Permintaan dan Penaw aran Pengaruh Harga Administered Price

33 Perkembangan Inflasi Daerah Namun demikian, beberapa komoditas strategis seperti gula pasir, emas, CPO dan kedelai mulai menunjukkan peningkatan setelah mencapai titik terendah pada triw ulan sebelumnya. Pengaruh kenaikan harga komoditas di pasar internasional terutama dirasakan pengaruhnya pada Sumut untuk komoditas emas dan gula. Pedagang emas perhiasan di Sumut menaikkan harga sejalan dengan kenaikan harga emas yang cukup tinggi. Kenaikan harga emas di pasar internasional dari USD797,17troy ons menjadi USD910,45troy ons disebabkan oleh meningkatnya preferensi spekulan terhadap emas. Sementara itu, kenaikan harga gula di pasar internasional dari USD12,72pon menjadi USD13,61pon serta belum tibanya musim panen tebu dimanfaatkan oleh pedagang besar untuk berspekulasi.

3. Permintaan dan Penaw aran

Permintaan yang cenderung tumbuh melambat dan penaw aran yang relatif stabil menyebabkan kesenjangan output menurun sehingga melonggarkan tekanan inflasi Sumut. Penurunan permintaan diakibatkan pelemahan daya beli masyarakat. Permintaan yang menurun terlihat dari penurunan volume impor. Sementara itu, dari sisi penaw aran, kapasitas produksi industri Sumut masih mencukupi untuk mengatasi lonjakan permintaan. Daya beli masyarakat Sumut mengalami perlambatan dibandingkan triw ulan sebelumnya. Sepanjang triw ulan II-2009 indikator penghasilan konsumen di Kota M edan menurun dari SBT sebesar 105,33, 96,67, dan 95,33. Dari sisi penaw aran, industri di Sumut masih memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksinya. Hal ini diindikasikan oleh hasil SKDU yang menunjukkan tingkat kapasitas terpakai industri di Sumut baru sebesar 65 . Kapasitas industri di Sumut masih memiliki ruang sehingga penaw aran dapat ditingkatkan jika terjadi lonjakan permintaan.. M ayoritas pengusaha responden SKDU menyatakan bahw a penurunan kapasitas terpakai terutama disebabkan oleh penurunan permintaan domestik. 34 Perkembangan Inflasi Daerah Grafik 2.10. Perkembangan Volume Produksi 8.92 17.02 6.9 0.6 21.49 8.62 -11.28 -2.37 -2.05 -15 -10 -5 5 10 15 20 25 II III IV I II III IV I II 2007 2008 2009 SBT hasil SKDU

4. Pengaruh Harga Administered Price

Faktor utama pendorong deflasi sejak bulan M aret 2009 adalah penurunan harga BBM dan tarif angkutan dalam kota dan luar kota. Dampak langsung dan tidak langsung penurunan harga BBM menyebabkan deflasi yang cukup besar pada triw ulan II-2009. Namun demikian, tekanan inflasi administered price yang relatif kecil masih ada yang berasal dari kenaikan cukai rokok pada bulan Februari 2009. Penurunan harga BBM terutama disebabkan oleh melemahnya tekanan harga minyak bumi West Texas Intermediate di pasar internasional. Tren penurunan harga minyak bumi dari USD58,14barrel menjadi USD42,89barrel yang dimulai sejak triw ulan IV-2008 mendorong pemerintah untuk menurunkan harga BBM di dalam negeri. Pada tanggal 15 Januari 2009 pemerintah kembali menurunkan harga premium sebesar Rp500 menjadi Rp4.500liter dan solar sebesar Rp300 menjadi Rp4.500liter kembali sama dengan harga BBM sebelum terjadi kenaikan pada bulan M ei 2008. Pemerintah Provinsi Sumut merespon penurunan harga BBM dengan memperbarui tarif angkutan dalam kota sehingga rata-rata turun sebesar 8 . Sejak tanggal 26 Januari 2009, tarif bus angkutan kota dalam provinsi AKDP diturunkan sebesar 8 . Di tengah penurunan harga BBM dan tarif angkutan, pemerintah menetapkan kenaikan cukai rokok yang berlaku sejak tanggal 1 Februari 2009. Berdasarkan Peraturan M enteri Keuangan No.203PM K.0112008 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau tanggal 9 Desember 2008, pemerintah menaikkan tarif dasar cukai rokok sehingga rata-rata beban cukai rokok meningkat rata-rata sebesar 7 . Namun demikian, peningkatan cukai rokok tersebut berdampak minimal terhadap inflasi Sumut. 35 Perkembangan Inflasi Daerah

5. Pengaruh harga Volatile Foods