Turki digambarkan sebagai kekuatan besar yang akan menguasai dunia. Hal ini membuat takut negara-negara lain akan semakin besarnya kekuatan Usmani.
Dinasti Usmani mengalami kemajuan dalam berbagai bidang terutama dalam ekspansi atau perluasan agama Islam. Kemajuan ekspansi Usmani bukan
hanya disebabkan oleh kekuatan politik para pemimpinya, tapi didukung pula oleh kekuatan militernya yang tangguh dan terampil.
Usmani terkenal dengan militernya yang kuat dan terkenal sebagai dinasti yang gigih dalam melakukan ekspansi ke berbagai negara Eropa. Mereka
menyerang Eropa dari arah barat Austria dan Spanyol, timur memerangi kelompok-kelompok Muslim yang bersekutu dengan Perang Salib, utara Rusia,
dan selatan Portugal sekaligus dalam satu waktu
4
. Kegigihan Usmani membuat bangsa Eropa takut, ditambah dengan pasukan Janisari mereka yang terkenal akan
kekuatannya, hingga akhirnya pada zaman kekuasaan Muhammad al-Fatih Konstantinopel dapat ditaklukkan.
Saat Konstantinopel sudah terbuka, Muhammad al-Fatih terus melanjutkan penaklukkannya di negara-negara Eropa. Dalam masa kuasanya, ia telah berhasil
menaklukkan Serbia, Morea Yunani Selatan, Wallachia, Bosnia, Crimea, Venice, Kroasia dan Dalmatia. Ia juga berhasil membersihkan daratan Anatolia
dari kaum salib. Oleh karena beberapa keberhasilannya inilah ia dijuluki “al- Fatih” yang berarti Sang Penakluk. Gelar ini diberikan atas keberhasilannya
menaklukkan Konstantinopel dan juga gigih dalam menaklukkan beberapa negeri.
4
Ibrahim dan Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam: Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini,
h. 807-808.
f. Adegan 6 00:18:34 – 00:18:42
Adegan ini menceritakan tentang Vlad yang mendatangi Sultan Mehmed II untuk bernegosiasi dan meminta sultan untuk membatalkan permintaannya.
Namun Sultan tetap meminta 1000 prajurit dari Vlad. Kemudian Vlad menawarkan dirinya sebagai pengganti 1000 anak laki-laki yang diminta oleh
sultan. Karena sebagaimana yang sudah diketahui bahwa kekuatan Vlad sebanding dengan 1000 anak laki-laki tersebut. Namun Sultan tetap menginginkan
1000 prajurit. Kemudian ia juga meminta anak Vlad untuk diasuh di istananya, sama seperti Vlad dahulu yang diasuh dan dibesarkan oleh ayah Mehmed.
Tabel 4.6 Adegan 6
Visual DialogSuara
Tipe Shot
Mehmed: Aku
butuh prajurit. Dan satu lagi,
putramu akan diasuh di istanaku, sama sepertimu
yang diasuh ayahku. Kau tetap akan bertahta.
Medium Shot,
sosok objek
Mehmed diperlihatkan
sampai pinggang
dengan jelas. Vlad: Kumohon jangan
lakukan ini Full
Shot, memperlihatkan
objek Vlad
dengan lingkungan sekitarnya.
Tidak ada suara Close
Up, agar
objek cap
perjanijian tergambar dengan
jelas.
Denotasi:
Pada gambar pertama terlihat Mehmed II yang sedang memegang pisau di tangan kanan, kemudian melukai ibu jari kirinya dengan pisau tersebut. Kemudian
pada gambar kedua Vlad sedang duduk di kursi. Di depannya terdapat meja dimana di atasnya ada selembar kertas perjanjian dan makanan camilan.
Kemudian pada gambar terakhir, adalah surat perjanjian yang bertuliskan arab. Di bawah surat tn ersebut ada tiga cap yakni cap bismillah, lambang Allah, dan cap
ibu jari sultan yang bertintakan darah.
Konotasi:
Apa yang dilakukan Mehmed di gambar pertama, yakni melukai ibu jarinya dengan pisau untuk menandatangani perjanjian tersebut menandakan
bahwa ia tidak main-main dengan permintaannya. Permintaan yang ia buat dibuat dengan perjanjian hidup, yakni darah. Kemudian pada gambar kedua, Vlad yang
terduduk di depan perjanjian tersebut dibuat menampilkan ekspresi yang tak berdaya. Permintaan akan 1000 anak beserta putranya yang akan diasuh oleh
Turki membuat ia tak bisa berbuat apa-apa. Disini digambarkan Vlad kecewa dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menolak permintaan sultan. Sedangkan Sultan
digambarkan seolah ia tak peduli, ia menjadikan perjanjian tersebut valid dengan cap darah yang ia tempelkan di atas surat perjanjian.
Dapat dilihat pada gambar ketiga, tiga cap yang terdapat di atas surat perjanjian tersebut adalah bismillah, cap Allah, dan tughra cap ibu jari sultan.
Dalam gambar ini seolah-olah digambarkan bahwa permintaan sultan adalah atas nama Allah, dengan adanya cap bismillah. Kemudian cap kedua adalah cap
lambang Allah. Shore menggambarkan secara tidak langsung bahwa apapun yang dilakukan oleh Usmani pada saat itu adalah atas ijin Allah. Padahal, Allah tidak
pernah mengajarkan kepada hambaNya melakukan perjanjian dengan cap atas namanya. Cap dengan darah juga ditandakan seolah sultan bersedia melakukan
apapun dengan mengatasnamakan Tuhan di atasnya dan rela melukai dirinya atas nama Tuhan. Hal ini merupakan penghinaan terhadap lambang Allah bagi orang
Muslim. Dikarenakan penggunaan darah, apalagi disejajarkan dengan lambang Allah di atas adalah haram hukumnya.
Dari adegan ini, nampaknya, Gary Shore memasukkan unsur perjanjian Kristen ke dalam perjanjian yang dibuat oleh Mehmed II dalam adegan di atas.
Sehingga memunculkan penafsiran yang menyesatkan opini publik bahwa Islam juga menggunakan perjanjian hidup dengan Tuhannya, yakni menggunakan tetes
darah. Padahal cap yang dipakai oeleh para sultan bukanlah darah, melainkan tinta berwarna merah.
Darah, dari dahulu dianggap sebagai lambang dari dunia hitam sihir. Dalam ilmu hitam, rasanya kurang afdol bila tidak ada darah, demikian juga
tenung dan santet selalu menggunakan darah. Bahkan cerita misteri hantu dan tahayul, tidaklah lengkap bila belum ada penggunaan darah.
Dalam ajaran Kristen, perjanjian dengan Tuhan menggunakan darah adalah bentuk perjanjian yang hidup. Perjanjian tersebut dianggap sah, dengan
adanya bukti yang hidup, yakni darah manusia, maupun darah hewan
5
. Perjanjian
5
Artikel diakses
pada tanggal
18 April
2015 dari
https:sangsabda.wordpress.comtagperjanjian-yang-hidup
tersebut dianggap orang yang mengorbankan darahnya menyatu dengan Tuhan dan bersifat kekal. Perjanjian bentuk ini tentu sangat meyusahkan seorang hamba.
Sedangkan dalam Islam, darah terbagi ke dalam tiga jenis, yakni darah yang mengalir, darah bangkai hewan dan darah haid. Darah seorang muslim
adalah haram hukumnya jika ditumpahkan. Dalam Al- Qur‟an surat Al-An‟am
ayat 145 dijelaskan:
“Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula
melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” Dalam ayat-ayat di atas dijelaskan bahwa darah yang mengalir dari
manusia itu haram hukumnya, apalagi jika dikorbankan atas hal-hal yang mengatasnamakan Allah SWT. Namun Shore memasukkan unsur ajaran Kristen
ke dalam film adegan ini sehingga menimbulkan opini di masyarakat Islam bahwa adegan ini melecehkan lambang Allah dengan mensejajarkannya dengan darah.
Adanya cap bismillah dan lambang Allah nampaknya menjadi unsur yang dijadikan tanda oleh pembuat film sebagai ciri dari umat Islam. Kata „bismillah‟
memiliki arti „dengan nama Allah‟. Di dalam setiap aktifitas, umat Muslim selalu mengawalinya dengan „bismillah‟, hal ini dilakukan agar segala hal yang kita
lakukan berorientasi kepada Allah SWT.