5.3 Hubungan antara Budaya Organisasi penyesuaian dan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana.
Hasil uji korelasi hubungan antara budaya organisasi penyesuaian dan kerja perawat pelaksana di RSUP H. Adam Malik menunjukan nilai p = 0.04
dengan r = 0.35. Hal ini berarti ada hubungan positif yang searah dan signifikan dengan kekuatan rendah antara budaya organisasi penyesuaian dan produktivitas
kerja perawat di rumah sakit. Apabila budaya organisasi penyesuaian tinggi maka akan meningkat produktivitas kerja pelaksana di RSUP H. Adam Malik.
Hasil analisa univariat budaya organisasi penyesuaian di RSUP H. Adam Malik dinilai sedang 70.60. Namun hasil penelitian hubungan antara budaya
organisasi penyesuaian di RSUD dr. Pirngadi tidak berkorelasi dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana dimana p = 0.98 dengan r = -0.03.
Produktivitas kerja perawat pelaksana tinggi 54 tidak disebabkan oleh budaya organisasi penyesuaian dan hasil univariat budaya organisasi penyesuaian di
RSUD dr. Pirngadi Medan tinggi 52.40. Demikian juga dengan penelitian Doloksaribu 2001 yang menyatakan bahwa budaya organisasi adaptability
memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja manejerial pada taraf signifikansi 0.001 dimana nilai p= -0.076.
Denison 1990 mengungkapkan bahwa organisasi yang berada dalam lingkungan yang cepat berubah akan memiliki kinerja yang tinggi jika mereka
mengembangkan fleksibilitas dan daya adaptasi terhadap perubahan. Organisasi tersebut juga dapat memperkuat ikatan internalnya melalui partisipasi dan
komitmen anggota. Selanjutnya riset yang dilakukan oleh Ricardo, Ronald, dan
Universitas Sumatera Utara
Jolly 2003 mengemukakan dimensi-dimensi yang berpengaruh terhadap budaya organisasi meliputi: komunikasi, pelatihan dan pengembangan, imbalan, pembuat
keputusan, pengambilan risiko, kerja sama, dan praktik manajemen. Organisasi yang kuat dalam kemampuan beradaptasi biasanya mengalami pertumbuhan
penjualan dan peningkatan pangsa pasar Denison Mishra, 1995. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik secara bertahap telah
membenahi dirinya untuk ketingkat yang lebih tinggi. Peningkatan pelayanan menjadi 16 pokok pelayanan, dan persiapan diri untuk mendapatkan pengakuan
Joint Commite International JCI menunjukan bahwa rumah sakit terbuka untuk perubahan, dan memperhatikan kebutuhan pasien sebagai pelanggannya.
Organisasi tersebut dikatakan sebagai organisasi yang memiliki adaptabilitas, karena indikator adaptabilitas adalah kemampuan menciptakan perubahan, fokus
pada pelanggan, kemampuan organisasi untuk belajar. Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik sudah menjadi Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum BLU yang menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum terutama yang tidak mampu namun akhir–akhir ini,
adanya perubahan orientasi pemerintah tentang menejemen rumah sakit di mana kini rumah sakit pemerintah digalakkan untuk mulai berorientasi ekonomis.
Lahirnya konsep Rumah Sakit Swadana di mana investasi dan gaji pegawai ditanggung pemerintah namun biaya operasional rumah sakit harus ditutupi dari
kegiatan pelayanan kesehatannya dengan demikian, kini rumah sakit mulai memainkan peran ganda, yaitu tetap melakukan pelayanan publik sekaligus
mencari dana dari pelayanan kesehatan yang dilakukan. Maka pelanggan pasien
Universitas Sumatera Utara
adalah hal yang utama untuk diberikan prioritas dalam pelayanannya, sebagaimana yang telah menjadi slogan di RSUP H. Adam Malik “pasienku
adalah kelurgaku”. Hal ini sesuai dengan penelitian Denison 2008 yang menyatakan bahwa peran budaya organisasi sangat penting bagi peningkatan
kepuasan pelanggan. Organisasi yang dapat beradaptasi digerakkan oleh pelangganya, akan
mengambil resiko dan belajar dari kesalahanya, dan mempunyai kemampuan serta pengalaman untuk menciptakan perubahan.
Organisasi tersebut akan meningkatkan kemampuan untuk memberikan nilai yang berharga bagi
pelangganya. Budaya organisasi keterlibatan, penyesuaian, dan misi bukan menjadi
faktor terhadap peningkatan produktivitas kerja perawat pelaksana di RSUD dr. Pirngadi. Nilai-nilai atau keyakinan di rumah sakit belum menjadi pedoman
dalam menjalankan pekerjaan baik ditingkat manejerial ataupun staf. Kesepahaman antara pimpinan dan staf dalam mencapai tujuan organisasi belum
menjadi fokus utama.
5.4 Hubungan antara Budaya Organisasi misi dan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana