gereja di Eropa, hal ini bisa terlihat dmulai dari masa Perjanjian Lama hingga jaman modern saat ini. Dalam sejarah kekristenan di Tanah Batak, musik berperan sebagai alat penginjilan dan membangun persekutuan orang-orang Batak. Para missionaris yang datang ke Tanah Batak sudah dilengkapi dengan pengetahuan teori musik dan mampu memainkan alat-alat musik. Salah satunya adalah missionaris Nommensen yang menterjemahkan lagu-lagu rohani berbahasa Jerman ke dalam bahasa Batak Toba di Sipirok tahun 1871-1872 Nomensen, tth:93. Penerjemahan lagu gereja ke bahasa Batak Toba juga dilakukan oleh missionaris Johannsen, Puse, Metzler, Meerwaldt, Pdt. Otto Marcks, Paul Gerhard dan Pdt. Batak yang pertama. Hasil dari terjemahan lagu-lagu yang kemudian menjadi lagu-lagu dalam Buku Ende HKBP Immanuel, 1907:75-84. Melodi Lagu Las ‘oha gku Lao Ma uji adalah adaptasi elodi Ge aka Fi ale Simfoni Kesembilan Beethoven. Pengertian adaptasi dalam tulisan ini adalah mengambil sebahagian materimelodi dari sebuah komposisi dan kemudian dilakukan penyesuaian- penyesuaian terhadap komposisi yang baru. Hasil akhir dari suatu proses adaptasi adalah memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan seperti halnya dalam ritmik, harmoni, kunci, melodi, bentuk lagu dan intrumentasi yang digunakan. Universitas Sumatera Utara Simfoni kesembilan adalah simfoni terakhir dari komponis Beethoven yang terdiri dari 4 gerakan. Gerakan finale dari Simfoni Kesembilan adalah gerakan yang memasukkan koor didalamnya. Fungsi koor disini adalah untuk menggantikan dominasi instrumen sebelumnya dan juga untuk memberikan unsur humanisme didalam. Gerakan finale memakai bentuk Tema dan Variasi dimulai dengan bagian introduksi yang panjang. Bagian introduksi ini memaparkan motif dan tema dari tiga gerakan sebelumnya, oleh karena itu, simfoni ini dikenal juga dengan bentuk siklus. HKBP berdiri pada tanggal 7 Oktober 1861, tanggal itu menjadi titik balik sejarah penginjilan dan sejarah gereja HKBP. Tanggal ini bertepatan dengan rapat pertama para penginjill utusan RMG di Tanah Batak. Sejarah berdirinya gereja HKBP di kota Medan tidak terpisahkan dari perkembangan kota Medan dan daerah-daerah sekitarya terutama Deli Serdang dan Langkat, sebab di daerah ini sudah berkembang perusahaan-perusahaan tembakau, karet, teh dan lain-lain pada abad 19. Hal tersebut mendorong kaum muda dari arah Tapanuli untuk merantau ke Medan. Kebiasaan orang Batak di daerah asalnya juga di bawa di perantauan, mereka setiap minggunya pergi ke gereja-gereja yang sudah berdiri sebelumnya di kota Medan. Semakin bertambahnya orang Batak yang menetap di Medan mendorong mereka untuk bersama-sama mendirikan Gereja HKBP di kota Medan. Gereja HKBP Helvetia pada awalnya berdiri di lahan bekas PT Perkebunan IX yang sering disebut sebagai Tanah Garapan. Sejarah berdirinya gereja ini mempunyai perjalanan yang panjang hingga kondisi saat ini. Universitas Sumatera Utara Nyanyian jemaat HKBP pada awalnya bersumber dari nyanyian gereja di Jerman dan Belanda serta negara-negara lainnya, tetapi seiring dengan waktu pada tahun 2004 HKBP menerbitkan Buku Ende Suplemen. Sumber nyanyian Buku Ende Suplemen HKBP dari nyanyian gereja di Eropa dan juga nyanyian daerah di Indonesia. Nyanyian jemaat HKBP yang ada sampai saat ini banyak diterjemahkan oleh missionaris-missionaris yang datang ke Tanah Batak seperti: Nommensen, Johannsen, Puse, Metzler, Meerwaldt, Pdt. Otto Marcks, Paul Gerhard dan Elfriede Harder. Hasil analisis musik: a. Frasa terdiri dari dua bagian, yaitu: farasa pertama dari birama 1-8 dan frasa kedua dari birama 9-16. b. Motif terdiri dari tiga bagian, yaitu; motif a adalah mulai birama 1- , otif a mulai birama 5-8. Motif b mulai dari birama 9- da otif a ula ga da i birama 13-16. c. Jenis kadens yang digunakan dalam lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” adalah authentic cadence dan half cadence. d. Tempo untuk lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” adalah antara 75-90 dalam skala Metronom Maelzel. e. Aspek melodi meliputi; tangga nada yang digunakan adalah G mayor; ambitus adalah satu oktaf dar i ada D sa pai de ga D ; da tekstu lagu Las ‘oha gku Lao Ma uji adalah ho ofo i. f. Lagu Las ‘oha gku Lao Ma uji e akai ga a okal a pu a , aitu: Ga a silabis dan Gaya neumatis. Gaya silabis lebih kental terasa dalam lagu tersebut Universitas Sumatera Utara dibandingkan dari Gaya neumatis yang hanya terdapat di birama 10 dan birama 11 ketukan kedua. g. Analisis syair melliputi: a Pe ipta lagu Las ‘oha gku Lao Ma uji adalah Henry van Dyke. Ide penciptaan lagu ini muncul ketika Henry Dyke mengagumi keindahan dan kemegahan pegunungan Berkshire di Massachusetts, ia berpikir akan segala sesuatu dalam hidupnya yang dapat memberikan kegembiraan. Hendry Dyke berpikirlah pada banyak hal yang telah Tuhan ciptakan untuk memberikan sukacita pada kita, seperti; sinar sang surya, bunga-bunga, pegunungan, burung-burung, dan terutama pengampunan Tuhan dalam kehidupan kita. b Pola “ajak lagu Las ‘oha gku Lao Ma uji e ggu aka pola sajak yang sama setiap barisnya yaitu pola sajak a-a-a-a. c Pola Meter meter lagu Las ‘oha gku Lao Ma uji termasuk ke pola meter Irregular Meter IM dimana pola meternya tidak memiliki ketentuan atau tidak beraturan. d Pola Lite atu , lagu Las ‘aha g Lao Ma uji e ggu aka pola literature Litani yaitu, lagu Pujian yang dinyanyikan bagi Tuhan atas segala sukacita yang telah diberikan kepada umatnya.

6.2 Saran

Dokumen yang terkait

Adaptasi dan Analisis Nyanyian Jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan): Studi Kasus pada Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”

11 172 203

Fenomena Perpindahan Jemaat Sebagai Simbol Perlawanan Terhadap Gereja Konvensional (Studi Pada : Gereja Kristen Baitany Hotel Pardede di Kota Medan)

5 153 105

Pola Interaksi Antar Jemaat (Studi Deskriptif pada Gereja HKBP Pabrik Tenun Medan)

3 77 87

Analisis Modal Kerja Pada Yayasan Dana Pensiun HKBP (Huria Kristen Batak Protestan)

1 81 69

Makna Sinamot dalam Penghargaan Keluarga Isteri pada Sistem Perkawinan Suku Batak Toba (studi kasus pada masyarakat Batak Toba Kristen Gereja HKBP dengan Gereja Kharismatik Di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi)

14 165 80

Analisis Pengaruh Nyanyian Jemaat Terhadap Kualitas Ibadah Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Bukit Zaitun Makassar

0 1 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus Konflik Islam – Kristen dalam Pembangunan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Loa Duri di Gunung Batu Kutai Kartanegara

1 1 37

Adaptasi dan Analisis Nyanyian Jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan): Studi Kasus pada Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”

2 6 38

1.8 Sistimatika Penulisan - Adaptasi dan Analisis Nyanyian Jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan): Studi Kasus pada Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”

0 2 35

BAB I PENDAHULUAN - Adaptasi dan Analisis Nyanyian Jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan): Studi Kasus pada Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”

0 2 28