Profil Sultan Muhammad Al-Fatih
ia dapat mengawasi selat Bosphorus dan mencegah bantuan Kristen datang ke Konstantinopel. Kaisar Byzantium yang merasa takut akan direbutnya
Konstantinopel menawarkan diri untuk membayar upeti, tapi ditolak sultan. Dalam pengepungan ini, sultan mempersiapkan sekitar 250.000 orang
angkatan darat dan sekitar 180 kapal perang. Kemudian sultan mengumpulkan para panglima perangnya, lalu berkata:
“Jika kita sukses menaklukkan kota Konstantinopel, berarti sabda Rasulullah menjadi kenyataan dan mukjizatnya terbukti, dan kita akan
mendapat bagian dari apa yang telah dijanjikan sabda tersebut, yaitu kemuliaan. Sebab itu, sampaikanlah kepada satu per satu pasukan,
kemenangan besar yang akan didapatkan ini akan menambah kemuliaan dan keluhuran Islam. Untuk itu, setiap pasukan wajib menjadikan syariat
sebagai pegangan utama dan jangan sampai ada seorang pun dari mereka yang melanggarnya. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat ibadah
dan gereja-gereja, atau mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah
tak berdaya yang tidak ikut terjun ke pertempuran.”
7
Pada 29 Mei 1453 M, pasukan Usmani berhasil menerobos pertahanan Konstantinopel yang ketat, kaisar terbunuh dan kota dapat ditaklukkan. Setelah
Konstantinopel berhasil ditaklukkan, Muhammad al-Fatih menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan untuk mengumandangkan azan disana, dan
menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel diganti namanya menjadi Istanbul, dan dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani.
Sultan menjamin penuh keamanan penduduk Kristen di Konstantinopel dan memberi mereka kebebasan beribadah. Sultan juga membeli separuh gereja di
kota kemudian mengubahnya menjadi masjid, sementara separuh gereja lainnya tetap dibiarkan sebagai rumah ibadah bagi orang Kristen.
7
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam: Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini.
Penerjemah Zainal Arifin Jakarta: Zaman, 2014, h. 842.
Terbukanya Konstantinopel membuat arus ekspansi Turki Usmani ke Benua Eropa menjadi lebih mudah. Dengan arus ekspansi yang berlangsung
sangat cepat dan luas membuat Turki Usmani memiliki kemajuan-kemajuan di bidang kehidupan lainnya, seperti bidang kemiliteran, pemerintahan, ilmu
pengetahuan, agama, dan budaya. Setelah misi besarnya terhadap Konstantinopel sudah dilakukan, sultan
melanjutkan penaklukannya di Eropa. Ia dapat menaklukan Serbia, Morea, Wallachia, Bosnia, Crimea, dan Venice.
Selain itu, sultan juga memiliki rencana untuk melakukan penaklukan di Italia dan mengibarkan panji Islam di Roma. Sultan memulai rencananya dengan
menduduki Pulau Rhodes, namun gagal dan berakhir menandatangani kesepakatan damai pada tahun 885 H.
Muhammad al-Fatih wafat saat merencanakan penaklukan Italia pada 4 Rabiul Awal 886 H1481 M. Sepeninggalannya, ia telah membangun banyak
masjid, sekolah, tempat pemandian, rumah sakit, dan perguruan tinggi di berbagai wilayah.
Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama,
berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.