Perkembangan Aliran Uang Kartal Inflow dan Outflow

54 yaitu sebesar 23,92 dengan jumlah w arkat yang sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 12,40 . M eningkatnya jumlah penolakan cek dan bilyet giro kosong akibat kurangnya pemahaman dan ketaatan masyarakat pengguna terhadap fungsi dan tanggungjaw ab dalam penarikan cek maupun bilyet giro serta pemahaman petugas bank dalam pengelolaan administrasi penggunaan cek dan bilyet giro nasabahnya. Data perkembangan nilai transaksi kliring pada tabel 5.2 dibaw ah ini. Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek BG Kosong

5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal Inflow dan Outflow

Pada triw ulan II-2009, aliran uang kartal di w ilayah kerja KBI M edan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga menunjukkan posisi Netinflow atau jumlah uang kartal yang masuk Inflow ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan jumlah uang kartal yang keluar Outflow . Posisi netinflow tercatat sebesar Rp927 miliar atau 68,87 lebih kecil dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2.978 milyar. Hal ini dipengaruhi oleh arus uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia pada periode triw ulan II 2009 jauh lebih kecilnya dibanding periode triw ulan I 2009 sementara itu jumlah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia pada kedua perioide relatif sama. Jumlah Inflow pada triw ulan II 2009 tercatat sebesar Rp2.563 milyar atau mengalami penurunan sebesar 44,12 dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4.587. Berbeda halnya dengan aliran uang keluar Outflow , pada triw ulan II 2009 tercatat sebesar Rp1.636 milyar atau sedikit mengalami kenaikan sebesar 1,68 55 dari Rp1.609 milyar pada triw ulan I 2009. Penurunan Inflow pada triw ulan II 2009 di Sumatera Utara dipengaruhi oleh meningkatnya penyediaan likuiditas uang kartal perbankan seiring dengan meningkatnya kebutuhan transaksi perekonomian masyarakat pada kegiatan pra pasca kampanye pemilihan calon anggota legislatif. Sementara itu stabilnya jumlah Outflow pada triw ulan I 2009 di Sumatera Utara mencerminkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan uang kartal di Bank Indonesia serta optimalisasi manajemen kas perbankan di Sumatera Utara. Perkembangan aliran uang kartal di KBI M edan dan KBI Sibolga sebagaimana grafik dibaw ah ini. Grafik 5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal M eliputi w ilayah kerja KBI M edan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga. Rata-rata per hari jumlah aliran uang kartal inflow pada triw ulan II 2009 mencapai Rp70,2 miliar atau turun 10,83 dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.78,7 miliar, sedangkan rata-rata per hari jumlah outflow mencapai Rp37,4 miliar atau naik 24,90 dibandingkan rata-rata triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp29,9 milyar. Tabel 5.3. Perkembangan Aliran Kas Posisi Kas Bank Indonesia yang tercatat di KBI M edan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga sampai dengan akhir periode triw ulan II-2009 tercatat sebesar Rp7.097 miliar atau lebih besar dibandingkan posisi kas pada periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6.676 milyar. Perkembangan aliran kas di KBI M edan dan KBI Sibolga sebagaimana tabel 5.3 diatas. 56 5.4. Temuan Uang Palsu Jumlah temuan uang rupiah palsu yang tercatat di KBI M edan pada triw ulan II 2009 tercatat sebanyak 163 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp8.895.000 atau rata- rata temuan sebanyak 3 lembar per hari kerja. Jumlah temuan mengalami penurunan baik jumlah lembar 30 maupun nilai nominal 40 dibandingkan triw ulan I 2009 yang tercatat sebanyak 231 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp14.905.000. Berdasarkan sumber penerimaan atau laporan temuan uang palsu pada periode laporan, sebagian besar berdasarkan laporan bank ke KBI M edan. Sama dengan periode sebelumnya, denominasi pecahan Rupiah yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp.50.000,- yang tercatat sebanyak 66 bilyet atau 40 dari total temuan uang palsu, diikuti pecahan Rp.100.000,- 29 , pecahan Rp.20.000,- 25 , pecahan Rp.10.000,- 4 , pecahan Rp.5.000,- 2 sedangkan uang pecahan Rp.1.000,- hanya ditemukan 1 satu lembar. Sementara it u dari KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga tidak terdapat laporan temuan uang palsu pada periode laporan. Data perkembangan temuan uang rupiah palsu di w ilayah Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Satuan Lembar I II III IV Jumlah I II Jumlah Rp.100.000 52 16 29 47 66 158 86 47 133 Rp.50.000 156 28 46 63 95 232 116 66 182 Rp.20.000 57 13 17 19 27 76 23 41 64 Rp.10.000 82 18 18 12 14 62 3 6 9 Rp.5.000 10 1 1 1 3 3 3 6 Rp.1.000 1 Jumlah lembar 358 75 111 142 203 531 231 163 394 Nominal dlm ribuan Rp. 15.011 3.440 5.725 8.355 12.035 29.555 14.905 8.895 23.800 2007 2008 2009 Jenis Pecahan Untuk menekan jumlah beredarnya uang palsu di w ilayah Sumatera Utara, Bank Indonesia tetap melakukan upaya penanggulangan secara kontinyu, baik preventif maupun represif. Langkah preventif dimaksud antara lain meningkatkan pemahaman masyarakat dengan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada kalangan pelajar, mahasisw a, akademisi, masyarakat, pelaku usaha, pegaw ai negeri, kepolisian serta penyebaran informasi kepada perbankan di w ilayah Sumatera Utara. Upaya represif yang dilakukan adalah dengan meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak instansi pemerintah yang berw enang. 57 5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar Salah satu tujuan kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal baik dari jumlah maupun kualitas yang layak edar. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia senantiasa memantau dan menghitung jumlah uang yang berada di masyarakat dan perbankan. Selain itu, Bank Indonesia secara periodik dan berkesinambungan melakukan penyortiran dan peracikan uang kartal yang tidak memenuhi persyaratan uang yang layak edar. Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar lusuhrusak dan uang dengan emisi yang telah ditarik dari peredaran, kemudian dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB, yang selanjutnya dilakukan pemusnahan. Grafik 5.5. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Jumlah uang kartal yang telah dicatat sebagai PTTB pada periode triwulan laporan tercatat Rp134 milyar atau 3,03 dari jumlah inflow. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 47,45 dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp255 milyar. Penurunan ini mencerminkan tingkat kesadaran dan pemahaman masyarakat telah cukup baik dalam menggunakan uang kertas untuk transaksi tunai.

5.6. Transaksi Jual Beli UKA dan TC Pada PVA Non Bank