PENUTUP Semiotika citra kesultanan Turki Usmani dalam Film Dracula Untold

Media massa dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yakni media cetak, media audio visual, dan media online. Film termasuk ke dalam kategori media audio visual. Oleh karena itu, film sebagai salah satu bentuk media massa memiliki kelebihan dalam hal jangkauannya yang luas, menyampaikan pesan, dan memiliki unsur persuasi 3 . Namun, film sebagai media komunikasi massa juga memiliki kelemahan, yakni sifatnya yang sekilas, sehingga untuk menangkap pesan secara utuh dari film, orang tidak bisa mengalihkan perhatiannya kepada hal lain atau melakukan kegiatan lain, mereka akan terfokus pada film yang ditonton. Film merupakan salah satu produk komunikasi massa yang memuat berbagai informasi di dalamnya. Sebagai sumber informasi, bentuk komunikasi atau makna pesan yang dihadirkan oleh film adalah semu, dimana pemberi makna yang sebenarnya bukanlah di film tersebut, melainkan orang-orang dibalik film, yakni produser, sutradara, dan penulis naskah.

2. Jenis dan Klasifikasi Film

Film dibagi ke dalam tiga jenis, yakni dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Berikut adalah penjelasannya: a. Film Dokumenter Film dokumenter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai sebuah dokumentasi dalam bentuk film mengenai peristiwa bersejarah yang mempunyai makna khusus yang berfungsi sebagai alat penerangan atau alat pendidik 4 . Film dokumenter merupakan jenis film yang bersifat nonfiksi, ia mengeksplorasi kejadian historis dan fenomena 3 Vivian, Teori Komunikasi Massa, h. 4-6. 4 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 316. alam maupun sosial yang benar-benar terjadi di masyarakat 5 . Film jenis ini merupakan film yang menyajikan fakta, dimana dalam pembuatannya berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang sebenarnya. Penonton akan lebih mudah dalam memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan dalam film jenis dokumenter, karena film jenis ini tidak menampilkan tokoh antagonis maupun protagonis seperti film fiksi. Film dokumenter dibuat dengan struktur bertutur yang sederhana. b. Film Fiksi Film fiksi dibuat menggunakan cerita rekaan dan memerlukan per adegan yang sudah dirancang sejak awal. Produksi film ini membutuhkan persiapan yang matang, sehingga relatif lebih lama dalam pembuatannya. Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam membuat film juga lebih banyak, bervariasi dan mahal. c. Film Eksperimental Film eksperimental memiliki struktur yang dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin. Umumnya tidak bercerita tentang apapun, bahkan kadang menentang kausalitas, film ini berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami karena menggunakan simbol-simbol personal yang diciptakan sendiri. 5 Vivian, Teori Komunikasi Massa, h. 180. Sedangkan dalam hal pengklasifikasian, film dibagi berdasarkan genre. Saat ini, film-film di dunia telah memunculkan beberapa genre, di antaranya komedi, drama, horor, musikal, dan laga 6 . Berikut di bawah ini merupakan penjelasannya: a. Komedi. Film ini mendeskripsikan kelucuan yang digambarkan oleh pemain. Alur ceritanya tidak kaku, tidak hambar, dan tidak hampa. Ada bumbu jenaka yang membuat penonton tidak bosan. b. Drama. Film yang menggambarkan realita di sekitar kehidupan. Alur ceritanya terkadang dapat membuat penontonnya tersenyum atau sedih. c. Horor. Film yang mengisahkan cerita-cerita menyeramkan. Alur ceritanya biasanya membuat jantung penonton berdegup kencang, menegangkan, dan berteriak histeris. d. Musikal. Film jenis ini penuh dengan nuansa musik. Alur ceritanya mirip seperti drama, hanya saja di beberapa adegan para pemain bernyanyi, berdansa, bahkan bebrapa dialog menggunakan musik seperti bernyanyi. e. Laga action. Film ini dipenuhi dengan aksi perkelahian, tembak- menembak, kejar-kejaran, dan adegan-adegan berbahaya lainnya yang menegangkan. Alur ceritanya sederhana, hanya saja menjadi luar biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton tidak beranjak dari kursi. 6 Ekky Imanjaya, Why Not: Remaja Doyan Nonton, Bandung: PT Mizan Bunaya Creative, 2004, h. 104.