9 Perkembangan Ekonomi M akro Regional
Sementara itu, investasi yang saat ini menjadi perhatian Pemerint ah Sumut ialah pembangunan
bandara sekaligus jalan
tol Kualanamu
yang diharapkan
dapat diselesaikan secara tepat w aktu pada pertengahan 2010. Investasi lain yang sedang
dilirik adalah pembangunan pembangkit listrik guna mengatasi defisit daya yang masih terus terjadi.
3. Ekspor – Impor
Perlambatan laju perekonomian dunia, berimbas antara lain terhadap laju perdagangan internasional. Penurunan daya beli masyarakat negara-negara maju, menjadi salah satu
faktor utama yang mempengaruhi pola ekspor impor negara-negara berkembang, sebagaimana Indonesia. Penurunan daya beli tersebut, juga berimbas pada permintaan
komoditas asal Sumut. Pada tahun 2008, nilai ekspor Sumut mampu tumbuh 31,51 , namun pada triw ulan II-
2009 diperkirakan mengalami kontraksi sampai dengan -31,76 yoy. Pencapaian
tersebut membaik dibandingkan triw ulan I-2009 sebesar -46,14 . Di sisi lain, volume
ekspor triw ulan II-2009 justru mengalami peningkatan sebesar 14,54 yoy dari 1,19 ribu ton menjadi 1,36 ribu ton. M emperhatikan kondisi tersebut, kinerja ekspor Sumut
dapat dinilai relatif membaik meskipun masih terkendala oleh harga berbagai komoditas yang sangat fluktuatif yang berdampak pada nilai ekspor.
Sebagaimana periode-periode sebelumnya, ekspor terbesar disumbangkan oleh produk minyak hew an, nabati dan Crude Palm Oil CPO, dengan nilai mencapai USD518,96 juta
50,28 dari total ekspor, diikuti oleh ekspor karet yang mencapai USD139,53 juta atau 13,52 dari total ekspor. Komoditas lainnya seperti kelompok aluminium, kelompok
kopi, teh dan rempah serta kelompok kayu masing-masing memberikan sumbangan
sebesar 3,96 , 3,26 dan 3,01 terhadap total nilai ekspor Sumut. M ulai membaiknya kinerja ekspor, meskipun masih lebih lambat dibandingkan kinerja
tahun lalu, disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia yang masih
belum sepenuhnya pulih. Salah satu produk yang masih mengalami tekanan cukup besar adalah produk-produk manufaktur. M eskipun kapasitas utilisasi semakin ditingkatkan,
namun belum mencapai maksimum. Kendala permintaan yang belum sepenuhnya normal, harga bahan baku impor dan persaingan usaha merupakan rangkaian kendala
yang dominan dihadapi. M enyikapi hal tersebut maka industri manufaktur telah
10 Perkembangan Ekonomi M akro Regional
menerapkan berbagai efisiensi dan sangat terbantu dengan harga BBM yang tidak mengalami kenaikan. Di sisi lain, isu PHK dan
perumahan karyaw an yang sempat merebak beberapa w aktu lalu, tidak lagi terjadi.
Grafik I.16. Perkembangan Nilai Ekspor Impor
Grafik I.17. Perkembangan Volume Ekspor Impor
100,000,000 200,000,000
300,000,000 400,000,000
500,000,000 600,000,000
700,000,000 800,000,000
900,000,000 1,000,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 2007
2008 2009
USD
Nilai Ekspor Nilai Impor
100,000,000 200,000,000
300,000,000 400,000,000
500,000,000 600,000,000
700,000,000 800,000,000
900,000,000 1,000,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 2007
2008 2009
Kg
Volume Ekspor Volume Impor
Sumber : BI
Produk utama ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga 82,92 dari total nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama tetap
berupa produk makanan dan minuman pangsa 54,94 , diikuti produk-produk kimia pangsa 10,04 .
Grafik I.18. Perkembangan Nilai Ekspor Tabel I.3. Nilai Ekspor Triw ulan II-2009
Produk Utama
100,000,000 200,000,000
300,000,000 400,000,000
500,000,000 600,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2006
2007 2008
2009
US D
Mnyk hwn,nabati,CPO Karet
Alumunium Kayu
Kopi,Teh,Rempah
data sd M ei 2009 Sumber : BI
Impor Sumut mengalami penurunan terkait dengan menurunnya impor bahan baku industri manufaktur. Nilai impor Sumut triw ulan II-2009 April-M ei 2009 mencapai
11 Perkembangan Ekonomi M akro Regional
USD332,33 juta, atau menurun -35,49 yoy. Impor Sumut didominasi oleh impor barang modalbahan baku dengan nilai mencapai USD298,30 juta.
Bahan baku yang diimpor terutama yang berguna untuk mendukung kegiatan produksi dengan komponen impor tinggi seperti industri kimia dan industri barang dari logam.
Sebagaimana periode-periode sebelumnya, maka produk-produk yang mendominasi impor Sumut pada triw ulan II-2009 ini yaitu Kimia dan Bahan dari Kimia pangsa
19,32 , Logam Dasar pangsa 11,80 dan Produk M akanan dan M inuman pangsa 16,86 .
Sementara itu, nilai impor produk-produk pertanian Sumut periode April-M ei 2009 tercatat sebesar USD22,51 juta atau setara dengan 8,46 dari total impor. Di sisi lain,
impor dari barang-barang tambang relatif cukup kecil dengan nilai sebesar USD5,78 juta setara dengan 1,78 dari total impor Sumut.
Tabel I.4. Nilai Impor Triw ulan II-2009
Sumber : BI data sampai dengan Februari 2009
Selain penurunan nilai, volume impor juga mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2008.
M enyikapi kondisi perdagangan internasional saat ini, sudah saatnya Sumut melakukan pembenahan
internal terhadap
rantai produksi,
terutama untuk
produk-produk unggulan. Selain perubahan pada orientasi pemasaran, diperlukan juga perubahan
struktural dan mendasar pada aspek kualitas dan jaminan ketersediaan produk. Sebagaimana diketahui, Sumut memiliki keunggulan dalam produk-produk setengah jadi
yang berasal dari perkebunan, misalnya karet dan produk olahan dari kelapa saw it.
12 Perkembangan Ekonomi M akro Regional
Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan nilai tambah dengan melakukan peningkatan standar produk dan pengolahan lebih lanjut menjadi barang jadi.
Ancaman persaingan dari kaw asan regional semakin menguat, misalnya pada produk kelapa saw it, di mana saat ini
M alaysia dan Vietnam juga tengah gencar melakukan pengembangan komoditas kelapa saw it. Jika tidak dilakukan program pengembangan
perkebunan terpadu maka daya saing produk saw it asal Sumut akan menurun dan kalah bersaing dengan produk-produk negara tetangga tersebut. Pengembangan dapat
dilakukan dalam
skema revitalisasi perkebunan
revbun yang diharapkan
akan berdampak luas pada peremajaan tanaman dan perbaikan struktur bisnis.
M eskipun dengan kecenderungan penurunan baik pada komponen ekspor maupun impor, neraca perdagangan trade balance Sumut masih berada dalam kondisi surplus.
Nilai neraca perdagangan pada M aret 2009 tercatat sebesar USD324,4 juta, sementara pada M ei 2009 tercatat sebesar USD375,50 juta.
Grafik I.19. Volume M uat Barang di Grafik I.20. Neraca Perdagangan Sumut
Pelabuhan Belaw an
100,000 200,000
300,000 400,000
500,000 600,000
700,000 800,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May 2008
2009
20,000 40,000
60,000 80,000
100,000 120,000
Bongkar Muat Axis kanan
0.0 100.0
200.0 300.0
400.0 500.0
600.0 700.0
800.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2007
2008 2009
Juta USD
Sumber : BPS Sumut dan BI
1.3. SISI PENAWARAN