44 Perkembangan Perbankan Daerah
penghimpunan dan penyaluran dana perbankan mengalami kecenderungan menurun, kecuali suku bunga giro.
Tabel 3. 2 Suku Bunga Giro, Tabungan, Deposito, dan Kredit
Pada akhir triw ulan laporan suku bunga giro, tabungan, deposito, kredit masing-masing sebesar 2,34 , 3,05 , 7,88 , dan 13,20 .
Kecenderungan penurunan suku bunga perbankan ini sejalan atau dipicu oleh tren penurunan BI rate. Sepanjang triw ulan II-2009, BI rate telah diturunkan 3
kali. Penetapan BI rate sebesar 7,50 pada 3 April 2009, diikuti dengan penurunan pada tanggal 5 M ei 2009 menjadi 7,25 dan kembali diturunkan
menjadi 7,00 pada 3 Juni 2009. Perkembangan terakhir menunjukkan BI rate menjadi 6,75 pada 3 Juli 2009.
Penurunan BI rate diharapkan akan dapat lebih memfasilitasi percepatan pemberian kredit di tengah-tengah stabilitas makro yang tetap terkendali
dengan baik dengan tetap memperhatikan kualitas kredit yang dikucurkan.
3.4. PERBANKAN SYARIAH
Kinerja perbankan syariah pada triw ulan II-2009 cenderung stabil atau relatif sama dengan triw ulan I-2009. Aset perbankan syariah triw ulan II-2009 sebesar Rp3,79
triliun meningkat 13,47 dibandingkan triw ulan I-2009. Pembiayaan perbankan syariah triw ulan II-2009 sebesar Rp3,99 triliun meningkat 14,00 dibandingkan
45 Perkembangan Perbankan Daerah
triw ulan I-2009. DPK perbankan syariah triw ulan II-2009 sebesar Rp2,28 triliun atau meningkat 16,33 dibandingkan triw ulan I-2009. Bila dibandingkan triw ulan yang
sama tahun lalu, aset, pembiayaan, dan DPK perbankan syariah masing-masing meningkat 55,97 , 41,49 , dan 48,05 .
Grafik 3. 12 Perkembangan Aset, Pembiayaan, dan DPK Bank Syariah
Financing to Deposit Ratio FDR yang mencerminkan fungsi intermediasi perbankan
syariah mencapai 175,00 , menurun 2,02 bila dibandingkan triw ulan I-2009, atau menurun 4,43 yoy . Perbankan syariah perlu memperhatikan struktur pembiayaan dan
mengedepankan prinsip
kehati-hatian mengingat
FDR yang
terlalu tinggi
juga mengandung risiko.
Grafik 3. 13 FDR Bank Syariah
46 Perkembangan Perbankan Daerah
3.5. BANK PERKREDITAN RAKYAT BPR
Secara umum, BPR Sumut menunjukkan peningkatan. Aset BPR Sumut triw ulan II- 2009 mencapai Rp0,53 triliun meningkat 3,92 dibandingkan triw ulan I-2009 atau
23,26 yoy. Kredit BPR Sumut triw ulan II-2009 sebesar Rp0,40 triliun, meningkat 2,56 dibandingkan triw ulan I-2009 atau 21,21 yoy. DPK BPR Sumut sebesar
Rp0,39 triliun atau mengalami pertumbuhan 5,41 dibandingkan triw ulan I-2009 atau 25,81 yoy.
Grafik 3. 14 Perkembangan Aset, Kredit, dan DPK BPR
Fungsi intermediasi
BPR triw ulan
II-2009 mengalami
sedikit perlambatan
dibandingkan triw ulan sebelumnya. LDR BPR sebesar 102,56 menurun bila
dibandingkan triw ulan I-2009 sebesar 105,41 .
Grafik 3. 15 Loan to Deposit Ratio LDR BPR
47 Perkembangan Perbankan Daerah
3.6. BANK BERKANTOR PUSAT DI M EDAN
Perkembangan kinerja 2 dua bank yang berkantor pusat di M edan menunjukkan adanya peningkatan. Indikasi ini terlihat dari meningkatnya 3 tiga indikator utama
perbankan, yaitu: aset, kredit dan DPK.
Grafik 3. 16 Perkembangan Aset, Kredit, dan DPK Bank Berkantor Pusat di M edan
Total aset bank berkantor pusat di M edan meningkat dari Rp16,08 triliun pada triw ulan I-2009 menjadi Rp16,70 triliun pada triw ulan II-2009. Total kredit bank
berkantor pusat di M edan meningkat dari Rp10,40 triliun menjadi Rp11,37 triliun. Total DPK bank berkantor pusat di M edan meningkat dari Rp12,90 triliun pada
triw ulan I-2009 menjadi Rp13,10 triliun pada triw ulan II-2009.
Grafik 3. 17 LDR Bank Berkantor Pusat di M edan
LDR kedua bank tersebut sebesar 86,74 atau meningkat dibandingkan triw ulan I- 2009 sebesar 80,58 .
KRISIS INDUSTRI PERKAYUAN DI SUMATERA UTARABOKS 5
Bantuan Benih Padi Gratis Sebanyak 7.737 ton di Sumut Realisasi KUR nasional hingga Juni 2009 melalui 6 bank pelaksana mencapai Rp14,88 triliun
kepada 2,03 juta debitur. Sumut menduduki peringkat keempat dari 33 provinsi di Indonesia setelah Jaw a Tengah, Jaw a Timur, dan Jaw a Barat atau tertinggi di luar Jaw a.
Ditinjau menurut sekt or ekonomi, kebanyakan debitur KUR bergerak di sektor perdagangan, restoran, dan hotel 55,47 dengan nilai kredit sebesar Rp8,18 triliun. KUR tertinggi berikutnya
disalurkan unt uk debitur yang bergerak di bidang pertanian 30,31 dengan nilai kredit sebesar Rp3,96 triliun dan debitur yang bergerak di sektor lain-lain 9,81 dengan nilai kredit
sebesar Rp1,39 triliun.
BOKS 5
Kredit Usaha Rakyat KUR
Pelaksanaan KUR di Sumut berdasarkan M oU mengenai Penjaminan Kredit atau Pembiayaan kepada UM KM dan Koperasi antara Departemen Teknis Pelaksana Program
1
dengan Lembaga Penjamin Kredit LPK
2
dan Bank Pelaksana
3
pada t anggal 9 Oktober 2007. Di Sumut, KUR yang tersalurkan hingga Juni 2009 mencapai Rp864,71 miliar kepada 69.253
debitur. Berdasarkan penggunaannya KUR lebih banyak untuk kredit modal kerja 76,34 selebihnya merupakan kredit investasi.
Sesuai dengan addendum I terhadap M oU tanggal 9 Oktober 2007 pada tanggal 14 M ei 2008 antara Depart emen Teknis Pelaksana dengan Lembaga Penjamin Kredit LPK dan Bank
Pelaksana, Bank dapat memberikan KUR M ikro dengan jumlah setinggi-tingginya Rp5 juta dengan suku bunga atau bagi hasil efektif maksimal 24 .
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia M edan berperan sebagai:
Counterpart dari Komite Kebijakan
M embantu melakukan monitoring perkreditan melalui Sistem Inf ormasi Debitur SID.
M emfasilitasi perbankan dan instansi t erkait ant ara lain berupa pert emuan koordinasi dalam hal adanya permasalahan atau kendala khususnya yang terkait dengan ketent uan perkredit an
oleh perbankan.
1
Departemen Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Depart emen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindust rian, dan Kement rian Negara Koperasi dan UKM .
2
Perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT. Askrindo.
3
BRI, Bank M andiri, BNI, BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah M andiri.
Kantor Bank Indonesia M edan senantiasa memfasilitasi KUR dan menghimbau perbankan unt uk memperhatikan penyaluran KUR yang tepat sasaran sehingga prestasi KUR Sumut dapat
dipertahankan dan ditingkat kan. M engingat KUR dijamin oleh pemerintah maka hendaknya penyaluran KUR lebih diarahkan
unt uk kredit investasi atau kredit modal kerja.
BAB IV
Perkembangan Keuangan D aerah
48 Perkembangan Keuangan Daerah
Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi Sumut tahun 2009 ditetapkan sebesar Rp3,25 triliun, meningkat 0,93 yoy dibandingkan pendapatan pada tahun sebelumnya yang
sebesar Rp3,22 triliun. Perolehan utama atas pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah PAD sebesar Rp2,10 triliun lebih dengan kontribusi terbesar berasal dari
pajak daerah yang diproyeksikan Rp1,95 triliun lebih. Dibandingkan dengan APBD 2008, alokasi pendapatan yang berasal dari PAD mengalami peningkatan sebesar 10,89 .
Kenaikan tersebut diperoleh terutama dari kenaikan pajak daerah yang objek pajaknya terkait dengan keberadaan bahan bakar minyak BBM .
Sementara itu sumber PAD lainnya yang berasal dari retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan maupun PAD yang sah lainnya juga mengalami
kenaikan meski tidak sebesar kenaikan pajak daerah. Sumber pendapatan daerah lainnya berasal dari dana perimbangan yang merupakan dana transfer dari pemerintah pusat yang
jumlahnya diproyeksikan sebesar Rp1,11 t riliun lebih dan terdiri atas bagi hasil pajak sebesar Rp316 miliar, bagi hasil bukan pajak Rp1,37 miliar dan dana alokasi umum
Rp800,70 miliar serta sumber pendapatan daerah lainnya berasal dari lain-lain pendapatan yang sah yang jumlahnya lebih kecil, yakni Rp26,73 miliar lebih.
Penyampaian Nota Keuangan dan R-APBD 2009 Sumut tergolong cepat seiring dengan diterbitkannya Permendagri No. 59 Tahun 2007 yang menyederhanakan tahapan
pembahasan R-APBD. Sementara itu, dari sisi belanja peningkatan volume APBD 2009 antara lain didorong oleh peningkatan pada alokasi belanja langsung yaitu sekitar 65 ,
sedangkan alokasi belanja tidak langsung meningkat sebesar 25 . Kebijakan APBD tahun 2009 ditujukan untuk mew ujudkan 8 delapan common goals. Ke
delapan common
goals tersebut
adalah peningkatan
kualitas dan produktivitas
sumberdaya manusia, ketahanan pangan, peningkatan daya beli masyarakat, peningkatan kinerja aparatur, penanganan pengelolaan bencana, pengendalian dan pemulihan kualitas
lingkungan, pengembangan
infrastruktur w ilayah,
serta kemandirian
energi dan
kecukupan air baku.
B B
B A
A A
B B
B 4
4 4
PERKEM BANGAN KEUANGAN DAERAH
49 Perkembangan Keuangan Daerah
1. APBD PEM ERINTAH PROVINSI SUM UT TAHUN 2009
APBD Pemerintah Provinsi Sumut dit etapkan lebih cepat dibandingkan penetapan pada tahun-tahun sebelumnya, yang biasa terjadi pada bulan Februari-M aret. Percepatan
dimaksudkan agar proses pembangunan dapat lebih aw al dilaksanakan, serta diharapkan dapat menjadi stimulus dalam menghadapi dampak krisis keuangan global yang sedang
terjadi saat ini. Belanja langsung yang terkait dengan kegiatan pembangunan dan investasi pemerintah daerah diharapkan dapat menjadi penopang kegiatan perekonomian daerah
serta mampu menyerap tenaga kerja ditengah lesunya kegiatan ekonomi di sektor sw asta, sebagai akibat krisis keuangan global.
Tabel 4. 1 Perkembangan APBD Sumut 2009 dalam Rupiah 2007
2008 2009
2,685,787,990,864.09 3,225,852,852,436.80
3,248,999,615,380.00
Pendapatan Asli Daerah 1,693,846,304,223.09
2,181,311,128,607.20 2,104,202,616,180.00
Pendapatan Transfer Dana Perimbangan 969,081,298,819.00
1,039,335,523,959.60 1,118,068,902,000.00
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 22,860,387,822.00
5,206,199,870.00 26,728,097,200.00
2,560,723,359,026.00 2,967,350,329,714.52
3,615,975,755,911.00
Belanja Operasi 1,332,801,241,017.00
1,703,929,920,294.89 2,124,108,262,512.00
Belanja Modal 686,133,765,170.00
579,740,663,181.00 713,514,349,399.00
Belanja Tak Terduga 7,448,006,612.00
342,822,440.00 58,900,000,000.00
Transfer Bagi Hasil ke Kab. KotaDesa 534,340,346,227.00
683,336,923,798.63 719,453,144,000.00
SURPLUSDEFISIT 125,064,631,838.09
258,502,522,722.28 -366,976,140,531.00
Penerimaan Daerah 289,362,661,009.90
394,258,829,829.32 399,149,725,531.00
Pengeluaran daerah 20,168,463,018.67
42,170,400,623.86 32,173,585,000.00
PEMBIAYAAN NETTO 269,194,197,991.23
352,088,429,205.46 366,976,140,531.00
SILPA 394,258,829,829.32
610,590,951,927.74 0.00
URAIAN
Pembiayaan Pendapatan
Belanja
Anggaran Sumber: Laporan Realisasi APBD, Lampiran I Peraturan Daerah No.1 tahun 2009, diolah
Krisis ekonomi global yang terjadi sejak akhir tahun 2008 merupakan salah satu asumsi faktor eksternal yang mendasari penetapan APBD Provinsi Sumut tahun 2009. Beberapa
asumsi kondisi eksternal lainnya adalah harga minyak dunia tahun 2009 sebesar 80 dolar AS, pemerintah tidak akan menaikkan Tarif Dasar Listrik TDL, serta laju pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,0 . Sementara itu, kondisi internal yang diperkirakan berdampak terhadap APBD Provinsi Sumut tahun 2009 diantaranya adalah laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,6 -1,7 , tingkat inflasi sebesar 10
–
12 , jumlah penduduk miskin menjadi pada kisaran 13 -14 , serta angka pengangguran berkisar 9 -10 .
Namun demikian, asumsi yang digunakan tersebut masih dimungkinkan berubah
mengikuti perkembangan terkini.
50 Perkembangan Keuangan Daerah
Berdasarkan asumsi-asumsi yang ada, serta tantangan dan peluang ke depan, kebijakan APBD Tahun 2009 dit ujukan untuk mew ujudkan 8 delapan common goals. Ke delapan
common goals tersebut adalah peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya
manusia, ketahanan pangan, peningkatan daya beli masyarakat, peningkatan kinerja aparatur, penanganan pengelolaan bencana, pengendalian dan pemulihan kualitas
lingkungan, pengembangan
infrastruktur w ilayah,
serta kemandirian
energi dan
kecukupan air baku. Peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia melalui peningkatan di
bidang pendidikan menjadi priorit as utama alokasi APBD tahun 2009, yaitu sebesar Rp1,62 triliun, atau 20,26 dari total belanja daerah. Bidang pendidikan diarahkan pada
peningkatan indeks pendidikan, yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah diantaranya melalui penuntasan w ajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan rintisan w ajib
belajar 12 tahun dengan program utama: Bantuan Operasional Sekolah BOS provinsi mulai dari jenjang SDM I sampai SM ASM KM A, pengadaan buku paket pelajaran untuk
mata pelajaran yang diujinasionalkan dari kelas 1 hingga kelas 12, peningkatan kesejahteraan guru khususnya di daerah terpencil, daerah perbatasan dan guru M adrasah
serta penuntasan buta aksara.
2. REALISASI APBD PEM ERINTAH PROVINSI SUM UT TAHUN 2009
Hingga semester I-2009, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Pemprovsu baru tercapai sebesar Rp1.503,43 miliar dari total pendapatan yang
dianggarkan untuk tahun 2009 sebesar Rp3.249,00. Belanja Pemprovsu sepanjang semester I-2009 sebesar Rp583,05 miliar dari total belanja
yang dianggarkan sepanjang tahun 2009 sebesar Rp3.615,98 miliar. Berdasarkan pendapatan dan belanja tersebut, pemprovsu mengalami surplus sebesar Rp920,38 miliar.
Penerimaan dan pengeluaran daerah masing-masing sebesar Rp399,15 miliar dan Rp32,17 miliar. Penerimaan daerah bersumber dari akun penerimaan pembiayaan daerah sisa lebih
perhitungan anggaran-tahun
anggaran sebelumnya.
Pengeluaran daerah
berupa pengeluaran pembiayaan daerah meliputi penyertaan modal investasi pemerintah daerah
dan pembayaran pokok utang , nilainya masing-masing sebesar Rp32,00 miliar dan Rp0,17 miliar.
51 Perkembangan Keuangan Daerah
Tabel 4. 2 Realisasi APBD Provinsi Sumut tahun 2009
Anggaran Semula
Realisasi Rp miliar
4 PENDAPATAN DAERAH
3,249.00 1,503.43 1,745.57 -53.73
4.1. Pendapatan Asli Daerah
2,104.20 941.56 1,162.64
-55.25 4.1.1.
Hasil Pajak Daerah 1,946.45
872.69 1,073.76 -55.17
4.1.2. Hasil Retribusi Daerah
25.55 14.12
11.43 -44.74
4.1.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
96.82 5.20
91.62 -94.63
4.1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
35.38 49.55
14.17 40.05
4.2. Dana Perimbangan
1,118.07 536.96
581.11 -51.97
4.2.1. Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak
317.37 79.13
238.24 -75.07
4.2.2. Dana Alokasi Umum
754.37 443.95
310.42 -41.15
4.2.3. Dana Alokasi Khusus
46.30 13.89
32.41 -70.00
4.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
26.73 24.91
1.82 -6.81
4.3.1. Pendapatan Hibah
25.53 24.31
1.22 -4.78
4.3.4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
1.19 0.60
0.59 -49.58
JUMLAH PENDAPATAN 3,249.00 1,503.43 1,745.57
-53.73
5 BELANJA DAERAH
3,615.98 583.05 3,032.93
-83.88 5.1.
Belanja Tidak Langsung 2,211.04
467.16 1,743.88 -78.87
5.1.1. Belanja Pegawai
750.95 285.12
465.83 -62.03
5.1.4. Belanja Hibah
115.82 6.45
109.37 -94.43
5.1.5. Belanja Bantuan Sosial
147.36 89.78
57.58 -39.07
5.1.6. Belanja Bagi Hasil kepada ProvinsiKabupatenKota
719.45 34.65
684.80 -95.18
5.1.7. Belanja Bantuan Keuangan kepada ProvinsiKabupatenKota
418.55 47.39
371.16 -88.68
5.1.8. Belanja Tidak Terduga
58.90 3.77
55.13 -93.60
5.2. Belanja Langsung
1,404.94 115.89 1,289.05
-91.75 5.2.1.
Belanja Pegawai 175.29
25.07 150.22
-85.70 5.2.2.
Belanja Barang dan Jasa 517.37
70.44 446.93
-86.38 5.2.3.
Belanja Modal 712.28
20.39 691.89
-97.14
JUMLAH BELANJA 3,615.98
583.05 3,032.93 -83.88
JUMLAH SURPLUS DEFISIT 366.98
920.38 1,287.36 -350.80
6.1. Penerimaan Pembiayaan Daerah
399.15 399.15
-100.00 6.1.1.
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 399.15
399.15 -100.00
JUMLAH PENERIMAAN DAERAH 399.15
399.15 -100.00
6.2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
32.17 27.09
5.08 -15.79
6.2.2. Penyertaan Modal Investasi Pemerintah Daerah
32.00 27.00
5.00 -15.63
6.2.3. Pembayaran Pokok Utang
0.17 0.85
0.68 400.00
JUMLAH PENGELUARAN DAERAH 32.17
27.09 5.08
-15.79 JUMLAH PEMBIAYAAN
366.98 27.09
394.07 -107.38
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN SILPA 893.30
893.30 BertambahBerkurang
Jumlah Rp miliar Uraian
No. Urut
BAB V
Perkembangan Sistem Pembayaran
52 5.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara
Perkembangan transaksi pembayaran non tunai Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
BI-RTGS perbankan Sumatera Utara pada triw ulan II 2009 mengalami penurunan baik nilai maupun jumlah transaksi. Nilai transaksi BI-RTGS di Provinsi Sumatera
Utara yang meliputi w ilayah kerja KBI M edan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga pada triw ulan II 2009 tercatat sebesar Rp112.324 milyar atau turun -19,89 bila dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp140.204 milyar, dengan jumlah transaksi BI-RTGS yang juga mengalami penurunan sebesar -18,71 dari 179.993
transaksi pada triw ulan II 2008, menjadi 146.310 transaksi. Dibandingkan periode triw ulan sebelumnya, nilai transaksi BI-RTGS perbankan
Sumatera Utara juga mengalami penurunan, baik nilai maupun jumlah transaksi masing- masing sebesar -27,95 dan -50,81 . Pada triw ulan I 2009 jumlah BI-RTGS tercatat
sebesar Rp155.893 milyar dengan 297.456 transaksi. Belanja barang dan jasa masyarakat untuk keperluan kegiatan kampanye pemilihan calon anggota legislatif caleg pada
Pemilu 2009 ditengarai sebagai salah satu faktor besarnya transaksi BI-RTGS pada triw ulan I 2009. Pada triw ulan II 2009 transaksi BI-RTGS kembali normal. Hal lain yang
mempengaruhi penurunan transaksi BI-RTGS adalah dampak dari imbas krisis keuangan yang saat ini masih mempengaruhi perekonomian dunia.
Besaran rata-rata per hari nilai transaksi BI-RTGS pada triw ulan II 2009 adalah sebesar Rp1.783 miliar, dengan rata-rata sebanyak 2.322 transaksi per hari. Data
perkembangan transaksi BI-RTGS terlihat pada tabel 5.1 dibaw ah ini.
Tabel 5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara
M eliput i w ilayah kerja KBI M edan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga.
B B
B A
A A
B B
B 5
5 5
PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN
53 5.2. Transaksi Kliring
Aktivitas transaksi non tunai melalui transaksi kliring di w ilayah perbankan Sumatera Utara pada triw ulan II 2009 mengalami penurunan baik nilai maupun jumlah
transaksi. Nilai transaksi kliring di Provinsi Sumatera Utara yang meliputi w ilayah kerja KBI M edan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga pada
triw ulan II 2009 tercatat sebesar Rp27.569 milyar atau turun -13,81 bila dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp31.985 milyar. Jumlah transaksi kliring juga
mengalami penurunan sebesar -6,22 dari 1.136.402 w arkat pada triw ulan II 2008, menjadi 1.065.701 w arkat. Penurunan nilai transaksi kliring pada triw ulan II 2009
dipengaruhi oleh menurunnya jumlah w arkat kliring dan adanya alternatif pilihan masyarakat dalam transaksi non tunai antara lain melalui BI-RTGS dengan w aktu
pelayanan yang lebih cepat serta perlambatan pada kegiatan dunia usaha yang ditengarai sebagai imbas krisis keuangan.
Dibandingkan triw ulan sebelumnya, nilai transaksi kliring pada triw ulan II 2009 mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 5,13 dari Rp26.224 milyar pada
triw ulan I 2009 menjadi Rp27.569 milyar. Namun jumlah w arkat mengalami penurunan sebesar 19,62 yaitu dari 1.325.747 w arkat menjadi 1.065.701 w arkat.
Nilai transaksi kliring per hari pada triw ulan II 2009 adalah sebesar Rp438 miliar, dengan rata-rata jumlah w arkat yang diproses sebanyak 16.916 w arkat per hari.
Perkembangan transaksi kliring dapat dilihat pada grafik 5.1 dibaw ah.
Grafik 5.1 Grafik 5.2
Perkembangan Transaksi Kliring Grafik Penolakan Cek BG Kosong
Sementara itu, perkembangan jumlah penolakan Cek dan Bilyet Giro Kosong di w ilayah perbankan Sumatera Utara tercatat sebesar Rp316 milyar atau meningkat cukup
signifikan yaitu sebesar 44,95 dibandingkan triw ulan II 2008, yang tercatat sebesar Rp218 milyar dengan jumlah w arkat yang juga meningkat yaitu sebesar 4,08 dari 9.886
w arkat menjadi 10.289 w arkat. Dibandingkan periode triw ulan sebelumnya, jumlah penolakan Cek dan Bilyet Giro Kosong juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan
54
yaitu sebesar 23,92 dengan jumlah w arkat yang sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 12,40 . M eningkatnya jumlah penolakan cek dan bilyet giro kosong akibat
kurangnya pemahaman dan ketaatan masyarakat pengguna terhadap fungsi dan
tanggungjaw ab dalam penarikan cek maupun bilyet giro serta pemahaman petugas bank dalam pengelolaan administrasi penggunaan cek dan bilyet giro nasabahnya. Data
perkembangan nilai transaksi kliring pada tabel 5.2 dibaw ah ini.
Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek BG Kosong
5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal Inflow dan Outflow